Share

31 A

“Alina? Itu beneran kamu kan?”

Aku menutup kameranya supaya wajahku tidak terlihat. Menghela napas berkali-kali sampai detak jantungku lebih teratur.

“Alina, jangan diam saja!” ujarnya lagi.

“Iya, ada apa, Dok?”

“Dok? Maksudnya kodok?” Laki-laki itu sepertinya mau mengajak bercanda, tapi aku tak semangat. Rasanya semua sudah berubah sejak membaca suratnya tadi pagi.

“Enggaklah, masa kodok? Abang kan dokter.”

“Tapi bukan doktermu lagi, kan? Panggil abang saja, ya,” pintanya dari seberang sana. Dari layar ponsel kulihat dia menampilkan wajah memelas sambil menangkupkan tangan di depan dada.

Abang?

“Cepat buka kameranya, Alina! Abang mau lihat wajahmu.”

“Gak usah,” cetusku.

“Kenapa? Kamu gak adil nih. Bisa lihat wajahku, tapi aku tidak dikasih kesempatan yang sama.”

“Kalau begitu matikan saja telponnya,” balasku tak mau disalahkan. Ini semua kerjaan Bang Raka. Dia dengan sengaja menjebakku supaya bisa bicara dengan sahabatnya. Padahal sudah kubilang tak mau bicara dengan dokter Rian.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status