Share

29. Budi Baik Yang Menjadi Sia-sia

“Jadi sekarang katakan padaku, kapan kamu akan melunasi hutang kamu itu?”

Aku kian mendesak, benar-benar mengabaikan tatapan kecewanya yang bisa aku jelas dari sorot kedua matanya.

“Untuk sekarang aku masih belum punya uang.”

“Kalau begitu kapan kamu punya uang?”

Aku masih saja mendesak yang membuat Arman menyergapku dengan sorot matanya yang tajam penuh kekesalan.

Aku benar-benar sudah tak mempedulikan semua itu.

“Aku tidak meminta seluruhnya dalam waktu dekat ini, aku ingin kamu mencicilnya seberapapun yang kamu miliki.”

“Tapi dalam waktu dekat ini, aku juga memiliki banyak kebutuhan.”

“Sudah aku katakan cicillah berapapun semampu kamu karena aku memang benar-benar membutuhkan uang itu.”

“Kenapa Mas Mirza nekan aku banget? Bukannya uang Mas Mirza juga dipinjam Andika kan? Tagih dia juga dong, kenapa cuma aku saja?”

Arman semakin terlihat tidak terima.

Aku benar-benar harus mengeluarkan segenap kesabaran menghadapi adikku yang sudah lama memperlakukan aku sebagai sapi perah mereka.

S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status