Share

17. Aku yang Salah 2

"Saya memilih memaafkan karena dia menyesali dan berubah. Sakit memang. Tapi ketika dia memilih keluarga dan meninggalkan perempuan itu, makanya saya kasih kesempatan. Saya nggak peduli sejauh apa hubungan mereka, yang saya pikirkan tentang pernikahan kami dan anak-anak. Dan yang pasti suami sudah memutuskan untuk kembali.

"Maaf, ini hanya cerita, Dok. Bukan niat untuk mempengaruhi supaya mengikuti jejak saya. Semua saya kembalikan ke Dokter Rin. Saya nelepon cuman mau ngabarin kalau Klinik Semesta, sedang membutuhkan seorang dokter umum. Mungkin Dokter Rin berminat. Pemiliknya teman baik dokter Doni. Coba pertimbangkan, Dok. Kalau minat, biar suami saya yang menjembatani mumpung belum di share ke yang lain."

"Terima kasih banyak atas perhatiannya, Dok. Saya jadi speechless. Nanti kalau ada waktu luang, pas kebetulan Dokter Ratih longgar, saya akan ke tempat praktek dokter."

"Oke, saya tunggu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Rinjani masih diam sambil memperhatikan layar ponselnya. Dia baru tahu tentang kisah dokter Ratih dan dokter Doni. Dibalik keharmonisan mereka sebagai pasangan dokter paling serasi, ternyata ada kisah perselingkuhan juga.

Tapi perbedaan dengan kasusnya, mungkin dokter koas selingkuhan dokter Doni tidak segila perempuan simpanan Daffa. Dokter Doni juga bukan playboy dulunya.

"Ada apa?" Tak sabar menunggu Rinjani yang mematung, akhirnya Daffa menghampiri.

"Nggak ada apa-apa." Rinjani memasukkan ponselnya di dalam tas. Kemudian melangkah diikuti Daffa kembali ke toko buah.

"Siapa yang menelepon?" Daffa penasaran.

"Teman."

Setelah membayar buah, mereka langsung meluncur ke rumah orang tua Daffa. Rinjani memilih diam dan menjawab pertanyaan sang suami seperlunya.

Mereka disambut Pak Farhan yang sudah berpakaian rapi di ruang tengah rumah besar itu. "Kamu belum ngantor lagi hari ini?"

"Saya ambil cuti sampai hari Jum'at ini, Pa," jawab Daffa yang duduk di hadapannya.

"Urusan dengan pihak rutan sudah selesai. Kenapa ngambil cuti sampai berhari-hari. Rinjani nggak harus di temani dua puluh empat jam di rumah, kan?" Pak Farhan berkata seraya melirik sekilas Rinjani yang duduk di sebelah suaminya.

"Maaf, Pa. Saya ingin menemui Mama dulu " Rinjani bangkit dari duduknya. Segera melangkah ke kamar mama mertuanya. Membiarkan sang suami berbincang dengan papanya daripada ia mendengar kalimat-kalimat yang menyakitkan.

Walaupun tidak menentang, tapi Pak Farhan memang pernah tidak menyetujui Daffa menikahi Rinjani. Mungkin karena Rinjani sudah tidak memiliki siapa-siapa dan bukan dari kalangan berada meski seorang dokter.

"Rin, kamu ke sini juga. Sini!" Bu Tiwi yang berbaring merentangkan kedua tangannya saat Rinjani muncul di pintu. Dia tampak bahagia menantu yang ditunggunya datang.

"Mama, sudah baikan?" tanya Rinjani setelah melepaskan pelukan.

"Sudah lebih baik. Dokter Budi pulang setengah jam yang lalu. Kenapa nggak kamu saja yang memeriksa mama seperti biasa."

Rinjani tersenyum getir.

"Mama yakin kamu bisa bangkit lagi setelah ini. Jangan cerai, Rin. Mama nggak ingin kehilanganmu. Daffa juga sudah menyadari kesalahannya. Tolong maafkan anak mama. Kasihan Noval juga. Jangan biarkan perempuan gatal itu bahagia melihat kehancuran kalian. Mama yakin kalian bisa melewati ujian ini. Setiap rumah tangga akan mendapatkan ujiannya masing-masing.

"Mama tahu ini berat bagimu. Tapi pikirkan Noval juga. Kamu kuat, Rin. Biar perempuan b1nal itu tahu, siapa pemilik sebenarnya. Daffa juga sudah menyesali perbuatannya di hadapan mama."

Rinjani tidak bergeming. Apa ini bisa dibilang sebagai keegoisan atau keinginan ikhlas seorang ibu demi menyelamatkan rumah tangga putra dan menantunya?

***L***

Semua tempat di kamar Daffa sudah dicari. Namun tidak ditemukan buku itu. Di mana Daffa menyimpannya.

Rinjani duduk di tepi ranjang berseprai putih. Di kamar ini mereka tidur jika menginap di rumah mertuanya.

Sudah dicari tapi tidak diketemukan, tidak salah kalau dia membuat laporan kehilangan di kepolisian untuk memudahkan langkah selanjutnya. Tapi posisinya sekarang ini dia sebagai terpidana yang masih wajib lapor, apa pihak berwajib tidak akan mempersulit laporannya. Mungkin harus menunggu hingga wajib lapornya selesai. Lagipula kalau Daffa belum kembali ke kantor, ia tidak bisa keluar rumah sendirian.

Lantas sampai kapan ia bisa 'menolak' Daffa.

Pintu kamar terkuak membuat Rinjani terkesiap dari lamunan. Setiap bertemu suaminya di kamar, seolah dia berhadapan dengan singa yang kehausan. Meski senyum dan raut wajah itu terlihat begitu bersahabat.

Rinjani bangkit dari duduknya sambil menarik tali tasnya.

"Honey, mau ke mana?" Daffa menahan lengannya.

"Kita pulang, Mas. Sepertinya papa juga tidak menginginkan aku lama-lama di sini."

"Papa sudah berangkat ke kantor."

"Bisa kita habiskan waktu di sini untuk beberapa saat." Tatapan mata itu begitu memohon.

"Kita bisa bicara di luar."

"Sudah lama kita nggak menghabiskan waktu di kamar ini. Kita bicara dan saling mendengarkan."

Hanya sekedar itu? Tentu saja tidak.

"Sekali lagi Mas akui, telah menyakitimu, telah menodai pernikahan kita. Beri mas kesempatan."

Rinjani bergeming. Ia lelah dengan peristiwa ini. Kenapa waktu tidak segera berlalu. Wajib lapor selesai dan ia bisa bebas bergerak untuk menata langkahnya kemudian.

Kedua tangan Daffa meraih pinggangnya. Rinjani mengangkat wajah dan mereka saling pandang. "Jangan paksa aku."

"Apa ini hukuman untukku?"

Dering ponsel Daffa membuat lelaki itu melepaskan tangan dari pinggang istrinya dan mengambil ponsel di saku celana. Ada panggilan dari asisten pribadinya.

"Ada apa, Din?"

"Maaf, Pak. Mbak Abila menghubungi saya. Kalau Pak Daffa tidak segera menemuinya, Mbak Bila mengancam hendak b*nuh diri, Pak."

Daffa dan Rinjani saling pandang.

"Pergilah, urusi dia. Sebelum kamu kehilangannya, Mas." Rinjani melangkah cepat keluar kamar.

Next ....

Komen (12)
goodnovel comment avatar
istriyangdisyng
knp ga blok aja nmr nya. biar ga bisa ngehubungi lg
goodnovel comment avatar
Nisa Nur
ancaman basi,,,mang udah yakin mau ketemu malaikat maut
goodnovel comment avatar
Kokoro No Tomo
kalau mau beneran berubah ya ga usah diurusin itu si bila, biar aja bundir itu paling juga cuma gertak sambal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status