Share

Perasaan Yang Sama

Tama tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Mereka nggak akan betah tinggal di Jakarta. Sintia juga tidak mengizinkan."

"Oh." Aku mengangguk. Seandainya aku istrinya, aku nggak mungkin membiarkan suami tampan seperti Tama berkeliaran di kota metropolitan ini sendirian. Bahaya.

"Enak es krimnya?" tanya Tama melirik mangkok es krimku yang baru aku sentuh sedikit.

"Enak. Kamu sering nyetok es krim begini?"

"Nggak, sih. Aku beli es krim karena ingat kamu. Dulu waktu sekolah kamu suka makan es krim, kan?" Tama menoleh, dan menyeringai. Bagaimana dia bisa tahu hal itu? "Setiap kali aku menemui Giko di kelas, kamu pasti sedang menyantap es krim."

Aku menatapnya takjub. Aku bahkan tidak ingat sedang posisi bagaimana saat itu. Fokusku hanya mendengar percakapan mereka dan mencuri pandang ke arah Tama.

"Iya, kah? Aku suka es krim sih, tapi enggak terlalu. Biasanya Giko atau Danar yang membelikannya."

Dua lelaki itu dulu sering jajanin aku. Mereka sangat tahu kondisi keluargaku yang pas-pasan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status