Share

BAB-(2)

Perlahan, kaki Sora mulai bergetar saat kedua pria itu semakin mendekat. Dengan jelas, ia melihat garis-garis luka yang telah sembuh di wajah keduanya. Terlihat sangat mengerikan.

Di tambah lagi di leher dan punggung tangan pria itu, terhampar sebuah tato berwarna hitam kehijauan, terpahat tato berbentuk lingkaran, di dalamnya tersembunyi gambar salip yang dililit ular dengan mata dan lidah menjulur merah menyala, seolah menyembul dari kegelapan dengan keangkeran yang mencekam, mengundang sensasi dingin merayap di sepanjang tulangnya.

Sora mencoba untuk melangkah mundur, tapi tangan kasar sudah meraih kerah bajunya dan mengangkatnya dengan kasar. Dia merasa dirinya seperti burung yang terjebak dalam cengkeraman predatornya.

"Ah, lepaskan aku! Aku tidak sengaja, sungguh." Sora memberontak minta dilepaskan.

"DIAM! TUTUP MULUTMU! JIKA TIDAK, AKU AKAN MEROBEKNYA!" bentak pria yang mengangkatnya.

Kedua pria itu membawanya ke samping pintu mobil penumpang, di mana sepatunya tanpa sengaja masuk saat ia melemparkannya tadi. Dalam kebingungan dan ketakutan, Sora memandang ke dalam mobil.

Pintu mobil hanya terbuka setengah, sehingga Sora tidak dapat melihat keseluruhan wajah orang di dalamnya. Ditambah lagi, gumpalan asap yang bertebaran di sekelilingnya membuat pandangannya samar.

Perlahan, aroma tembakau dan alkohol juga sedikit aroma darah menyeruak ke indra penciumannya. Namun, Sora dapat melihat mata tajam pria itu sedang menatapnya, membuatnya semakin takut dan gelisah.

"Apa yang akan kita lakukan pada gadis ini, Tuan?" terdengar suara bariton dari salah satu pengawal yang bertanya.

Mendengar itu, tubuh Sora bergetar ketakutan. "Tolong, tolong maafkan aku. Aku sudah bilang aku tidak sengaja. Mengapa kalian begitu jahat padaku? Ayo, Paman baik, lepaskan aku," pinta Sora dengan air mata yang semakin deras mengalir.

Ia menatap kembali ke dalam mobil, melihat mata cokelat tajam itu, dan mulai memohon. "Tolong, Tuan, katakan pada anak buahmu ini untuk melepaskan aku. Aku masih begitu muda, masih banyak yang ingin kucapai.”

“Aku baru saja diputuskan oleh kekasihku. Aku sangat sial hari ini, tolong kasihanilah aku. Aku juga tidak bisa menggantinya dengan uangku. Aku baru saja diterima bekerja di rumah sakit swasta, jadi aku belum gajian." Dengan polosnya Sora berbicara panjang lebar.

Sepertinya Tuhan benar-benar sedang memihak Sora malam ini. Karena tiba-tiba terdengar suara dingin seorang pria di dalam mobil, "Lepaskan dia!"

Kedua pengawal itu bertatapan bingung, tapi tidak berani bertanya lebih lanjut. Mereka melepaskan Sora dan kembali berjalan masuk ke dalam mobil Jeep Wrangler.

Sora kebingungan sesaat, menatap kedua mobil yang perlahan mulai berjalan pergi.

Dia kembali tersadar saat otaknya mengingat sesuatu. "Eh, eh, sepatuku kembalikan," teriak Sora pada mobil yang sudah mulai jauh dari pandangannya.

"Ahkk! Sial sekali aku hari ini!" Dia menghentakkan kakinya dengan kesal di aspal, membuat air hujan yang tergenang di aspal terpercik.

Langit gelap tertutup awan mendung. Sora melangkah dengan langkah yang lemah, dan satu sepatu flat miliknya yang tersisa ia genggam erat. Tetesan-tetesan hujan mulai merintik di atas kepalanya.

Setelah beberapa menit berjalan, tiba-tiba di belakangnya suara klakson mobil menghentikan langkahnya. Sora memalingkan wajahn dengan perasaan campur aduk, takut dan penasaran. Sebuah mobil melambai-lambai kepadanya, mengungkapkan seorang wanita yang duduk di dalamnya.

"Hei, gadis bodoh!" seru wanita itu dengan nada pedas, "apa yang kau lakukan di jalan raya dengan tampilan seperti ini? Apa kau tak melihat bahwa sedang hujan? Apa kau ingin sakit? Bukankah besok kau harus bekerja?"

Suara itu begitu akrab bagi telinga Sora. Dengan cepat, ia berbalik badan, matanya bertemu dengan sosok wanita yang begitu dikenalnya. "Maria, Ryn!" serunya dalam kegembiraan. Air mata tak tertahankan pun membanjiri pipinya.

"Eh, eh. Apa yang terjadi padamu?" Maria berkata sambil menyembulkan kepalanya melalui jendela mobil. "Masuklah ke dalam, Sora. Jangan menangis di sini, aku tidak mau jika nanti orang akan mengira aku membullymu."

"Ya, cepat masuk, Sora. Kau akan sakit kalau tetap berada di luar." Tambah Ryn, membuka pintu belakang mobil dengan sigap. Dengan kaki yang lemah, Sora masuk ke dalam mobil.

"Ada apa denganmu?" Maria bertanya, wajahnya terlihat khawatir. "Berseragam perawat dengan penampilan acak-acakan seperti ini, berjalan sendirian di jalan. Apa kau gila? Apa kau tidak takut diculik oleh gangster jalanan, huh?!"

Sora menghela napas, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Ceritanya sangat panjang, Maria. Hidupku sungguh sial. Sepertinya kehidupanku sebelumnya membuatku menjadi orang yang jahat, sehingga kehidupanku sekarang begitu menyedihkan.”

“Chris memutuskan hubungan kami, dan yang lebih buruk lagi, aku tanpa sengaja terlibat masalah dengan beberapa gangster. Untungnya, Tuhan masih berpihak padaku." Wajah Sora nampak sedih.

"Hah, apa? Oh, baiklah, biar kita ke apartemenku dulu," kata Maria, suaranya penuh perhatian, "ceritakan semuanya di sana, kau lebih baik minum dulu dan tenangkan dirimu." Ia melirik Ryn yang duduk di sampingnya, memberi isyarat untuk memberikan air kepada Sora.

Ryn langsung mengangguk, segera mengambil botol air dari bagasi mobil dan memberikannya kepada Sora. "Minumlah, Sora. Semoga ini bisa membantumu merasa lebih baik," ucapnya dengan simpati.

Sora menerima botol air dari tangan Ryn. Pelan-pelan perasaannya mulai membaik dan kehangatan memenuhi hatinya. "Terima kasih, Maria, Ryn," ucapnya.

Mobil yang menyimpan tiga wanita itu melaju menuju arah apartemen Maria. Sesekali, sorotan lampu jalan menyinari mobil mereka.

****

Dengan langkah yang anggun, seorang pria memasuki kamarnya yang mewah, melepaskan jas mahal dan kemeja putih yang terpercik darah. Aroma darah yang menyengat perlahan menyeruak ke dalam ruangan yang sebelumnya penuh dengan kemegahan.

Tanpa sesuatu yang menyelimuti tubuhnya, Jhon melangkah menuju kamar mandi. Di sana, dia berdiri dengan gagah, menyalakan pancuran air, dan membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya yang kekar, yang dihiasi dengan beberapa tato.

Namun, ada satu tato yang paling menonjol di dadanya. Sebuah tato berbentuk lingkaran, di dalamnya tersembunyi gambar salip yang dililit ular dengan mata yang tajam dan lidah menjulur merah menyala. Tubuhnya terlihat begitu perkasa, seolah-olah tak ada cacat sedikit pun di sana.

Perlahan, air putih yang menetes dari tubuhnya mulai berubah warna menjadi sedikit merah muda kekuningan. Ini adalah jejak permainannya tadi. Setelah selesai mandi, Jhon keluar dari kamar mandi dan mengganti bajunya. Baju kotor yang tadi berserakan di lantai sudah tidak ada, tapi yang pasti, pelayanannya sudah mengambilnya.

Dengan langkah ringan, Jhon mengambil nikotin dan korek api dari dalam laci. Dia menyalakannya dan menghisapnya dalam-dalam di antara bibirnya yang seksi. Sambil memainkan ponsel di genggamannya, dia melangkah menuju balkon.

Tiba di pagar pembatas balkon, ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan santai, dia mengangkatnya.

"Hallo," sapa Jhon dengan nada datar.

"Yah, hallo Mr. Mancini, saya Redrugue. Apakah jadi malam ini? Saya sangat mengharapkan Mr. Mancini mau menemui saya," kata Redrugue di seberang ponsel, suaranya terdengar cemas dan berharap.

Jhon mendengarkan sejenak, lalu menjawab dengan tegas, "Redrugue, asistenku dengan beberapa orang-orangku akan menemuimu di dermaga, membawa barang-barang yang kalian butuhkan. 50 kilogram kokain dengan kualitas terbaik dan senjata api, terutama AK-47, sebanyak 100 unit. Terima barangnya, dan berikan uangnya. Setelah itu, kembalilah ke Sao Paulo," ucapannya jelas dan padat, tidak memberi ruang bagi Redrugue untuk memperpanjang pembicaraan.

"Tapi Mr. Mancini —" suara Redrugue terdengar ingin melanjutkan, tapi Jhon langsung memotongnya.

"Setelah kembali ke Sao Paulo, katakan pada tuanmu, aku tidak berniat bekerja sama dengan Lobos Da Sao!" kata Jhon dengan tegas sebelum memutuskan panggilan tersebut.

Jhon memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, kembali menghisap nikotin, ia pejamkan kedua mata, membiarkan angin malam menerpa wajahnya. bibirnya bergerak dengan pelan, menggumamkan nama seseorang.

"Sora Sanders."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status