Share

5. pulang

Pulang dari kerja suamiku nampak penat sekali, iya letakkan kunci mobil dan tasnya di atas meja kerja lalu berjalan dengan lesu dan menjatuhkan dirinya di atas sofa depan ruang tv. Berulang kali dia mendesah sambil memijit di kepalanya.

"Kenapa Mas?" Aku datang membawakan segelas air hatiku jengkel atas percakapanku dengan ibu mertua beberapa saat yang lalu tapi aku harus tetap terlihat senyum di depan suamiku.

"Capek banget, tensi kerjaan banyak sekali ditambah klien dari Jepang itu sama sekali tidak pengertian mereka meminta kami untuk mengebut pekerjaan proyek, tapi mereka tidak mengetahui kendala apa yang kami hadapi di lapangan! Ah ya Tuhan!"

"Emangnya apa yang terjadi Mas?"

"Mereka meminta pengecoran jembatan harus selesai dalam minggu ini, tapi mereka tidak menyadari bahwa kami menghadapi kendala terlambatnya pasokan material dan cuaca yang tidak mendukung."

"... Lalu mereka mulai menyalahkan dan memintaku menyelesaikan semuanya sebagai supervisor lapangan."

"Ya Tuhan aku turut prihatin Mas Andai ada yang bisa kulakukan untuk membantumu!"

"Aku tidak akan membebani keluargaku karena aku bisa mengatasinya sendiri! Tapi, aku hanya memohon agar situasi rumah dan kondisi keluarga tetap tenang."

"Aku berusaha Mas tapi baru siang tadi aku mendapatkan teguran dari ibu mertua...."

"Kenapa?" Suamiku langsung duduk tegak dan mukanya tegang.

"Tadi pagi Mbak aruni minta aku untuk menyampaikan agar kau mengantarkan dia ke kecamatan."

"Untuk apa?"

"Anaknya mau lomba melukis. Jadi aku bilang kalau kita punya acara keluarga sekaligus kau sibuk sekali minggu ini."

"Kau tidak salah," ucap suamiku sambil mendesahkan nafasnya.

"Tapi sepertinya Mbak aruni melapor kepada ibu mertua sehingga beliau menegurku!"

"Bilang apa?"

"Kita harus memprioritaskan keluarga dan kerabat. Tapi aku sudah jelaskan pada ibu bahwa kita sudah berikan yang terbaik selama ini jadi aku ingin sekali Mas Bayu dan mas Hendra mengambil alih."

"Kok pasti sudah membuat Ibu marah...."

"Mau bagaimana lagi Mas aku juga prihatin dengan keadaan keluarga kita, kapan kita bisa membangun untuk diri kita sendiri kapan kita akan punya tabungan dan rumah yang layak juga kendaraan baru, kapan semuanya berubah dan beban yang banyak itu terangkat dari bahumu."

"Aku tidak menjadikan keluargaku sebagai beban!"

"Namun sebagai istrimu aku yang prihatin, Aku ingin suamiku memiliki mental yang sehat serta semangat yang kuat untuk menjalani hari-harinya, bukan terus tersita waktu dengan iparmu yang banyak maunya!"

"Sebenarnya nggak apa-apa sih, Aku hanya ingin berperan sebagai paman yang baik."

"Aku tidak meragukan niatmu Mas dan kau telah melakukan yang terbaik selama ini bahkan kau rela berulang kali menendang rencana keluarga dan mengajak anak-anak kita libur demi Gilang dan aruni!"

"Aku menangkap kecemburuanmu ujar suamiku sambil tersenyum dan menjawil pipi ini.

"Tidak Mas, aku tidak cemburu, Aku hanya ingin kita semua jaga jarak agar tidak terjadi fitnah atau hal yang tidak diinginkan. Ipar adalah maut dan benih-benih kebersamaan akan membuat kalian terbiasa untuk tidak menjaga jarak!"

"Aku mengerti," jawabnya mengangguk.

*

Minggu pagi.

"Aku harus ke lokasi proyek ucap suamiku sambil mengenakan kemeja kotak-kotak biru dan jam tangannya, Dia segera menyisir rambut dan menyemprotkan parfumnya.

"Ada apa? Bukannya ini hari Minggu?"

"Iya seperti yang kau katakan kemarin bahwa aku harus mengebut pengerjaan."

"Ya ampun Mas, kau jadi tidak punya istirahat."

"Tidak masalah." Dia mengucapkan Minggu lalu bergantian memeluk anak kami dan berpamitan, bahkan dia tidak sempat sarapan atau minum kopi buatanku.

Sampai beberapa saat setelah kepergian yang aku masih berpikir positif dan tenang-tenang saja, aku jalani hari minggu bersama anak-anak dengan berkunjung ke tempat Ibuku untuk membantu persiapan syukuran keluarga, juga berbelanja sendirian ke supermarket .

Menjelang sore aku bisa istirahat setelah menyetrika pakaian dan menyiapkan baju sekolah anak-anak. Selagi melihat-lihat I*******m aku tak sengaja melihat postingan aruni, yang nampak bahagia sambil memeluk anaknya yang ternyata juara.

Dia menulis caption Terima kasih Untuk Anakku yang hebat serta sosok yang selalu mendukung di belakang kami, lalu di slide yang kedua ada foto candid suamiku yang diambil tanpa sepengetahuannya, lelaki itu sedang memegang ponselnya sambil mengenakan kacamata hitam dan jam tangan yang membuatnya semakin tampan dan bergaya.

Jadi wanita itu sedang berterima kasih pada suamiku, karena tanpa pengetahuanku mas Arman sudah mengantarnya ke kecamatan!? Oh, sontak saja dadaku terbakar dan rasa jengkel yang selama ini berusaha kupendam langsung bergejolak bukan main.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status