Share

Part 42

Buru-buru masuk ke dalam rumah, memanggil Ibu, memberitahu kalau ancaman ayah Nirmala memang tidak main-main.

“Kamu jangan bercanda, Arya. Nggak lucu!” ketus Ibu sambil tetap menyesap teh di tangannya.

“Aku nggak bercanda, Bu. Aku serius. Silakan Ibu keluar dan lihat sendiri sana!”

“Ada apa, Mas?” tanya Siska penasaran.

Dasar perempuan kepo. Pengen tahu saja urusan orang.

“Kamu nggak usah keluar. Di sini saja sampai rumah ini dirobohkan, biar kamu ketimbun sekalian!” Kini emosiku kian meninggi melihat wajah Siska.

Mata bulat dengan iris hitam milik Siska melotot hingga hampir lepas dari kelopaknya.

Brukk!

Terdengar seperti sesuatu sedang dirobohkan, juga deru mesin alat berat mulai bekerja.

Aku lekas berlari menuju jendela, menyibak tirai dan terenyak sesaat melihat pagar depan sudah roboh.

Kejam. Tidak berperasaan memang ayahnya Nirmala.

Padahal dulu aku pikir dia manusia paling baik sedunia, dan sekarang malah menunjukkan sifat aslinya yang jahat luar biasa.

“Suara berisik apa, A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status