Share

Bab 2

(Brak!!)

“Apa-apaan ini! Matahari sudah terbit sedangkan gadis idiot itu masih bergelung di dalam selimut. Setelah apa yang dia lakukan di pesta tadi malam, gadis itu benar-benar bisa tidur dengan nyenyak.” seorang wanita muda dengan seragam pelayan menggerutu dengan jijik.

Partner gadis muda itu adalah seorang wanita tua. Berbeda dengan si pelayan muda, pelayan wanita yang lebih tua dengan cekatan mulai membangunkan sang putri tidur sebelum mengantarnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ditinggalkan seorang diri untuk merapikan kamar, pelayan yang lebih muda mendengus kesal. Meski merasa enggan, gadis itu tetap melipat dan membersihkan kekacauan yang dibuat oleh sang putri saat tidur.

Namun saat gadis itu mulai menyiapkan pakaian untuk dikenakan oleh sang putri, tatapannya mengarah pada kotak indah yang berkilau. Sontak, tatapan penuh serakah segera terlihat.

Tanpa meminta izin pada pemiliknya, si pelayan muda membuka kotak perhiasan. Sebelum mulai mengambil beberapa benda berkilau dan memasukannya ke dalam saku baju miliknya.

(Ceklek.)

“Apa yang kau lakukan? Apa kau belum selesai menyiapkan gaun untuk tuan putri?” kali ini suara pelayan yang lebih tua terdengar.

Berdiri di sampingnya, tampak seorang gadis cantik berambut pirang yang tengah tersenyum.

“Anak bebek lucu.”

“Anak bebek lucu.”

“Ada lima anak bebek yang lucu.”

“Mereka berenang-renang dan bertemu serigala.”

Setelah kata serigala diucapkan, senyum yang sebelumnya hadir segera menghilang. Sebelum digantikan dengan ekspresi kesal dan marah.

“Serigala jahat!”

“Mereka memakan anak bebek yang lucu! Serigala jahat!” dengan itu, sang putri mulai melemparkan barang-barang di dalam kamar. Ruangan yang sebelumnya rapi kini kembali berantakan seperti sebelumnya.

“Tuan Putri. Tenanglah.”

“Para penjaga akan segera menangkap serigala. Jadi anak bebek tidak akan terluka.” si pelayan tua mencoba untuk menenangkan sang putri.

“Benarkah?” ekspresi polos tampak di wajah cantik sang putri.

“Tentu saja, Tuan Putri. Jadi Anda tidak perlu khawatir.” ucap si pelayan paruh baya dengan sabar.

Melihat interaksi sang putri dan pelayan tua, si pelayan muda diam-diam menghela nafas tenang.

“Sepertinya aku tidak ketahuan.” batin si pelayan muda.

Setelahnya, pelayan itu mulai menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk membantu sang putri bersiap.

Meski tidak separah sebelumnya, si pelayan muda masih mencibir perilaku tak biasa tuan putri. Di sisi lain, pelayan yang lebih tua begitu telaten dalam melayani tuannya. Perbedaan sikap keduanya terlihat begitu jelas.

“Senior, aku lelah. Jika Senior ingin mengajak tuan putri berjalan-jalan, Anda bisa melakukannya seorang diri.” bahkan sebelum mendapat jawaban, si pelayan muda sudah melangkah pergi dari istana sang tuan putri.

Pelayan tua yang melihat itu semua hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum menghela nafas tak berdaya, “Jika saja Yang Mulia Permaisuri masih hidup, Anda pasti tidak akan diperlakukan seperti ini.”

“Sungguh Tuan Putriku yang malang.” si pelayan tua membelai rambut tuan putri dengan penuh sayang.

Awalnya, dia adalah pengasuh tuan putri yang disegani. Namun sekarang, dengan kondisi putri yang tidak bisa membedakan satu atau dua, orang-orang mulai meremehkan dirinya.

Meski begitu, dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hal yang paling Ia khawatirkan adalah tidak ada lagi yang mau merawat tuan putri kecilnya setelah dia pergi.

Itu sebabnya meski mengalami penurunan jabatan, Ia rela dijadikan sebagai pelayan agar bisa terus berada di sisi tuan putri kecilnya yang malang.

Seolah mengerti kesedihan si pelayan tua, tuan putri yang cantik membalikan badan. Membuat rambut emas yang berkilau terhempas dengan elok.

“Bibi.. Bibi..”

“Senyum.” sembari mengatakan hal tersebut, sang tuan putri menepuk pelan rambut si pelayan tua.

Gerakan tersebut mirip seperti saat orangtua menepuk kepala anaknya ketika mencapai hal-hal besar. Hanya saja dalam kasus ini, si anaklah yang menepuk kepala orang yang lebih dewasa.

Mengetahui jika tuan putri sedang mencoba untuk menghibur dirinya, si pelayan tua tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Meski tiba-tiba saja sang putri kehilangan kewarasannya, gadis kecil itu tetap mempertahankan hatinya yang baik.

“Tuan Putri, apa Anda ingin berjalan-jalan di taman?” si pelayan tua bertanya dengan sikap hangat.

***

“Hm..”

“Jika aku menjual perhiasan-perhiasan ini, aku pasti akan menjadi wanita kaya. Dengan begitu aku tidak perlu lagi melayani putri yang idiot.” ucapan tak pantas keluar dari mulut seorang pelayan istana.

Di tangan pelayan itu, tampak beberapa kristal cantik dengan warna yang berbeda. Dilihat sepintas, orang akan tahu jika benda-benda tersebut adalah barang mahal. Tidak mungkin seorang pelayan belaka bisa mendapatkan hal-hal seperti itu.

“Tapi, apa istana putri biasanya memang sesunyi ini? Kenapa sejak tadi aku tidak melihat orang lain?” gumam si pelayan wanita yang merasa bulu kuduknya mulai merinding.

“Ini pasti karena semua orang benci harus merawat istana si putri idiot. Itu sebabnya mereka memilih bersantai di luar. Lagipula, tidak ada orang yang mengawasi tempat ini.” gumam si pelayan muda. Berusaha untuk mengenyahkan hal-hal buruk yang tidak masuk akal.

Dia pernah mendengar rumor beberapa pelayan istana putri yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Namun, Ia pikir mereka yang menghilang adalah orang-orang yang kabur dari istana setelah mengambil beberapa barang berharga dari tempat itu.

Seperti dirinya. Ia juga berencana untuk pergi dari tempat ini setelah menjual barang-barang berharga di tangannya. Tapi entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres saat ini.

“Lebih baik aku cepat keluar dari tempat ini.” segera setelah pikiran itu muncul, si pelayan muda mendengar sebuah geraman hewan.

(Ggrrr)

“Siapa itu!” si pelayan muda segera melihat ke arah sumber suara. Namun hasilnya nihil. Tidak ada apapun yang terlihat.

“Apa ini? Apa seseorang mencoba untuk bermain-main denganku?” si pelayan wanita segera menyembunyikan barang berharga di tangan ke dalam saku.

Melirik ke sana dan kemari, si pelayan muda mencoba untuk memastikan situasi. Setelah dirasa aman, pelayan itu segera berlari ke arah pintu keluar.

“Hah..”

“Hah..”

“Setelah melewati pintu itu aku akan aman.” terengah-engah, si pelayan wanita mencoba untuk segera keluar dari pintu utama istana putri.

(Brak!!)

Namun, tidak seperti dugaan si pelayan, apa yang menunggunya bukanlah tempat aman. Melainkan moncong seekor serigala yang sangat besar. Pelayan itu bahkan tidak sempat menjerit sebelum semuanya gelap.

“Satu, dua, tiga, empat, lima.”

“Aku sudah menemukan lima bebek untuk diselamatkan.” seorang lelaki tampak tengah menghitung benda-benda berkilau di tangannya.

“Yang kali ini ternyata cukup serakah.” sebuah seringai muncul di balik topeng emas yang dikenakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status