Melihat foto suamiku di postingan wanita lain sontak dada ini serasa dihantam bongkahan batu, sesak nafas ini nyaris tersengal bukan main.
Aku jatuh terduduk dengan tangan gemetar dan tungkai kaki yang lemas seketika. Aku tidak tahu aku harus marah dari mana tapi yang jelas kejengkelan itu memuncak. Aku murka kepada aruni, marah juga pada suamiku yang tidak jujur padaku bahwa ia mengantarkan kakak iparnya. Mengapa ia harus menyembunyikannya? Apakah karena aku jarang terang-terangan menunjukkan keberatanku atas kedekatan mereka yang terlalu akrab ataukah ada hal yang lainnya? Sampai seniat itu membohongiku kalau dia punya pekerjaan di hari libur Padahal dia antarkan wanita jalang itu ke perlombaan anaknya. Dan si jalang itu... Kenapa selalu mengandalkan suamiku, Kenapa selalu Mas Arman yang dia suruh, dan Kalau suamiku tak mau dia akan memaksa dan menunjukkan kesedihannya. Suamiku yang mudah tersentuh dan iba pada orang lain akan menyerah dengan air mata aruni. Astaga, hatiku sesak, jengkel dan mangkel. "Mas kamu di mana?" Aku langsung menelpon ya tanpa menunggu waktu yang lama. "Aku masih dengan klien!" "Jangan bohong denganku Aku baru saja mengetahui di mana kau sekarang." "Ah, nanti aku jelaskan, tolong mengertilah dan tunggu Aku pulang." "Apa kebohongan yang akan kau siapkan agar aku bisa tenang dan tidak marah padamu!" "Tenanglah Hanifah, ini tidak seperti yang terlihat, jadi, tenangkan hatimu!" "Bagaimana hatiku akan tenang, kau dan Wanita itu telah menyiram bensin di atas kobaran api! Pulanglah cepat!" Aku kesel sekali dan tidak bisa menahan emosiku pada mas Arman. Aku berteriak padanya karena aku kalap dan gelap mata. Aku tahu, aku tak boleh cemburu pada iparku, tapi fakta bahwa Wanita itu sangat cantik dan sedikit centil membuatku tidak tenang. Sekuat-kuatnya iman seorang lelaki jika sudah berhadapan dengan makhluk seksi, pasti akan tergoda, minimal lekat untuk menatap, walau tidak menyentuh apalagi membuka bungkusnya. Allahu Akbar, Aku tak mau membayangkan kalau percakapan demi percakapan yang bergulir di antara mereka menciptakan keakraban tersendiri yang membuat wanita itu jadi tidak sungkan-sungkan dan manja, bukan tak Mungkin ia sesekali menyentuh Mas Arman Dan suatu saat dia pasti akan menggodanya. Bukankah cinta hadir karena kebersamaan yang selalu intens? Dan bagaimana pula suamiku bisa menebalkan iman dan pemikirannya untuk setia, bila ia selalu berhadapan dengan wanita yang mata dan senyumnya membuat pria meleleh? Ah, aku resah. * 2 jam kemudian. Mobil suamiku terdengar masuk di garasi rumah, aku yang saat itu sedang rebahan di lantai 2 langsung berlari turun dan menyambut kedatangan Mas Arman. Aku sudah menyiapkan ocehan di bibirku yang bisa saja meluncur 1000 kata per detik, namun, Aku ingin mendengar alasan dan penjelasannya. "Assalamualaikum." Lelaki itu menyapaku di ampang pintu sementara aku hanya cemberut dan melipat tanganku di dada. "Kau tidak bilang padaku kalau kau mengantarkan wanita itu! Apakah penting untuk menghabiskan waktu dengannya dibandingkan dengan keluargamu sendiri?!" "Ya ampun jangan langsung marah!" "Aku benar-benar ingin tidak marah tapi perbuatanmu mengecewakanku. Bukankah aku sudah bilang kalau hari ini kita ke rumah ibu tapi kamu rela membohongiku dan bilang kalau kamu ada klien! Padahal sebenarnya kamu mengantarkan wanita centil itu!" "Eh jangan bilang gitu dong, dia ipar kita!" "Apakah kau lupa batasan dan apa yang kita bicarakan tempo hari?" "Sebenarnya aku tidak mau mengantar aruni tapi dia datang ke kantorku membawa anaknya dan bilang kalau mereka ketinggalan bis!" "Apa? Ketinggalan bis?"sungguh alasan yang sangat membagongkan. "Iya, dan aku yang kasihan dengan Gilang merasa iba padanya dan langsung mengantarkan mereka." "Tapi kau bisa memesan taksi dan bila perlu bayarkan untuknya Mas, kau tidak perlu ikut sampai mengabaikan Anak dan istrimu sendiri!" "Dia bilang dia tidak berani kalau tidak pergi dengan anggota keluarga!" "Ada mas Hendra dan mas Bayu, Kenapa aruni tidak minta pada mereka, Kan aku sudah tekankan padamu kalau kita akan ke acara keluargaku." "Tenang sayang, please, aku benar-benar lupa!" "Lupa?!" Aku semakin murka aja dengan alasannya. "Iya setelah mengantarnya aku beristirahat dan menunggu mereka di bawah pohon depan lokasi acara, aku benar-benar tidak ingat bahwa kita akan ada acara lagi." Kalau gitu menyentuh kedua bahuku tapi aku menepisnya dengan kasar dan kesal sekali. "Aku benar-benar minta maaf dan menyesal," ucap suamiku. "Oke, tapi lihat caption wanita ini, lihat postingan Instagramnya. Dia bilang dia berterima kasih pada sosok yang selalu ada saat mereka butuhkan Apakah dia sedang berterima kasih padamu? karena, dengan bangga yang memposting fotomu." "Aku tidak bisa mengendalikan apa yang dia posting tapi aku akan bicara padanya agar tidak lagi memasang status seperti itu untuk mencegah salah paham!" "Bicara sekarang juga!"aku memerintahkan suamiku untuk menelepon iparnya itu "Iya tenang saja aku akan minta dia untuk menghapusnya, tapi, jangan marah lagi." Ucap suamiku sambil menenangkan diri ini. Kendati dia membujuk sedikit panik dan gugup karena ketahuan ada foto dia di I*******m wanita itu, tetap saja hati ini sudah terlanjur jengkel. Geram rasanya dan ingin kujambak aruni tapi aku masih menghargai ibu mertua dan keluarga lainnya. Andai tidak malu pada orang-orang akan kubotaki wanita itu.Karena aku memaksa Mas Arman untuk menghubungi aruni maka lelaki yang tidak punya pilihan ditambah Karena rasa bersalahnya itu, maka dia terpaksa menghubungi iparnya. "Ada apa, Arman?" Suara wanita itu merdu mendayu dari seberang sana terdengar manis dan centil sekali."Uhm, begini....""Ada apa?""Tolong hapus postingan foto Saya dari instagram-nya Mbak aruni, ga enak diliat Hani dan kerabat lain. Ini hanya demi tidak menimbulkan asumsi negatif Mbak.""Aku tidak bermaksud untuk menyinggung istrimu, aku hanya berterima kasih karena kau selalu membantu kami.""Sama-sama Mbak, Tapi tolong foto saya dihapus ya, saya rela tidak pergi ke kondangan dengan istri demi kamu Mba," ucap Mas Arman dengan wajah yang tidak enak padaku. "Oh, maafin aku Arman, kalau tahu kamu mau ada acara aku nggak usah minta diantar.""Nggak papa Mbak sudah terlanjur juga, sampai nanti.""Bye Arman, makasih." Klik. Suamiku menghela nafas sambil menyimpan kembali ponsel ke dalam kantongnya."Kuharap kamu bisa t
(Oh maaf, apa ini Hanifah ya?) dia segera membalasku.(Iya, aku istrinya, aku tidak tahu apa maksudmu tapi aku kaget melihat pesan-pesanmu pada suamiku. Kau kirimkan foto-fotomu yang cantik dengan maksud apa?)(Tidak ada, hanya mengirimkan saja.)(Menurutmu ini masuk akal dan wajar, menurutmu wajar seorang kakak ipar mengirimkan foto-foto ke adik iparnya?)(Jika Itu menyakiti hatimu maka aku minta maaf, Aku tidak akan mengulanginya. Kau boleh menghapus pesannya.)Ini bukan tentang menghapus pesan, aku ingin dia memberiku penjelasan kenapa ia seakan menggoda suamiku, jika aku bicara terang-terangan tentu wanita itu akan merasa tertantang dan semakin berusaha dekat pada suamiku, jadi, akan kuusahakan untuk bicara baik-baik, meski perasaanku terbakar. (Tentu saja akan kuhapus, tapi, sebelum itu, Aku ingin tahu kenapa kau terlalu berani. Apa maksudmu?)(Maafkan aku, aku tidak bermaksud apa-apa. Arman yang minta kami mengabarkannya kegiatan harian kami, dia bilang dia harus memantau kami
Aku terguncang, hatiku mencelos menyusut seakan disiram minyak panas oleh perkataan Mas Arman. Dia bilang kalau belakangan ini kelancanganku meningkat sementara aku tidak pernah merasa melunjak. Bagiku dia suamiku, dan sebagai istri aku berkewajiban untuk melindungi keluarga serta menjaga batasan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Aku tidak bermaksud untuk lancang Mas, aku hanya mengingatkanmu agar kau menjaga jarak!""Emangnya aku terlalu dekat? Apakah aku pernah memeluk dan mencumbunya, ataukah kau mulai berpikir kalau aku dan aruni berselingkuh?""Aku tidak bilang begitu ya... Aku hanya...." dia segera meletakkan jari telunjuknya di bibirku sambil menggelengkan kepalanya, tawanya yang penuh misteri serta kelicikan itu membuatku tidak habis pikir. "Tatapan dan caramu bicara seakan kau curiga. Aku berusaha memaklumi gelagatmu, diam dan mengalah pada istriku, tapi lama-kelamaan aku tidak tahan. Jangan keterlaluan ya," ujar suamiku dengan senyum sinis. Sesudah mendo
Melihatku menangis sambil memeluk lututku sendiri lelaki itu hanya menatap dengan senyum sinis dan berkacak pinggang."Aku peringatkan padamu, meski kau istriku dan ibu anak-anakku tapi jangan bersikap kurang ajar, aku adalah suamimu dan kepala keluarga ini." "Lantas pikirkanlah! jika aku lebih dekat dengan iparku dan selalu mengandalkan mereka tanpa menjaga hatimu, Apa yang akan kau lakukan?!""Biasa saja," jawabnya sambil mengendikkan bahu. Aku tak sanggup lagi menahan air mata, rasanya pupus sudah harapan untuk mempertahankan keluarga begitu melihat tindakan dan perkataannya Mas Arman yang masuk akal. Kupikir dia telah mengindahkan peringatanku, dia berjanji akan menjaga sikapnya tapi ternyata lelaki itu bersikuku ingin tetap bersama dengan aruni, dia tetap ingin memberinya nafkah, perhatian dan waktu.Jika sudah begini, sama saja dengan suamiku menanggung dua keluarga, sama saja seakan dia punya istri dua. Karena sebagian besar penghasilan dan waktu untuk aruni, maka secara t
"Ibu tidak melarangmu untuk bergaul dengan anak ibu, tapi kau juga harus memberi waktu untuk air Man agar dia bisa mengurus dirinya sendiri dan keluarganya."Wanita itu semakin menjadi-jadi saja tangisannya mendengar ibu mertua menjawabnya, dia semakin tidak membendung air mata malas sekarang ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis semakin pilu. "Sejujurnya ini tidak seperti yang ibu dengarkan, aku jarang bertemu Arman. Paling hanya sekali atau dua kali dalam sebulan, kami hanya sering berhubungan lewat chat karena dia membantu keuanganku." Wanita itu terus mengadu mengusap air mata dan meminta perhatian ibu mertua.Aku benci padanya karena ia begitu tidak tahu diri dan egois, seakan dunia berputar tentang kebutuhan dia saja sehingga dia merasa bahwa suamiku harus menafkahinya. "Oh ya? dalam seminggu saja bisa lebih dua kali pertemuan kalian! bahkan ke manapun mba pergi, suamiku selalu menjadi supirmu. Hari Minggu kemarin seharusnya kami menghadiri syukuran ayahku y
Dengan hati remuk redam, aku duduk di sisi tempat tidur berusaha untuk meredakan tangisan dan berpikir dengan jernih, ada koper pakaian yang kusimpan di atas lemari menunggu untuk kuisi lalu kuseret pergi dari tempat ini.Aku sadar perjuanganku sia-sia, hidupku seperti sandiwara yang penuh dengan omong kosong. Rumah tangga yang kujalani seperti panggung yang harus diisi dengan kepura-puraan bahwa aku bahagia padahal hatiku tertekan. Aku mendedikasikan diriku sebagai istri yang setia tapi suamiku tidak bisa menjaga sikapnya. Aku menunggu sesuatu yang tidak mungkin berubah, yakni perubahan Arman yang terlalu mementingkan iparnya tanpa memperdulikan perasaanku. Menurutnya aku terlalu cemburu padahal sebenarnya dialah yang buta. Selagi mencoba untuk meredakan gejolak hatiku ibu mertua di luar sana sedang memarahi anaknya, dia mengomel pada aruni dan Arman, dia mencecar mereka panjang lebar, dan meminta Mas Arman untuk lebih menjaga sikapnya. Ibu mertua, berusaha memberi pengertian pad
Mas Arman mengikuti langkah ibunya ke pintu gerbang, membantu wanita itu masuk ke dalam mobilnya, diikuti oleh aruni yang sesaat bicara padanya. Dua sejoli itu seperti membicarakan sesuatu yang serius lalu Mas Arman mengangguk sambil wanita itu mengelus bahu suamiku. Nampaknya, sentuhan haram wanita yang bukan mahram suamiku itu, telah membuat dia lupa diri dan terpengaruh. Aruni memang cantik, tatapan dan senyumnya bisa melelehkan siapapun, tapi bagiku, semua ucapannya tak ubahnya mantra yang telah meracuni hati arman dan berubah drastis. Hubungannya yang dekat dengan suamiku telah jadi duri dalam Rumah tanggaku, jadi dilema besar yang membuat suamiku bingung untuk memilih. Harusnya kami bahagia dan suamiku fokus pada keluarganya sendiri, tapi kenyamanannya dekat dengan aruni, telah menciptakan konflik denganku. Aku yakin suamiku jatuh cinta pada wanita itu. Sekuat apapun cara mereka menutupi, dari interaksi, pandangan, cara bicara dan bagaimana Arman selalu bergerak cepat saat d
Setelah kepergian suamiku, aku terjatuh lemas duduk di kursi teras, kupikir ketegasanku akan membuat segalanya berubah tapi malah membuat keadaan jadi makin rumit. Kukira, setelah membicarakan perasaanku kepada mertua dan ibu mertua berusaha memberi mereka pengertian, segala sesuatu akan berubah dan kembali seperti semula, tapi dengan jujurnya aku, hubungan mereka seakan terungkap dan mereka semakin gamblang menunjukkan kedekatannya. Seakan tidak boleh ada yang melarang atau menghalangi mereka. Suamiku dan kakak iparnya itu, Allahu Akbar... kalau diingat bagaimana sibuknya dia melayani aruni dan bagaimana manjanya aruni kepada Mas Arman, aku hanya bisa mengucapkan istighfar dan mengurut dadaku. Aruni wanita jalang itu, dia telah mengadu kepada suamiku dan menciptakan konflik antara aku dan Arman. Dia pasti telah bercerita dan melebih-lebihkan perkataanku kepada suamiku sehingga membuat Mas Arman murka. Ah, posisiku sangat tidak menguntungkan. "Bu." Aku menelpon ibu mertua karena sa