Share

Part 58–Teror

Tak perlu menunggu lama, keesokan harinya gosip soal Dokter Widi yang datang melamar sudah tersebar di desa ini. Beberapa hari ke depannya, aku pun menjadi bahan perbincangan. Banyak yang mendukung dan bicara hal positif, tapi tak sedikit pula yang menyebarkam berita miring, terutama para wanita single yang sudah lama mengincar Dokter Widi.

Aku yang tengah tidur ini seketika terlonjak kaget, saat mendengar kaca jendela kamar dilempar sesuatu hingga pecah. Alan pun sampai menangis kaget karenanya.

"Nur! Itu apa, Nur?" Ibu mengetuk-ngetuk pintu kamar ini.

"Buka dulu pintunya, Nur!" titah Bapak.

Bergegas aku beranjak turun sambil menggendong Alan yang masih menangis, lalu membuka pintu.

"Itu tadi suara apa?" Ibu menatapku khawatir.

"Ada yang lempar sesuatu, Bu."

"Biar bapak periksa."

Bapak masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa. Sementara, aku dan Ibu mengekorinya di belakang. Benar saja. Ada batu seukuran setengah kepalan tangan tergeletak di lantai dekat jendela.

"Waduh, gimana ini,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status