Share

bab 33. Benih-Benih Cinta

Mutia memeluk Aksara dengan tubuh gemetar.

"Nangis saja sepuasnya, Mbak. Aku disini. Yang penting bahaya sudah lewat," ucap Aksara dengan mengelus rambut Mutia.

"Makasih Pak. Sudah repot-repot nyariin dan nyelametin saya," sahut Mutia diantara isak tangisnya.

Aksara memeluk nya kian erat. Jujur saja beberapa malam ini Mutia sering mampir dalam mimpinya dan hal itu memunculkan gelenyar aneh dalam hatinya.

Setelah sekian lama memeluk Mutia, Aksara menggerak-gerakkan kakinya yang kesemutan.

"Mbak, maaf nih ya sebelum nya. Tapi kaki saya kesemutan nih. Uhm, emangnya kaki mbak Mutia nggak kesemutan?" tanya Aksara lirih. Merasa canggung jika harus menyuruh Mutia untuk melepaskan pelukannya secara langsung.

Mutia terdiam dari sedu sedannya dan disusul gelak tawa yang tertahan di bahu Aksara, membuat lelaki itu terheran-heran.

"Mbak Mut, kok ketawa sih? Emang ada yang lucu?" tanya Aksara bingung.

"Pak Aksa, maaf sebelumnya. Tapi jas putih pak Aksa kena ingus saya," ucap Mutia lirih. "Sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status