Share

Bab. 3 Akhirnya kembali

Lu Fei tiba di depan sekte Bintang Berpijar. Dia pun berjalan ke arah gerbang. Dia dipersilahkan masuk ke dalam. Tidak sulit sama sekali. Lu Fei mencoba mengingat di mana rumah dia berada. Dia pun berjalan ke arah sana. Tidak lama kemudian dia berada di depan sebuah kediaman yang sangat besar. Itu adalah kediaman utama, tempat para anggota keluarga utama sekte Bintang Berpijar tinggal. Tempatnya sangat luas. Ada puluhan rumah di sana dan semuanya bagus, seharusnya. 

Lu Fei pun berjalan mengikuti apa yang dia ingat. Sesaat kemudian dia merasakan ada orang berlari ke arah dirinya. Lu Fei langsung membalik badan dan mundur ke belakang. Orang yang ingin menangkap dirinya itu gagal. 

"Kenapa kau lari?" tanya Gadis itu. 

"Kau siapa?" tanya Lu Fei. 

Gadis itu mengerutkan keningnya. Dia heran kenapa Lu Fei malah bertanya begitu. Gadis itu bahkan sampai memiringkan kepalanya. 

"Kau ini kenapa? Kapalamu terbentur sesuatu?" tanya Gadis itu.

Lu Fei mencoba mengingat. Dia pun ingat kalau gadis di depannya adalah Shuang Ji. Shang Ji adalah teman dekat Lu Fei. Shuang Ji adalah salah satu anak yang tidak pernah memandang rendah Lu Fei. Bahkan setelah tahu kalau Lu Fei adalah anak yang tidak berbakat. Padahal orang lain mulai menjauhi Lu Fei. Tidak dengan dirinya. 

"Ah, kau Shuang Ji si gadis berdada kasar," ucap Lu Fei. 

Plakkk!

"Kurang ajar kau!" maki Shuang Ji. 

Lu Fei memegang pipinya yang terkena tamparan dari Shuang Ji. Itu sakit. Shuang Ji memiringkan kepalanya. Dia merasa ada yang aneh. Dia pun menyentuh tubuh Lu Fei. Hampir seluruh tubuh Lu Fei diraba oleh dirinya. Setelah itu dia memiringkan kepalanya. Kemudian Shang Ji tersenyum, senang. 

"Kau menjadi lebih kuat," ucapnya. 

Lu Fei kaget. Ternyata Shuang Ji bisa tahu kalau dirinya lebih kuat. Itu tandanya kalau Shuang Ji dan Lu Fei-pemilik tubuh yang asli sangat dekat satu sama laina. Lu Fei tersenyum dan menekan pingganya dengan wajah sombong. 

"Selama beberapa hari ini aku tidak kembali karena aku sedang berlatih," ucap Lu Fei. 

Shuang Ji terbahak. Dia sangat senang. Padahal sebelumnya dia khawatir dengan keadaan Lu Fei. Mendengar apa yang Lu Fei katakan, dia sangat senang. Temannya yang direndahkan selama ini bisa bertambah kuat meski sedikit. Setidaknya Lu Fei bisa berkembang. Itu sudah membuat Shuang Ji senang. 

"Karena kau sudah menjadi lebih kuat, maka hari ini aku akan memasak kan makanan untukmu sebagai hadiah. Ayo, ikut aku!" ajak Shuang Ji. 

Tubuh Lu Fei merasa merinding. Dia punya firasat buruk tentang ini, tetapi dia tidak tahu apa itu. Ingatan Lu Fei  tumpang tindih karena itu beberapa hal dia lupa. Dia pun ikut dengan ajakan Shuang Ji. Mereka berdua pun pergi dari sana. Tujuan mereka sekarang adalah rumah tempat Shuang Ji berada. Dia tinggal tidak jauh dari sana. Berada di luar kediaman utama, tetapi tidak terlalu jauh. Ayah Shuang Ji adalah seorang tetua di sekte Bintang Berpijar karena itu dia punya rumah di dekat sana. Saat tiba di sana, Lu Fei cukup kaget ternyata rumah Shuang Ji besar. 

"Ayo masuk!" ajak nya. 

Mereka pun masuk ke dalam. Ketika masuk, mereka bertemu dengan gerombolan murid yang sedang berlatih. Keduanya menjadi pusat perhatian. Di sana ada ayah Shuang Ji. Saat keduanya sedang berjalan, tiba-tiba seseorang muncul di depan mereka. Tatapan orang itu tajam. Shuang Ji langsung memalingkan pandanganya. 

"Aku punya alasan untuk itu," kelak Shuang Ji. 

"Aku belum bertanya apapun."

Shuang Ji menggaruk kepalanya. "Anu ... aku ..." Dia bingung harus mencari alasan apa. 

"Kau akan dihukum karena bolos latihan hari ini. Pergi ke tempat hukuman dan lakukan ayunna pedang sebanyak seribu kali," tegas Shuang Lu, ayah Shuang Ji. 

"Ayah, ini terlalu berlebihan. Seribu kali itu terlalu banyak," keluh Shuang Ji. 

"Kau sudah membolos sebanyak 4 kali. Jangan pikir ayah tidak tahu. Lakukan atau ayah akan menambah hukumannya!" 

Shuang Ji berdecak kesal. Dia pun pergi dari sana. Sebelum pergi dia meminta maaf kepada Lu Fei. 

"Maafkan aku! Sepertinya hari ini kau tidak bisa makan masakanku. Mungkin lain kali saja. Kalau kau ingin pulang, tidak masalah," ucap Shuang Ji. 

"Tidak masalah."

Shuang Ji pun pergi dari sana. Sekarang hanya ada Lu Fei dan Shuang Lu di sana. Keduanya saling berhadapan. Tatapan Shuang Lu tajam. Lu Fei heran kenapa dia ditatap begitu. 

"Ah, anu ... aku permisi pulang," ucap Lu Fei. 

Dia memberi hormat dan saat dia ingin membalik badan. Shuang Lu pun menghentikannya. Lu Fei kaget. Tatapan Shuang Lu seperti harimau yang sedang menatap mangsanya.

"Siapa kau?" tanya Shuang Lu.

Lu Fei terkaget. 

***

Cao Li pun langsung menemui markas Pembunuh Bayaran itu. Saat tiba di sana, dia langsung mendatangi ketua Pembunuh bayaran itu. Saat bertemu, tatapan Cao Li sangat tajam. Dia pun menjelaskan apa yang terjadi. Dia ingin pertanggung jawaban karena mereka gagal membunuh Lu Fei. Ketua Pembunuh Bayaran itu mengerutkan keningnya. 

"Tidak. Tidak mungkin anak buahku gagal dalam misi. Kau hanya salah lihat saja," bantah ketua Pembunuh Bayaran itu. 

"Kalau kau tidak yakin. Kau periksa sendiri! Kalau ternyata Lu Fei masih hidup, maka kau harus mengganti kerugian 10 kali lipat," tantang Cao Li. 

Ketua Pembunuh Bayaran itu langsung percaya. Dia ikut marah. Dia marah kepada anak buahnya yang gagal melakukan tugasnya. Ketua Pembunuh Bayaran itu pun menjelaskan kalau mereka akan mengulang misi ini dan memberikan jaminan kalau kali ini mereka akan melakukan tugas ini dengan baik dan memastikan Lu Fei akan mati. 

"... Kalau tidak, maka aku akan membayar kau dua kali lipat dari apa yang kau bayarkan. Aku berjanji kalau bocah itu akan mati kali ini," jelas ketua Pembunuh Bayaran itu. 

Cao Li sebenarnya tidak menyukai kesepakatan ini, tetapi dia setuju. Dia sangat ingin Lu Fei dibunuh. Dia pun permisi untuk pulang. Cao Li pun pergi dari sana. Ketua Pembunuh Bayaran itu langsung memanggil bawahannya yang bertugas membunuh Lu Fei. Saat mereka tiba di ruangan itu. Mereka langsung dipukuli olehnya sampai mereka babak belur. 

"Apa salah kami, ketua?" tanya mereka. 

"Kalian gagal menyelesaikan misi dari nona Li."

Mereka kaget. "Kami sudah membunuh bocah itu dan bahkan kami sudah membuang bocah itu ke dalam jurang Neraka. Tidak mungkin dia masih hidup."

"Nyatanya bocah itu masih hidup."

Mereka terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan ketuanya, tetapi tidak mungkin ketuanya berbohong. Hanya saja itu terasa mustahil. 

"Aku berikan kalian kesempatan satu kali lagi. Bunuh bocah itu lagi!" perintah ketua itu. 

"Baiklah," jawab mereka serentak. 

Mereka pergi dari sana dengan wajah tidak percaya. Mereka masih percaya dengan apa yang mereka ingat. Mereka melakukan semuanya sendiri dan bahkan mereka sudah memastikan kalau denyut nadi target mereka tidak Begerak lagi. Bukan hanya itu, mereka bahkan menusuk tubuh target mereka saat sudah dipastikan mati agar tidak salah. Mereka menggeleng heran. 

"Tidak mungkin. Ini sangat mustahil," ucap mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status