Share

bab 30. Perjanjian Pra Nikah

Mutia mengangguk. Tapi selanjutnya dia sadar kalau ibunya tidak bisa melihat anggukan kepala nya.

"Iya, ibu benar."

"Lalu pekerjaan kamu sebagai asisten rumah tangga gimana? Apa kamu masih bisa hidup di kota? Kalau kamu dipecat majikanmu, kamu kembali ke desa saja. Kita kerja apa adanya di sini. Nggak apa-apa, Nduk. Dan kenapa kok kamu bisa kirim uang banyak kemarin untuk biaya ujian adik kamu?" tanya Ibunya beruntun.

Mutia lalu menceritakan pekerjaan barunya sekarang yang menjadi penyanyi kafe dan rencananya kuliah.

"Alhamdulillah kalau ada yang membantu kamu kuliah. Kamu memang pinter dan cerdas dari kecil, Nduk. Maaf ibu tidak bisa membantu membiayai mu. Justru membuatmu terbebani. Kalau almarhum bapakmu masih hidup dan tahu anak perempuan sulungnya begitu kuat, dia pasti bahagia," sahut Ibu Mutia dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu, sudahlah. Kondisinya kan mengharuskan Mutia yang jadi tulang punggung. Mutia tidak keberatan kok. Mutia hanya meminta agar ibu selalu percaya pada Mutia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status