Aku berjalan meninggalkan pasar ikan. Aku masuk kekawasan penjual sayur-sayuran. Aku membeli terong asam dan daun “Modang Pawe.” Daun ini adalah rahasia gulai asam pedas enak orang di kampungku. Daun inilah yang menjadikan gulai asam pedas istimewa, rasa dan aromanya tiada duanya. Aku juga membeli jeruk nipis, daun salam, kunyit dan serai sebagai bumbu tambahan. Lalu aku kekedai barang harian, ditoko barang harian aku membeli satu bungkus kerupuk dan satu kilo mentimun. Tidak lupa ku beli bumbu gulai cabe rawit.Setelah belanja lauk pauk dan sayuran usai, aku kembali kerumah dengan langkah pelan. Berat belanja yang ku bawa turut memperlambat langkah kakiku. Sepuluh menit berjalan akhirnya aku sampai kerumah. Aku mengambil kunci pintu dikotak meteran listrik dan membuka pintu.“Assalamualaikum.” Sebuah suara asing memalingkan wajahku kearahnya.“W'a..waalaikumsalam.” jawabku kaget.“Maaf bu mengganggu. Saya mau mengantar barang kiriman untuk ibu Maya Safeera.” ucap sang kurir.“Ya deng
Aku tidak menyesal sama sekali durhaka pada suamiku, Aku terguncang. Harusnya aku bahagia bersamanya, tapi nyatanya bathinku amat tersiksa.Selama tinggal dengan Ayah dan Mama aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, setelah menjadi istri Bang Kay hampir 95% keinginanku tak mampu dipenuhinya. Saat bersama Mama aku hampir tidak pernah masak dan cuci piring, setelah menikah aku disibukkan oleh aktifitas melelahkan itu, ditambah lagi aku tidak mendapat nafkah batin dan perhatian lebih dari Bang Kay, aku merasa dijadikan budak.Aku rasanya ingin terus berbicara tanpa henti saat ini, mengeluarkan semua uneg-uneg yang telah kukumpulkan sejak lama, Bang Kay yang mendengar kata-kata ku yang penuh amarah setiap saat hanya terdiam tanpa suara. Bang Kay tidak menanggapi sedikitpun. Melihat Bang Kaylani diam membisu membuatku semakin marah. Aku merasa diabaikan olehnya."Kita menikah secara baik-baik. mari kita pisah secara baik-baik.Bang, ceraikan Maya sekarang!” aku menuntut. Bang Kaylani diam
Kenapa Bang Kay memegang gawaiku, jangan-jangan Mas Hanafi menelponku?Oh no! Bisa hancur nama baikku jika Bang Kaylani tau aku sering dotelvon laki-laki lain, ini soal marwah seorang istri, walau selalu menderita, aku tidak mau dicap sebagai istri yang tidak tahu diri, aku tidak mau dicap sebagai istri yang suka selingkuh, itu istilah yang sangat buruk."Kenapa Abang periksa-periksa gawai Maya tanpa seizin Maya? Mau cari-cari kesalahan Maya ya? Mau menuduh Maya selingkuh? Mau menyalahkan Maya atas semua hal?” aku bertanya bertubi-tubi. Bang Kaylani kaget, HP ku terlepas dari tangannya, wajahnya memias. Aku sengaja menyerang duluan agar Bang Kaylani tidak memiliki kesempatan untuk membela diri, ku lontarkan banyak pertanyaan agar Bang Kaylani bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku.Ku rebut HP ku dari sisi Bang Kaylani, ku cek panggilan masuk. Tidak ada panggilan baru dari Mas Hanafi. Ku buka Wa, Banyak pesan Wa Masuk, ada pesan Wa dari Ma
Bang Kay masih tidur di sofa, aku kasihan sebenarnya kepadanya, tapi, aku heran juga mengapa aku begitu muak, mungkin karena aku sudah terlalu jenuh. Masih ada waktu bagiku masak untuk sarapan pagii. Setelah lama menatap wajah Bang Kay, kemudian aku beranjak kedapur untuk masak. Ku buka tudung saji untuk memeriksa apakah ada sisal auk semalam atau tidak, ternyata masih banyak gulai asam pedas gabus tersisa, kupanaskan terlebih dahulu sisa gulai asam pedas, ku tuang sisa gulai asam pedas itu kedalam kuali yang telah ku sediakan di atas kompor. Sembari memanaskan gulai asam pedas, ku ambil sayur mayor dikulkas, aku akan memasak sayur bayam dan telur ceplok kesukaan Bang Kaylani. Tidak menunggu waktu lama, akhirnya selesai juga aku memasak untuk sarapan pagi, kulanjutkan membuat juice lemon. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran bergema dari menara Mesjid, aku seketika kaget, aku belum siap bertemu Bang Kaylani, secepat kilat ku ambil penanak nasi, ku keluarkan nasi dingin yang ada didalammny
“Delapan ratus enam puluh ribu rupiah itu biaya totalnya pak?” Aku merasa biayanya sedikit terlalu mahal.“Ya itu biaya total sekali sidang. Jika sidangnya sampai dua kali, tiga kali atau lebih, maka akan ada tambahan biaya setiap sidangnya. Biasanya jika wanita menggugat minimal tiga kali sidang, dua kali sidang mediasi, dan sidang ketiga keputusan bercerai atau tidak. hanya dalam kasus-kasus berat yang diputuskan disidang pertama, seperti suami melakukan kekerasan, suami dipenjara karena kasus berat dan lainnya. Dan untuk biaya sidang selanjutnya tidak banyak, hanya untuk biaya makan minum empat orang hakim.” Si bapak kembali menjelaskan. keraguan mulai menyelimuti hatiku.“Saya sudah putuskan, saya harus cerai Pak, permasalahan saya sangat rumit dan rahasia, nanti akan saya ungkap dipersidangan. Masalah biaya tidak jadi persoalan bagi saya.” Aku bersikeras.“Ya itu hak ibu, terserah ibu. Saya hanya mengingatkan saja, saya sudah puluhan tahun kerja disini, kebanyakan yang bercerai d
“Baik Bu, terimakasih.” ucapku.Aku keluar gedung pengadilan menuju belakang tembok. Cukup lama aku mencari “Kantor spesialis permohonan cerai” yang direkomendasikan Bu Doktor Maimunah. Capek berjalan mengitari tembok aku duduk beristirahat disebuah bangku didepan sebuah gubuk kecil ukuran 2 meter. Disana juga duduk beberapa wanita, mungkin mereka pemilik gubuk itu.“Mau kemana Mbak?” Gadis yang bersebelahan denganku menegur ramah.“Saya mau cari tempat pembuatan permohonan cerai yang direkomendasikan pengadilan. Katanya disekitaran belakang tembok ini, capek saya cari tidak ketemu, dan tidak ada orang sekitaran sini yang tau tempat seperti itu, sudah banyak orang yang ku tanya.” Aku curhat kepada gadis itu.“Tempatnya itu ya disini hehehe.” Dia terkekeh.“Disini?” aku meminta kepastian.“Iya, benar. Ini tempatnya. Saya juga lagi mengurus surat permohonan cerai.” Gadis manis itu ternyata sudah menikah. Ya Allah, tempat ini sangat tertutup, tidak ada plang nama atau spanduk nama, ban
“Masalah pengasuhan Lani Ma. Maya mau bawa Lani pulang. Lani hanya akan menyusahkan Mama disini.” Aku berbohong.“Ya kalau mau bawa pulang bawa saja. Lani kan kucing kamu, nggak perlu minta izin sama Mama.” sahut Mama.“Lani dimana Ma?” aku melepaskan pelukan.“Tadi tidur di sofa ruang tamu, ini kan sudah siang, emang jadwalnya kucing tidur.” ujar Mama.“Lani nggak ada jadwal tidur Ma, dirumah memang tidur saja kerjanya. Bangun minta makan, habis makan tidur lagi. begitu terus setiap hari.” “Kucing, Rusa, Macan dan semua binatang yang bisa melihat dikegelapan malam tidurnya dan berjaga pada siang hari. Memang sudah begitu diciptakan oleh Allah. Beda dengan kita, mata kita tidak bisa bercahaya dikegelapan, maka kita tidurnya malam, bangunnya siang. binatang yang bercahaya matanya pada malam hari akan merasa silau dan ngantuk matanya terkena cahaya matahari, sehingga dia lebih suka tidur disiang hari.” ucap Mama, mentransfer ilmunya.’“Oh begitu ya? pantesan banyak binatang yang bangu
“Tidak baik menolak rezeki Nona.” Jawabnya pendek. Tunggu, Aku kenal suara itu. itu suara Mas Hanafi.“Mas Hanafi?” aku kaget.“Haha tenyata Nona mengenalku.” Seloroh Mas Hanafi sambil tertawa.“Mas ngapain disini? Rumah Mas disekitaran sini?” aku bertanya. Aneh makan disaat sudah sangat sore begini.“Mas cuma mampir buat minum kopi, ngantuk seharian didalam ruangan. Toko jam Mas disebelah rumah makan ini.” Mas Hanafi menjelaskan.“Jika Maya tidak buru-buru, sudilah kiranya mampir ke toko saya disebelah.” Mas Hanafi menawarkan.“Sebenarnya Maya mau segera pulang. Tapi karena sudah disini boleh lah.” Aku berdiplomasi, seakan menolak, padahal mau banget.“Kalau begitu ayo.” Mas Hanafi membawakan belanjaku dan menarik tanganku.Dadaku berdebar aneh saat Mas Hanafi menggenggam erat tanganku. Ada getaran-getaran dan debaran ombak asmara disana. Aku bejalan mengikuti Mas Hanafi bagai kerbau yang dicocok hidungnya