Share

Bab 6

Tuan putri yang tengah bergelung di dalam selimut merasa tercekik karena mimpi buruk yang selalu di alaminya. Entah sejak kapan, namun mimpi itu selalu datang seperti sebuah kutukan.

Pikirannya terus tergerus. Dengan semua mimpi buruk yang dialami, tak heran jika lambat laun dirinya akan kehilangan akal.

Satu-satunya saat dimana Ia terbebas dari mimpi buruk ialah ketika tengah malam. Sebagai salah satu keturunan pendiri kekaisaran, dia mewarisi kemampuan pemurnian. Namun, kemampuan itu masih belum stabil. Itu sebabnya dia tidak bisa menggunakan kekuatan tersebut sesuka hatinya.

Namun, kekuatan itu akan muncul secara otomatis setiap tengah malam. Sepertinya, benda itu dapat merasakan hal buruk yang menimpa tuanya.

Sayangnya karena kurangnya kemampuan, kekuatan pemurnian belum dapat sepenuhnya menghancurkan mimpi buruk yang selalu menimpa si pemilik kemampuan.

“Hah!”

“Hah!”

Bangun dari mimpi buruk dengan keringat dingin saat tengah malam bukanlah sesuatu yang baru.

Dan saat ini.

(Tap.)

(Tap.)

(Tap.)

Suara langkah kaki yang terdengar di keheningan malam entah bagaimana selalu berhasil menenangkan sang putri. Hal tersebut seolah mengatakan ada seseorang yang hadir untuk menghibur dirinya diantara kenangan buruk yang ingin Ia lupakan.

(Ceklek.)

Begitu pintu dibuka, emas yang berkilau segera terlihat.

Menyembunyikan senyum kecil, sang tuan putri berbicara dengan nada dingin, “Masih berani kembali ke sini.”

“Maaf karena kekasaran saya, Tuan Putri. Tolong jangan usir saya. Jika Anda mengusir saya, saya pasti akan tidur di jalanan malam ini.” bariton yang khas menyapa indera pendengaran.

“Kalau begitu jual saja topeng emasmu. Kau bisa langsung membeli sebuah villa jika melakukannya.” sang putri masih berbicara dengan dingin.

“Saya tidak bisa melakukannya, Tuan Putri. Benda ini adalah hadiah dari teman saya yang berharga. Saya tidak ingin kehilangan apalagi menjualnya.” balas si sosok bertopeng.

“Kalau begitu biarkan aku yang membelinya. Kau akan menjual benda itu padaku bukan?” tanya sang tuan putri.

“Ehm.” kali ini sebuah deheman lirih terdengar.

“Tuan Putri. Saya minta maaf. Tapi benda yang sudah diberikan tidak bisa diminta kembali.” jawab sosok bertopeng.

Selama percakapan berlangsung, banyak hal yang dilakukan oleh sosok bertopeng. Pertama, pemuda itu tampak mengecek semua kotak perhiasan sang putri. Kedua, dia juga melihat kantong bordir yang diletakkan di atas meja samping.

Saat memeriksa isinya yang kosong, senyum kecil muncul tanpa diundang, “Bukankah sebelumnya kau bilang tidak mau?”

“Kau tidak mengatakan jika itu tidak manis.” balas sang putri.

“Tapi Richard, bagaimana caramu melakukannya? Bukankah permen pada umumnya terasa manis?” tuan putri bertanya penasaran.

Sebelumnya, Ia melihat tumpukan permen dalam kantong yang diberikan oleh teman masa kecilnya. Itu alasan mengapa pada awalnya dia tak mau menerima kantong tersebut. Meski pada akhirnya, kantong itu tetap jatuh ke tangannya.

“Dia tahu aku tidak suka manis. Tapi dia tetap memberiku satu kantong penuh permen. Benar-benar menyebalkan.”

Itu adalah apa yang pertama kali Ia pikirkan. Namun saat dia mencoba satu. Dibandingkan manis, permen di dalam kantong lebih condong ke rasa segar. Dan tak butuh waktu lama, semua permen itu habis tak bersisa.

“Itu rahasia perusahaan, Tuan Putri.” jawab Richard.

“Perusahaan yang kau katakan itu memiliki namaku sebagai pemiliknya. Katakan atau kau mau aku pecat.” tuan putri memberi ancaman dengan wajahnya yang cantik.

Mendengar ancaman yang tidak berbahaya sama sekali, Richard hanya tertawa kecil. Sebelum pada akhirnya pemuda itu duduk di samping sang tuan putri.

“Bagaimana keadaanmu?” Richard membelai lembut pipi kanan sang tuan putri.

Saat Ia melakukannya, seekor kupu-kupu tiba-tiba muncul. Kupu-kupu berwarna emas itu pada awalnya hanya satu. Sebelum bertambah menjadi beberapa yang terbang mengelilingi sang tuan putri.

“Aku baik-baik saja seperti biasa.” jawab tuan putri yang cantik.

“Bohong.” ucap Richard.

“Hari ini kau makan dan minum lebih sedikit dari biasanya. Kau juga memakai gaun yang basah. Selain itu, kau juga tidak tidur siang.” saat mengatakan hal tersebut, Richard menyandarkan kepalanya di lekukan leher sang tuan putri.

Mendengar keluhan Richard, tuan putri hanya ingin memutar kedua bola matanya ke atas, “Jika sudah tahu, kenapa bertanya?”

Seperti dirinya, Richard juga memiliki kemampuan yang diwariskan oleh keluarganya. Itu adalah kemampuan memanggil spirit.

Terkadang, pemuda itu dengan sengaja meninggalkan beberapa spirit untuk memantau aktivitasnya. Seperti kupu-kupu emas yang seringkali menampakkan diri saat Ia sedang dalam suasana hati yang buruk. Meski begitu, pemuda itu masih tetap bertanya apa yang Ia lakukan seharian ini. Bukankah itu sangat membuang-buang waktu?

“Aku ingin mendengarnya langsung darimu.” jawaban yang lembut dapat dengan mudah membuat hati orang lain berdebar.

“Selena.”

“Jangan sakit.”

“Jangan terluka.”

“Dan jangan pernah berpikir untuk pergi meninggalkanku.”

“Jika kau melakukannya, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan nanti.”

Kali ini, sang putri tidak menjawab apapun. Karena bagaimanapun juga, hal-hal yang diminta oleh teman masa kecilnya bukanlah sesuatu yang bisa Ia janjikan.

“Maaf, Richard. Tapi aku harus mencari tahu siapa sosok di belakang Ratu dan putra mahkota.”

“Karena aku yakin, semua yang terjadi pada keluargaku tidak mungkin sebuah kebetulan. Dengan begitu, aku baru bisa menyembuhkan ayahku yang sakit keras.”

“Dalam hal itu, semua akan aku pertaruhan. Meski harus mengorbankan nyawaku sendiri.” batin sang putri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status