“Hati-hati dijalan, bawa motor jangan kencang-kencang.” ucap Mas Hanafi memberi perhatian.Aku mengangguk dan menutup kaca helmku, dan motorku pun melaju. Azan Magrib berkumandang. Ku arahkan motor kearah asal suara azan. Aku shalat dimesjid dipinggir jalan raya, setelah salam aku bergegas melanjutkan perjalanan, Khawatir sebenarnya pulang agak malam sendirian, tapi mau bagaimana lagi, daripada nanti ada masalah jikalau diantar oleh Mas Hanafi.“Assalamualaikum Ma!” ucapku saat telah masuk kedalam rumah.“Waalaikumussalam.” jawab Mama sambil monoleh kearahku.Mama duduk di sofa ruang tamu. Tangannya menggenggam remot TV, dimeja penuh dengan cemilan, ada kacang goreng, kue bawang, kerupuk udang dan lainnya. Mama pasti sedang nonton drama Korea favoritnya, drama Korea tentang si gadis cantik nan anggun berubah jadi gadis macho yang sedang tenar dan selalu jadi bahan diskusi emak-emak kala beli sayuran ditukang sayur.“Dari mana saja jam segini baru pulang?” selidik Mama. Nada suaranya m
“Tak baik membuat suami kesepian sendiri Nak. nanti dia cari hiburan sendiri, banyak gadis cantik berkeliaran diluar sana. Tak kuat iman bisa mendua hati. apalagi sekarang banyak wanita nggak bener, wanita seumuran anak SMP aja banyak yang menjajakan diri dengan tarif lima puluh ribuan, bahaya.” sambung Ayah.“Tapi Bang Kay nggak gitu kok Yah.” jawabku bimbang.“Syukurlah dia tidak begitu, tapi seberapa lama seseorang mampu bertahan May? batu saja yang keras bisa pecah tersiram air yang terus menerus, apalagi hati manusia. Maka jangan coba-coba bermain api, jika keimanan tak sekokoh batu, jangan biarkan air terjun sebagai ujian, apalagi dipukul palu. Intinya begini May. jangan pernah sengaja menguji ketabahan hati, jika hati bertahan itu bagus, tapi jika hati berobah dan berpaling? Siapa yang rugi? Rela kamu suamimu selingkuh atau poligami?” cecar Ayah.“Tidak Yah.” jawabku tegasAda sesuatu yang membara didalam jiwaku saat Ayah mengatakan kata suami selingkuh dan poligami, tak akan b
Tepat pukul 06.00 pagi kami beranjak dari rumah Mama. Ayah dan Mama mengantar kami kedepan. Aku memeluk Ayah dan Mama bergantian, aku tidak bisa menahan gerimis hatiku, perlahan netraku basah.“Jaga dirimu baik-baik Nak, jaga harta suamimu dan jaga suamimu.” pesan Mama terisak.Sama dengan pesan Mama saat pertama kali aku pindah kerumah Bang Kay setahun silam, saat aku baru resmi jadi istri Bang Kay.“Maya akan berusaha Ma.” jawabku dalam sedu sedan.Acara perpisahan ibu dan anak tak berlangsung lama, karena Bang Kay sudah menstster motornya. Bang Kay pasti tak mau telat ketempat kerja. Dia sering tidak sarapan karena tidak mau telat. Dia lebih sering makan siang ditempat kerja dengan makanan yang kubekalkan dan makan malam dirumah.“Lani insyaAllah, besok Kay jemput ya Ma, tolong dijaga sehari ini.” ucap Bang Kay, Lani kucing Persiaku tak bisa kubawa, karena motor Bang Kay sudah penuh.Aku naik kemotor suamiku. Koper ku taruh ditengah antara aku dan Bang Kay. aku juga sudah mulai ris
“Terimakasih. Nggak usah Mas, Maya hanya butuh istirahat. Beberapa jam lagi akan sembuh.” Aku menolak dengan halus.“Ya sudah kalau Maya nggak mau berobat kerumah sakit. Istirahat saja dirumah ya. nanti Mas kirimkan obat dan makanan sehat kesana.” ucap Mas Hanafi kembali.“Jangan Mas. jangan membuat Maya sulit, Maya lagi nggak enak badan, Maya tidak mau kena marah juga, cukup nggak enak badan ini saja.” Aku memohon.“Maya tak perlu khawatir, Maya tenang saja, nanti Mas ngirimnya tidak pake nama Mas, Mas akan kirim pake nama perempuan.” bujuk Mas Hanafi.Aku tidak bisa menolak lagi, tak ada alasan dikepalaku, ditambah lagi aku masih sangat pusing, otakku tak bisa diajak kompromi untuk memikirkan hal-hal yang rumit.“Baiklah, tapi kirimnya jangan ke alamat Maya yang kemarin ya. nanti Maya kirim alamatnya via W*.” ucapku.“Baik, cepat sembuh Maya, Mas rindu ingin cerita banyak.” ucap Mas Hanafi.“Sudah dulu ya Mas. Maya masih pusing dan ngantuk, Maya harus istirahat. Assalaamualaikum.” A
Aku berjalan meninggalkan pasar ikan. Aku masuk kekawasan penjual sayur-sayuran. Aku membeli terong asam dan daun “Modang Pawe.” Daun ini adalah rahasia gulai asam pedas enak orang di kampungku. Daun inilah yang menjadikan gulai asam pedas istimewa, rasa dan aromanya tiada duanya. Aku juga membeli jeruk nipis, daun salam, kunyit dan serai sebagai bumbu tambahan. Lalu aku kekedai barang harian, ditoko barang harian aku membeli satu bungkus kerupuk dan satu kilo mentimun. Tidak lupa ku beli bumbu gulai cabe rawit.Setelah belanja lauk pauk dan sayuran usai, aku kembali kerumah dengan langkah pelan. Berat belanja yang ku bawa turut memperlambat langkah kakiku. Sepuluh menit berjalan akhirnya aku sampai kerumah. Aku mengambil kunci pintu dikotak meteran listrik dan membuka pintu.“Assalamualaikum.” Sebuah suara asing memalingkan wajahku kearahnya.“W'a..waalaikumsalam.” jawabku kaget.“Maaf bu mengganggu. Saya mau mengantar barang kiriman untuk ibu Maya Safeera.” ucap sang kurir.“Ya deng
Aku tidak menyesal sama sekali durhaka pada suamiku, Aku terguncang. Harusnya aku bahagia bersamanya, tapi nyatanya bathinku amat tersiksa.Selama tinggal dengan Ayah dan Mama aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, setelah menjadi istri Bang Kay hampir 95% keinginanku tak mampu dipenuhinya. Saat bersama Mama aku hampir tidak pernah masak dan cuci piring, setelah menikah aku disibukkan oleh aktifitas melelahkan itu, ditambah lagi aku tidak mendapat nafkah batin dan perhatian lebih dari Bang Kay, aku merasa dijadikan budak.Aku rasanya ingin terus berbicara tanpa henti saat ini, mengeluarkan semua uneg-uneg yang telah kukumpulkan sejak lama, Bang Kay yang mendengar kata-kata ku yang penuh amarah setiap saat hanya terdiam tanpa suara. Bang Kay tidak menanggapi sedikitpun. Melihat Bang Kaylani diam membisu membuatku semakin marah. Aku merasa diabaikan olehnya."Kita menikah secara baik-baik. mari kita pisah secara baik-baik.Bang, ceraikan Maya sekarang!” aku menuntut. Bang Kaylani diam
Kenapa Bang Kay memegang gawaiku, jangan-jangan Mas Hanafi menelponku?Oh no! Bisa hancur nama baikku jika Bang Kaylani tau aku sering dotelvon laki-laki lain, ini soal marwah seorang istri, walau selalu menderita, aku tidak mau dicap sebagai istri yang tidak tahu diri, aku tidak mau dicap sebagai istri yang suka selingkuh, itu istilah yang sangat buruk."Kenapa Abang periksa-periksa gawai Maya tanpa seizin Maya? Mau cari-cari kesalahan Maya ya? Mau menuduh Maya selingkuh? Mau menyalahkan Maya atas semua hal?” aku bertanya bertubi-tubi. Bang Kaylani kaget, HP ku terlepas dari tangannya, wajahnya memias. Aku sengaja menyerang duluan agar Bang Kaylani tidak memiliki kesempatan untuk membela diri, ku lontarkan banyak pertanyaan agar Bang Kaylani bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku.Ku rebut HP ku dari sisi Bang Kaylani, ku cek panggilan masuk. Tidak ada panggilan baru dari Mas Hanafi. Ku buka Wa, Banyak pesan Wa Masuk, ada pesan Wa dari Ma
Bang Kay masih tidur di sofa, aku kasihan sebenarnya kepadanya, tapi, aku heran juga mengapa aku begitu muak, mungkin karena aku sudah terlalu jenuh. Masih ada waktu bagiku masak untuk sarapan pagii. Setelah lama menatap wajah Bang Kay, kemudian aku beranjak kedapur untuk masak. Ku buka tudung saji untuk memeriksa apakah ada sisal auk semalam atau tidak, ternyata masih banyak gulai asam pedas gabus tersisa, kupanaskan terlebih dahulu sisa gulai asam pedas, ku tuang sisa gulai asam pedas itu kedalam kuali yang telah ku sediakan di atas kompor. Sembari memanaskan gulai asam pedas, ku ambil sayur mayor dikulkas, aku akan memasak sayur bayam dan telur ceplok kesukaan Bang Kaylani. Tidak menunggu waktu lama, akhirnya selesai juga aku memasak untuk sarapan pagi, kulanjutkan membuat juice lemon. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran bergema dari menara Mesjid, aku seketika kaget, aku belum siap bertemu Bang Kaylani, secepat kilat ku ambil penanak nasi, ku keluarkan nasi dingin yang ada didalammny