Share

33 A

“Assalamualaikum.”

Suara salam Bapak menghentikan obrolan dua sahabat itu. Tak beda jauh dengan Ibu, Bapak pun semringah saat bersitatap dengan Bang Rian. “Ada tamu rupanya. Pantas saja ada sepatu di luar.”

“Iya, Pak. Sengaja singgah ke sini agar bisa ketemu Bapak dan keluarga.” Bang Rian berdiri dan menyalami Bapak.

“Mana ibumu, Alin? Biar kita makan. Nak Rian pasti sudah lapar.”

Aku berdiri dan berjalan keluar untuk memanggil Ibu. Kalau sudah ke rumah cucu laki-lakinya itu, pasti tak bisa cepat. Kadang iri melihat Kak Sri yang bisa punya mertua baik kayak ibuku, sedangkan diri ini malah mendapat yang sebaliknya. Ah, ujian memang datang dalam beragam bentuk. Bukankah kesenangan itu juga ujian yang melenakan?

“Memangnya Bu Rahimah kemana, Alin?”

“Ya Allah. Kok bikin kaget sih, Bang?” protesku. Bagaimana tidak, Bang Rian tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. Jalanku yang lambat denagn mudah ia susul. Pastinya juga dia melangkah hati-hati sehingga tak menimbulkan suara.

“Maaf. Gak ada m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status