Genta menatap sebal pada dua orang di depannya. Sungguh dua orang tidak berperasaan dan tidak berperikejombloan. Bagaimana bisa di depan orang lain mereka begitu mesra. Lihatlah bagaimana sang wanita naik ke atas ranjang, meletakkan kepalanya di dada sang pria sementara kedua tangannya memeluk erat sang pria. Si pria pun tak kalah menyebalkan, sesekali dia memainkan rambut sang wanita, membawanya ke hidung dan menghirup dalam-dalam. Belum lagi sesekali suara kikikan sang wanita terdengar saat sang pria sesekali mencium pipinya. Astaga!
"Bisa gak sih, kalian gak mesra-mesraan di depanku!" sinis Genta menatap sebal pada pasangan suami istri di ranjang ruang perawatan VIP.
"Suka-suka akulah, lagian udah tahu aku lagi kangen sama istriku, kenapa kamu malah di sini? Jadi iri, 'kan kamunya?"
"Ckckck. Ini orang. Gak nyadar apa sejak kamu sakit, aku yang nungguin kamu, menemani kamu bersama Wanto, Mbah Maman bahkan Ricky setiap sabtu dan minggu."
"Terus ... aku h
Nawang membuka pintu kamarnya, dia tersenyum mendapati sang suami masih bergelung dengan sangat nyaman di kasur. Maklumlah, Bagas baru pulang setelah seminggu berada di Singapura guna urusan bisnis.Produk teh buatan pabrik Atmaja mengalami perkembangan pesat hingga mampu menembus pasar Asia Tenggara khususnya Singapura, Malaysia dan Brunei.Nawang segera menutup pintu kamar, menguncinya dan mendekati sang suami.Nawang duduk di tepi ranjang, dengan pelan ditepuknya pipi sang suami."Mas ... bangun, sudah siang.""Hem."Bagas hanya mengguman tidak jelas."Mas ... Mas Bagas, Bapaknya anak-anak ....""Hem."Nawang mengerucutkan bibirnya. Tiba-tiba sebuah ide jahil mampir di otaknya. Nawang mendekati pipi sang suami mengecupnya tipis berulang kali.CupCupCupCupKemudian menggigit-gigit kecil pipi Bagas. Bagas menggeliat, bibirnya melengkung indah meski matanya masih terpejam. Tang
Hari yang cerah bersanding sang mega cyrus membuatku semangat melakukan rutinitas harian. Yups, mandi pagi lalu dandan, sarapan, manasin si Vario merah yang selalu setia menemani kemanapun aku pergi.Jangan tanya gandengan, gandengan setiaku ya cuma Vario yang ngintilin aku kemana aja. Kalau gandengan hidup masih ngumpet mungkin. karena hilalnya aja belum kelihatan.Lah’ mau kelihatan gimana, si surya aja masih asik nongkrong di ufuk timur.“Oke sip. Baju rapi, kerudung rapi, make up tipis, tas gendong lengkap dengan laptop. Siap berangkat,” gumamku.“Mama, Lily berangkat dulu, assalamu'alaikum,”“Eh, sebentar, Nduk. Sini, Mama mau ngomong dulu,” ajak mamaku yang cantiknya gak pernah luntur di makan waktu.“ Apaan sih, Ma? Serius amat,”“Mama nanti mau bantu-bantu Ibu Nur. Kamu tahu kan anaknya Sinta mau nikahan?“
Minggu pagi ini rumahku sedang ramai. Maklum, personelnya nambah satu, siapa lagi kalau bukan si bontot manja yang cerewetnya ngalahin emak-emak lagi nawar harga cabe. Hahaha.“Mbak,”“Hem,”“Mbaaak,”“Heemmmm,”“Ishh! Mbak Lily nih kok cuma hem, hem doang. Mau jadi Nisa sabyan apa gimana sih?” Si bontot mulai beraksi.“Lah, emangnya Mbak mesti jawab apa? Kamu aja cuma manggil 'Mbak'. Kalau kamu nanya ya Mbak jawab dong,” jawabku ketus.“Hehehe. Iya juga sih ya? Mbak, bagi wifi dong,” Pintanya sambil memasang wajah sok polos bak Cinderella yang minta ikut pesta dansa.“Hiih, Dasar enggak modal! Emang mau ngapain?” tanyaku penasaran.“Mau nonton konser BTS, hehehe,” jawab Lala sambil cengengesan.Nah, ngomongin adik aku. Dia paling demen sama oppa Korea. Dari Suju, TVXQ, Shine, BTS dan lain-
“Baiklah anak-anak. Sekarang Ibu mau bermain tanya jawab dengan kalian,” ucapku.“Apa yang kalian tahu tentang larutan asam?”Salah seorang siswa mengangkat telunjuknya.“Iya, Rahma, silahkan kamu kemukakan jawabanmu,” pintaku.“Asam adalah larutan yang memiliki rasa asam, pH<7, dalam air akan menghasilkan ion H+ (ion hidrogen), mengkorosi besi dan mengubah kertas lakmus biru menjadi merah,” terang Rahma.“Sip, bagus, Mbak Rahma. Coba sebutkan 5 contoh asam dalam kehidupan sehari-hari!” lanjutku.“Saya, Bu guru. Contohnya asam klorida, asam asetat, asam sulfat, asam nitrat, dan asam sulfida,” terang siswa bernama Ardi.“Kalau pada makanan, ada yang bisa menyebutkan contohnya?” Aku melanjutkan pertanyaanku.“Asam jawa, jeruk, mangga, hampir semua buah yang asam, Bu guru,” lanjut Ardi.“Iya pinter. Nah kalau
“Siamo...”“Siamo...”“Baik anak-anak semua. Halo Pigeon? Gimana kabar kalian?” tanyaku.“Baik, Bu guru, luar biasa,” jawab mereka kompak.“Oke. Mulai hari ini kita semua akan berjuang semaksimal mungkin untuk mendapat hasil terbaik. Ibu tidak menuntut apapun dari kalian. Hanya pinta Ibu, lakukan yang terbaik yang kalian bias,” Begitulah kata-kata yang kusampaikan kepada regu PMR Wira di sekolahku.Kami menyebut diri kami sebagai 'The Pigeon' yang artinya merpati. Yap, hari ini selama empat hari ke depan, kami akan mengikuti kegiatan Jumpa Bakti Gembira (JUMBARA) PMR Mula Madya dan Wira tingkat kabupaten di daerah.Khusus yang menginap dan mendirikan tenda adalah anggota PMR Madya (SMP) dan PMR Wira (SMA).Setiap kontingen sekolah yang mengikuti jumbara terdiri dari 20 peserta boleh campur atau sejenis.
Hari ini sekolah sedang sibuk mengurusi persiapan untuk perpisahan Pak Tono yang akan dilaksanakan besok, sekaligus acara penerimaan guru baru pengganti beliau. Aku kebagian tugas sebagai pembawa acara. Maklum kata Pak Kepsek itu, guru single harus dipasang di depan biar ada yang ngelirik.“Haduh Pak Kepsek, Anda kok selalu saja benar. Padahal aku tuh pingin banget jadi seksi wara wiri aja, aku masih sangat capek sehabis kegiatan jumbara minggu lalu sebenarnya. Belum lagi persiapan olimpiade Kimia yang akan dilaksanakan kurang dari satu bulan mendatang,” Gumamku dalam hati.Sebenarnya guru Kimia yang sudah PNS ada 2 orang, Pak Harjo dan Bu Sumi. Hanya saja menurut mereka, lebih baik aku saja yang mendampingi, hitung-hitung sebagai latihan juga.Aku bisa memaklumi karena aku adalah guru yang paling muda dari semuanya. Kasihan juga mereka berdua. Pak Harjo sudah lumayan tua dan beberapa tahun lagi akan pensiun sedangkan Bu Sumi, anak bungsunya
Aku menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru. Masih sepi, sepertinya banyak yang belum datang. Sesekali aku menjawab sapaan para siswa. Hingga sampailah aku di ruang guru.“Assalamu'alaikum,” sapaku.“Wa'alaikumsalam,” jawab beberapa guru yang berada di ruangan.“Nah, kalo ini namanya Bu Lily. Masih single loh Pak! Anaknya Bapak Husein,” kata Bu Retno, guru bahasa Indonesia.Aku mengedarkan pandangan mataku pada beliau dan rasanya aku ingin kabur menggunakan pintu Doraemon. Karena di dekat beliau ada sesosok makhluk yang kehadirannya paling tidak kuharapkan.“Bu Lily, ini loh kenalan sama Pak Ricky!” sambung Bu Retno lagi.Entah apa yang merasuki orang itu. Dengan Percaya dirinya dia berjalan ke arahku lalu mengulurkan tangan. Mau tidak mau, aku mengulurkan tanganku untuk menyambut jabatan tangannya.“Alfaricky Ramadhan,”“Lilyana Be
“Semangat, Lily Sayang. Pokoknya petikin yang banyak mangganya,” pinta Resa sang bumil ngidam.“Iya, Non. Tenang aja, ini aku petikin yang banyak,”Saat ini aku, Resa juga Mbak Ning sedang berada di rumah Resa. Niatnya kita mau makan rujak bersama. Mumpung sedang classmeeting jadi santai. Hehehe...“Ini cabenya mau berapa?” tanya Mbak Ningsih yang bertugas mengulek sambel.“Lima biji, Mbak!” seru Resa,“Enggak kepedesen ini, Res?” tanya Mbak Ning lagi.“Enggak, malah aku maunya sepuluh, hehehe...” jawab Resa sambil cengengesan.“Aku mau beli es batu dulu ya, guys. Kayaknya enak deh sambil minum es teh. Temenin aku yuk, Mbak Ning!” ajakku.“Siap. Ly, kita beli es batu dulu sama sekalian kerupuk. Kamu pokoknya mesti petikin mangganya yang banyak ya!” Pinta Mbak Ning“Oke. Tenang aja. Serahk