Komen dan nyalakan bintang cerita ini ya guys
“Aldy kangen papa, Ma .…” Terlihat raut sedih di wajah Aldy mengatakannya. Nuri memeluk putranya remajanya itu.“Iya, Nak. Papa pun pasti kangen pada Aldy dan Nanda.”Aldy pun mengangguk dan kemudian pamit pada Nuri untuk mandi. Sementara Nanda masih terus bermain dengan berbagai mainannya dan Nuri dengan sabar menemaninya bermain.***Nuri menunggu Rizal dan Andin di balik pagar di pintu kedatangan bandara. Setelah beberapa saat menunggu, dilihatnya kakak dan sahabatnya itu melangkah mendekat sambil menarik trolly bag. Nuri tersenyum senang melihat ekpresi senang dari keduanya, namun seketika Nuri memperlihatkan ekspresi terkejutnya ketika melihat Andin dengan manjanya bergelayut menggandeng tangan Rizal. Bukankan Andin adalah wanita soleha yang pantang disentuh lelaki? Nuri hanya syok terdiam mematung ketika Rizal dan Andin sudah tiba di depannya.“Heh! malah jadi patung. Mau nunggu pilotnya keluar, Ri? Pilotnya nggak bakal lewat sini, noh tunggunya di sana kalo mau cari jodoh pilot
“Eh yang jomblo jangan iri, ya. Sana cari pasangan biar bisa sayang-sayangan juga. Udah jadian belum ama pak pengacara,” sahut Andin.“Apaan sih Ndin, aku dan Adit hanya berteman. Nggak lebih.”“Jadiin teman di pelaminan juga boleh kok, Ri. Iya kan sayang?” sahut Andin lagi sambil melirik Rizal.“Sudah ... sudah … jadi nggak nih kita mampir ke rumah sakit?” tanya Rizal.“Boleh juga, Kak. Mampir beli makanan dulu ya buat Pak Maulana dan Bu Susi,” kata Nuri.“Okey, Dek.”“Ini sudah kurang lebih 3 bulan mas Andri koma, Pak Maulana dan Bu Susi tak pernah sekalipun meninggalkannya. Usahanya di Medan diserahkan sepenuhnya pada Nindya. Aku kasihan melihat mereka, Kak. Aku sudah menganggap mereka sebagai orang tuaku sendiri," gumam Nuri.“Itulah kenapa ada pepatah kasih sayang orang tua sepanjang masa sedangkan kasih sayang anak hanya sepanjang galah, Ri. Orang tua seperti Pak Maulana dan Bu Susi adalah sosok orang tua terbaik, ada begitu banyak doa yang selalu mereka sisipkan di setiap hembu
"Bu, kenapa diam? Istriku mana? Nuri mana, Bu? Anak-anakku di mana bu? Aldy dan Nanda di mana?"Pertanyaan yang diajukan Andri pada bu Susi membuat semua yang ada di sana terkejut, kecuali dokter Bayu dan seorang perawat yang menemaninya. Bu Susi melirik ke arah Rini, kemudian melirik kembali pada Andri.“Istrimu ada di sini, Nak.”“Di mana bu? Aku tidak melihat Nuri,” sahut Andri yang membuat semuanya makin bingung. Nuri memang tidak terlihat dari posisi Andri berbaring karena sofa tempat Nuri, Rizal dan Andin duduk terhalang oleh Bu Susi, terlebih Andri masih dalam posisi berbaring sehingga tak bisa mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.Pak Maulana terlihat mengajukan beberapa pertanyaan pada Dokter Bayu di sudut ruangan. Pak Maulana dan dokter Bayu terlibat perbincangan serius sebelum akhirnya dokter Bayu beranjak menghampiri Andri.“Permisi, saya akan melakukan beberapa pemeriksaan pada pasien untuk memastikan keadaan pasien setelah terbangun dari koma,” kata Doter Bayu.Dokte
Nuri masih terus terpaku di sofa sedari tadi melihat dan mendengar semua yang terjadi. Tubuhnya terasa kaku, dia mendengar Andri mencarinya namun kakinya seolah terpaku di tempat dan membuatnya tak bisa bergerak menghampiri Andri. Terlebih saat melihat Rini menangis tergugu di sana, hatinya turut merasakan sakit, Nuri seolah merasa sangat bersalah pada wanita itu.Pak Maulana menghampiri Andri dan mulai mengajaknya bicara. “Jangan terlalu banyak berfikir dulu, Nak. Pulihkanlah dulu kekuatan fisikmu kembali. Nuri ada di sini dan anak-anakmu ada di rumah. Kami semua menunggumu kembali terbangun dari koma. Dan wanita ini ....” Pak Maulana belum sempat menyelesaikan kalimatnya, namun Andri memotong ucapan ayahnya.“Nuri ada di sini Pak? kenapa aku tak melihatnya dari tadi,” sahut Andri sambil mencoba bangun dan berusaha mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Dik ...,” sapanya sendu ketika matanya bersitatap dengan Nuri yang masih duduk di sofa.Nuri tersentak, tak tau apa yang haru
“Andri, kurasa tadi kau mendengar dengan baik apa yang dikatakan dokter tadi. Saat ini kau sedang mengalami kehilangan sebagian dari memorimu. Kami semua tentu saja akan membantumu melalui semua ini dan menemukan kembali ingatanmu yang hilang. Namun tolong bantu kami dengan tidak menanyakan semuanya secara beruntun. Karena kami pun tak akan bisa menjelaskan dengan detail semuanya dalam waktu singkat. Terlebih kondisi fisikmu masih perlu pemulihan lagi. Ada beberapa kejadian penting dalam hidupmu yang kini kau lupakan. Mengenai dia yang adalah kakak kandung dari Nuri, Nuri yang sekarang bukan wanita yang halal lagi bagimu, dan Rini yang adalah istri sah mu sekarang. Mungkin memang terlalu sulit untuk dipahami dalam kondisimu sekarang ini. Namun kami semua berharap kau tetap mengedepankan berhusnudzon pada kami semua yang ada di sini, terlebih berhusnudzon lah kepada Allah yang memberikan ujian ini. Dengan begitu, semua yang terlibat di sini bisa saling bahu-membahu membantumu kembali m
“Tapi mas Andri mengalami amnesia, Dit. Sebagian ingatannya hilang dan dia tak sekarang tak mengenali istrinya, mas Andri malah menganggap aku adalah istrinya, dia juga tak ingat dengan Kak Rizal. Itulah sebabnya aku memilih tidak ikut menemani anak-anak menemui papanya dan menyuruh Kak Rizal yang mengantar mereka.”“Astaghfirullah, terus gimana kondisi Andri sekarang?”“Kata Kak Rizal fisiknya sudah kembali bugar, bahkan kabarnya dokter akan segera memperbolehkannya pulang. Namun ingatannya masih belum ada perkembangan. Dia masih kehilangan sebagian memorinya karena cedera otak yang dialaminya sewaktu kecelakaan.”“Kasian ya istrinya.”“Iya, Dit. Aku juga kasian melihat Rini, terlebih sekarang Rini sedang mengandung.”Terdengar helaan nafas Adit dari speaker ponsel Nuri.“Ri, aku kangen. Aku ingin melihatmu tapi tak diperbolehkan masuk. Boleh minta sesuatu?” tanya Adit.“Apa itu, Dit?”“Kamu nongol sebentar dong di depan pintu. Aku hanya ingin melihatmu dan memastikan kamu baik-baik
Bahkan ketika suatu saat Rini berusaha menyuapi sepotong buah pada Andri. Andri protes dan mempertanyakan pada Rini tentang statusnya. Andri bahkan dengan terang-terangan mengaku sangat mencintai Nuri di depannya dan tidak percaya jika dia menikahi wanita lain dan meninggalkan Nuri. Andri dengan tega menyebutnya wanita yang sedang mengambil keuntungan dengan kondisinya sekarang.Flashback on“Maaf Pak Andri, Rini suapin buahnya, ya. Kata dokter pak Andri harus banyak makan buah dan sayuran untuk mengembalikan kekuatan fisik Bapak,” kata Rini pada Andri sambil menyodorkan sepotong buah apel yang sudah dipotong. Andri hanya menatap kosong padanya.“Kenapa kau mengaku sebagai istriku? Kenapa aku menikahimu? Aku bahkan tidak terlalu mengenalmu, aku tau kau adalah anak gadis dari tetangga bu Aisyah, mertuaku.”Hati Rini pilu bagai tersayat sembilu mendengar kalimat Andri.“Nggak apa-apa jika Pak Andri belum bisa mengingatku,” jawab Rini berusaha tersenyum tipis menahan perih di hatinya.“
Rini berpamitan pada Bi Sum setelah Eko datang menjemputnya, ia memang meminta Eko mengantarkannya ke kampung.“Bi, saya pamit dulu, ya. Mungkin saya akan berada di kampung ibu selama beberapa hari. Saya sudah pamit pada Pak Andri dan ibu mertua saya,” kata Rini pada Bi Sum.“Iya, Bu. Hati-hati di jalan ya, Bu. Jangan terlambat makan, kasian bayinya kalau Bu Rini nggak makan.”“Iya, Bi. Terima kasih, ya.”“Tas saya sudah dimasukin ke mobil, Ko?” tanya Rini pada Eko.“Sudah, Bu. Silakan," jawab Eko sambil membukakan pintu belakang mobil dan mempersilahkan Rini masuk.Sepanjang perjalanan Rini hanya duduk terdiam di kursi belakang sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Pesan yang dikirimnya pada Andri tadi pagi bahkan tak dibalas oleh lelaki itu, padahal terlihat dilayar bahwa pesannya sudah terbaca oleh Andri. Rini sesekali menarik nafas panjang, hatinya sakit menyadari bahwa Andri benar-benar tak menganggapnya. Tak terasa air matanya kembali menetes membayangkan betapa kerasnya A