Share

Part 55–Dilema

Pria itu kini berbalik menghadap ke sini setelah sebelumnya terlihat membagikan cokelat pada anak-anak di sini. Dia berjalan santai menghampiriku dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Aku pergi main lagi, ya, Teh!"

"Eh? Aziz!" panggilku, tapi anak itu sudah berlari menjauh bersama teman-temannya lagi. "Dokter," sapaku canggung saat dia sudah berdiri di sini.

"Suka dengan bunganya?" tanyanya masih dengan senyuman.

Aku mengangguk canggung. "Jadi, yang selama ini kirimin aku bunga itu pak dokter?"

Dokter Widi mengangguk.

"Untuk apa?"

"Sebagai simbol perasaanku untukmu."

Aku tertegun dan membisu. Tak tahu harus berekspresi atau menjawab apa dengan pengutaraannya yang tiba-tiba ini.

"Kupikir kamu akan dengan cepat menyadari perasaanku, tapi ternyata enggak. Jadi, mau enggak mau aku har

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status