Awalnya, Darel sudah kegirangan dan mengira bisa membalikkan situasi saat ini.Dia merasa Tobi akan ketakutan dan segera melepaskannya, bahkan berlutut dan meminta pengampunan, tetapi setelah mendengar percakapan mereka, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Keluarga Saswito, khususnya keluarga Burhan, langsung berdebar-debar.Mereka benar-benar tidak mengerti, mengapa Tuan Tobi memberikan kesempatan seperti itu kepada lawan. Mungkin Tuan Tobi mengerti, sekalipun dia tidak memberi kesempatan hari ini, cepat atau lambat, mereka juga akan datang membalas dendam.Namun, kondisi Darel saat ini sangat menyedihkan. Andai Kakek Basri melihatnya, dia pasti akan emosi dan tidak akan berdiam diri.Yang membuat mereka makin tak berdaya, bahkan saat menghadapi Kakek Basri, Tobi masih terlihat tenang dan acuh tak acuh.Sayangnya, mereka tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Kakek Basri. Mereka hanya bisa menunggu dengan sabar.Sebaliknya, dibandingkan mereka, Basri tampak ketakutan, wajahnya j
Darel mengambil ponsel itu, wajahnya panik, lalu berkata dengan gemetar, "Kakek!""Dasar bajingan!""Jangan panggil aku kakek, aku nggak punya cucu sepertimu!""Sudah berulang kali kubilang, jangan bertingkah, jangan bertingkah, tapi kamu nggak mau dengar. Apa kamu pikir Keluarga Capaldi tak terkalahkan? Tak peduli apa pun kesalahan yang kamu perbuat, Keluarga Capaldi bisa mengatasinya?""Kalau bukan karena aku lagi Jatra, aku pasti akan langsung membunuhmu!""Kakek, apa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya dia siapa? Kenapa bisa membuatmu jadi seperti ini?""Dia siapa?""Dia bisa menghancurkan seluruh Keluarga Capaldi kapan saja. Lebih tepatnya, hanya satu kata darinya, dia bisa membuat Keluarga Capaldi menghilang sepenuhnya dari dunia ini," ujar Basri dengan marah."Hah ...."Begitu kata-kata itu keluar, Darel kebingungan. Dia paham betul dengan kakeknya. Selama ini kakeknya sangat arogan, bagaimana beliau bisa mengatakan hal tidak masuk akal seperti ini?Kecuali kekuatan orang ini me
Semua anggota Keluarga Saswito terus memperhatikan gerak-gerik Darel, khususnya saat pria itu berbicara dengan kakeknya. Begitu melihat ekspresi Darel yang telah mengakhiri pembicaraan, harapan mereka makin besar.Hanya saja, siapa sebenarnya Tuan Tobi? Bisa-bisanya dia membuat Tuan Besar dari Keluarga Capaldi tunduk, apalagi Darel jelas-jelas begitu ketakutan.Darel yang saat ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Padahal, barusan dia begitu sombong.Setelah Darel menutup telepon, seluruh tubuhnya gemetar. Dia mulai berjalan perlahan mendekati Tuan Tobi.Apa yang mau dia lakukan?Tunggu! Dia sedang berlutut.Apa dia sudah menyerah?Menyaksikan pemandangan itu, anggota Keluarga Saswito makin bersemangat.Jika sebelumnya mereka hanya mengandalkan spekulasi, tetapi sikap Darel saat ini jelas-jelas memperlihatkan betapa takutnya Kakek Basri kepada Tuan Tobi.Tak disangka, Tuan Tobi benar-benar menjatuhkan Darel, apalagi lawan berhasil ditekan sepenuhnya tanpa perlu bersusah payah.Saat
"Salah satunya, menargetkan Keluarga Saswito, tapi sekarang aku menyesali perbuatanku. Mulai saat ini, aku nggak akan melakukan hal-hal buruk seperti ini lagi.""Selain itu, aku dengar, sudah banyak wanita yang celaka di tanganmu, bahkan tindakanmu juga sangat kejam," ucap Tobi dengan dingin.Sebenarnya, dia masih belum menyelidiki hal ini, jadi tidak begitu paham akan situasi spesifiknya. Ini semua hanya dia dengar melalui obrolannya dengan Lindy saat perjalanan ke sini.Mendengar itu, wajah Darel memucat, lalu buru-buru berkata, "Ya, ya, tapi sekarang aku sudah menyesali perbuatanku. Aku nggak berani melakukannya lagi. Aku juga berjanji akan segera menghapus rekaman video itu. Mulai sekarang, aku akan mengubah sikapku dan membentuk pribadi baru."Tobi tertegun mendengar pengakuannya. "Kamu bahkan merekam video?"Darel terlihat canggung. Dia suka menonton video tak senonoh, kemudian merangkum semua pengalaman pribadinya agar menemukan metode yang lebih menegangkan lagi.Melihat Darel
Darel segera menenangkan diri, lalu menjawab telepon, dan berkata dengan nada sombong, "Kakek Muhar, ada apa?""Tuan Darel, apa Anda punya waktu luang besok?" tanya Kakek Muhar buru-buru. Pokoknya, dia harus memanfaatkan kesempatan kali ini untuk menjodohkan cucunya dengan Tuan Darel, apalagi Tuan Darel jelas-jelas tertarik kepada cucunya.Dari awal, dia sudah sangat mengagumi Darel. Dia merasa Darel adalah pasangan paling cocok untuk cucunya, hanya saja, saat itu, Darel tidak menyukai cucunya.Andai mereka berdua bisa bersama, bukankah dia dan teman lamanya akan menjadi lebih dekat?Ketika Darel mendengar itu, Darel langsung bertanya, "Besok? Aku masih belum punya rencana.""Baguslah. Lantaran pertemuan sebelumnya terlalu mendesak, kali ini, aku ingin mentraktirmu makan siang dan membicarakan masalah Widia denganmu.""Masalah Widia denganku? Apa dia setuju bersamaku?" Darel tak kuasa mengendalikan kegembiraan di hatinya."Nggak juga, tapi jangan khawatir, orang tua Widia dan aku sanga
Bisa dikatakan, hal ini juga ada gunanya. Setidaknya, akan menyelamatkan dirinya dari berbagai hal merepotkan.Lindy juga melangkah maju dan ikut menimpali, "Tuan Tobi, barusan kamu begitu keren dan hebat. Tak disangka, kamu punya identitas yang begitu menakutkan."Burhan agak gugup. Dia khawatir putrinya akan sembarangan bicara dan menyinggung Raja Naga. Bayangkan, dia itu sosok menakutkan yang bisa menaklukkan keluarga besar seperti Keluarga Capaldi dengan mudah.Namun, Tobi tidak peduli begitu banyak dan hanya berkata sambil tersenyum, "Sudah kubilang, aku akan memperlihatkan bagaimana cara menghadapi pecundang kecil seperti itu kepadamu.""Ya, dibandingkan dirimu, Darel bahkan nggak pantas disebut pecundang kecil." Namun, Lindy masih tak kuasa menahan kegirangan dalam hatinya dan berkata dengan antusias, "Tuan Tobi, kamu tahu nggak, selama ini, aku selalu mengidolakanmu."Melihat Tobi kebingungan, Lindy kembali menambahkan, "Maksudku, identitasmu yang satu lagi."Barulah Tobi menge
Padahal, Tobi baru saja bersiap untuk menjabat sebagai direktur baru hari ini, tetapi malah terjadi masalah di kediaman Keluarga Saswito. Daripada tertunda lama, lebih baik dia mengabari lewat telepon saja.Dia akan mengatakan bahwa dia tidak sempat hari ini dan menunda sampai besok.Baginya, Grup Maharta hanyalah sebuah mainan. Dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkan masalah itu. Biarlah terjadi kekacauan lebih dulu. Makin sering hal itu terjadi, barulah dia bisa menemukan talenta yang berguna.Saat itu, dia tinggal mempromosikan mereka, yang mana benar-benar berguna dan berkemampuan. Bukan hanya menghemat waktu, dia juga tidak perlu repot-repot lagi.Namun, Widia sudah tahu masalah dia tidak datang ke kantor hari ini. Begitu mengangkat telepon, dia langsung mengomelinya, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu mengambil jabatan direktur hari ini?""Terjadi sedikit masalah. Tunggu besok saja.""Masalah apa? Apa ada orang yang menyerangmu?" tanya Widia dengan gugup."Nggak, kok. Ak
"Oh, kamu pernah dengar soal aku? Kalau begitu, seharusnya kamu juga tahu kehebatan Sekte Suganda, 'kan? Membunuh pecundang kecil sepertimu sangatlah mudah.""Jangan buru-buru menyangkal. Jangan kira dirimu sangat hebat dan menganggap dirimu bukan pecundang kecil. Kuberi tahu, jangankan kamu, bahkan, Damar, orang terkaya di Kota Tawuna pun hanyalah lawan kecil bagiku."Nada suara Evan begitu mendominasi dan dingin, membuat orang merasa terintimidasi."Lantas?"Tobi penasaran mengapa Evan bisa meneleponnya."Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengingatkanmu, Jessi itu wanitaku. Kelak, jangan menghubunginya lagi."Akhirnya, Tobi paham dengan alasannya. "Bagaimana kalau aku masih menghubunginya?"Saat Jessi meneleponnya terakhir kali mungkin sudah ketahuan oleh pria ini. Pantas saja, Jessi buru-buru menutup telepon. Lantas, mengapa Evan melarangnya menelepon? Bukankah itu sudah kelewat batas?"Kalau begitu, sebaiknya siapkan peti matimu lebih dulu."Selesai berbicara, Evan langsung menutup te