Share

7. memaksa arman

Karena aku memaksa Mas Arman untuk menghubungi aruni maka lelaki yang tidak punya pilihan ditambah Karena rasa bersalahnya itu, maka dia terpaksa menghubungi iparnya.

"Ada apa, Arman?" Suara wanita itu merdu mendayu dari seberang sana terdengar manis dan centil sekali.

"Uhm, begini...."

"Ada apa?"

"Tolong hapus postingan foto Saya dari i*******m-nya Mbak aruni, ga enak diliat Hani dan kerabat lain. Ini hanya demi tidak menimbulkan asumsi negatif Mbak."

"Aku tidak bermaksud untuk menyinggung istrimu, aku hanya berterima kasih karena kau selalu membantu kami."

"Sama-sama Mbak, Tapi tolong foto saya dihapus ya, saya rela tidak pergi ke kondangan dengan istri demi kamu Mba," ucap Mas Arman dengan wajah yang tidak enak padaku.

"Oh, maafin aku Arman, kalau tahu kamu mau ada acara aku nggak usah minta diantar."

"Nggak papa Mbak sudah terlanjur juga, sampai nanti."

"Bye Arman, makasih."

Klik. Suamiku menghela nafas sambil menyimpan kembali ponsel ke dalam kantongnya.

"Kuharap kamu bisa tenang dan mau memaafkanku." Lelaki itu membujuk namun aku yang belum puas dengan kemarahanku masih meradang.

"Aku belum selesai bicara juga, Mas!"

"Apalagi yang membuatmu kesal dan masih memanjangkan masalah ini?"

"Aku tidak memperpanjang, tapi, aku masih belum terima kebohongan ini. Aku tidak terima wanita itu terus mengajakmu pergi tanpa izinku. Bukankah kita sudah sepakat bahwa kemanapun kau pergi dan apapun yang akan kau berikan padanya, pasti akan kau bicarakan denganku?!"

"Itu betul, aku berjanji aku memegang komitmen itu, tapi tiba-tiba saja aruni datang ke kantor dan minta diantar. Dia bilang waktunya sudah mepet jadi aku pun tidak sempat mengabarimu!"

"Bagaimana hubungan kalian berkembang selama ini, Mas, sedekat Apa kau dengannya?"

"Hubungan apa sih?" Suamiku jadi kesal karena pertanyaanku. "Apa hubungan yang kau maksud? dia adalah kakak iparku dan tidak lebih dari itu, titik!"

"Tapi kalian begitu dekat sampai-sampai kau lalai pada keluargamu sendiri."

"Aku tidak lalai, aku hanya manusia biasa yang badannya tidak bisa dibagi dua. Aku ingin aku selalu ada saat keluargaku membutuhkanku. Dan aku tidak bermaksud untuk menyakitimu!"

"Tapi mas..."

"Sudahlah. Kecemburuanmu pada istri mendiang mas Hilman membuatnya terlihat tidak masuk akal! Padahal, aku selalu menjaga jarak dan batasanku." Mas Arman langsung berdiri selalu beranjak masuk ke dalam kamar, sepertinya lelaki yang sudah penat itu mau mandi dan ganti pakaian.

Astaga, Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, ingin marah tapi aku tidak tahu aku harus marah pada siapa. Tidak banyak yang bisa kulakukan selain banyak-banyak istighfar dan berdoa pada Allah semoga suamiku terlindung dari godaan wanita itu dan menjaga keluarga kami.

*

Pukul delapan malam.

Aku beranjak masuk ke dalam kamar, heran karena Mas Arman tidak kunjung keluar juga dan makan bersama kami. Ternyata lelaki itu sudah terbaring pulas di tempat tidur.

Kuperiksa barang-barangnya dan membereskan pakaiannya yang teronggok di lantai, tiba tiba tanpa sengaja, ponsel yang sedang dicas di dekat kaca rias berdenting. Entah kenapa aku penasaran dan ingin melihat itu pesan dari siapa, padahal sebelum-sebelum ini aku tidak pernah penasaran.

"Lihat kan, aku cantik dengan anting-anting yang kau berikan?!" Wanita itu menulis demikian di atas sebuah foto, di mana ia berpose cantik sambil menopang dagu, wajahnya nampak berkilau dan bersih karena perawatan yang rutin, rambutnya di gerai panjang dan selalu dicatok, dia menunjukkan sebuah anting-anting di telinganya yang berbentuk bunga, dan senyum lebarnya itu membuatku cemburu dan terbakar hatiku.

Lalu kemudian kugulir pesan yang dikirimnya, ada beberapa foto dia dan anaknya dengan berbagai keterangan dan alasan mereka mengirimnya, ada foto saat dia di pantai dengan laporan kalau mereka sedang liburan dan berterima kasih pada suamiku untuk uang yang sudah dikirimkannya, lalu foto saat mereka bikin kue bersama di dapur dan bahkan foto saat mereka sedang berbaring di tempat tidur.

"Selamat tidur om, semoga mimpi indah!"

Melihat pesannya itu, aku jadi mulai merasa bahwa ini sudah tidak masuk akal lagi. Mana mungkin, seorang ipar menghubungi adik iparnya yang sudah punya istri untuk mengirimkan pesan kalau dia hendak tidur dan mengucapkan selamat tidur juga. Ini keterlaluan dan tidak bisa dibiarkan.

Kalau aku diam saja maka aruni akan semakin melunjak bahkan bisa menghancurkan keluargaku!

(Kurasa kau sudah keterlaluan, ini sudah berlebihan dan tidak bisa dibiarkan lagi. Apa kau lupa kalau Arman adalah adik iparmu dan dia sudah punya istri dan anak!) Aku langsung mengirimkan pesan itu kepada aruni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status