“Apa itu Desya?”Pak Rehan nampak penasaran dengan apa permintaan Desya.“Tolong bantu saya bercerai dengan Mas Rangga,”Mata Desya berkaca, seolah menahan sesuatu yang sangat menyakitkan. Mengingat semua kelakuan suami dan sahabatnya membuatnya merasa ingin berteriak sekencang mungkin.“Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu?”“Hal apalagi yang membuat Desya harus bertahan dengan lelaki itu?”“Baik, Saya mengerti sekali dengan perasaanmu. Jadi besok akan segera saya proses pengajuan cerainya,”Pak Rehan tersenyum lega akhirnya Desya bisa melepaskan lelaki pengkhianat itu. Namun Desya masih dengan batin yang kacau. Logika yang bertengkar, otaknya mulai menampilkan film-film kenangan manisnya dengan Rangga namun, hatinya menganga menahan luka. “Aku bisa, aku pasti bisa melupakan semua itu. Mereka tidak pantas ada dalam hidupku. Sekarang adalah waktunya membuang mereka ke tempat sampah!” bisik Desya lirih dalam hatinya setelah Pak Rehan pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.Desya
Lelaki itu terbelalak saat menyadari seorang wanita yang dianggapnya masih lumpuh ternyata sudah bisa berjalan dengan sempurna. Bahkan melihatnya pun penuh kagum akan kecantikan Desya yang menjadi sangat berbeda dari sebelumnya.“Apakah kamu Desya? Istirku?”Desya tersenyum sinis kepada Rangga.“Ternyata kamu sudah sembuh sayang, dan kamu tampak begitu memukau… akhirnya kamu sembuh juga. Mari sayang kita pulang ke rumah,” Dengan wajah yang penuh harap, Rangga mencoba membujuk Desya agar ikut bersamanya.Pak Rehan, Bu Ratna, dan Dilan hanya menjadi penonton drama Desya dan Rangga dari kejauhan. “Bagaimana kabarmu Mas?” “Aku baik-baik saja, aku sangat merindukanmu Desya. Aku mencarimu kemana-mana,”“Lalu bagaimana kabar sahabatku, maksudku selingkuhanmu,?”“Apa maksud kamu?”“Irma,”“Irma itu sahabatmu, dan apa maksudmu selingkuhan? Dia sama sekali tak ada hubungan apapun denganku. Desya, kamulah istriku tak ada yang bisa menggantikannya,”Desya nampak menahan rasa benci itu, rasanya
“Masuk … “Rangga meraih tangan Desya yang masih enggan untuk melangkah masuk ke rumah itu lagi.“Sayang,” ucap Rangga lembut.Desya memberanikan dirinya, sepertinya harus dia hadapi sendiri semua rintangan rumah tangganya. Dia tak perlu merepotkan keluarga Pak Rehan lagi.Desya menghela napasnya panjang mencoba kuat untuk sesuatu yang akan terjadi padanya.Rumah tampak sepi dan kosong.“Dimana Ibu dan Irma?” “Ibu sedang pulang menjenguk uwa yang sedang sakit untuk beberapa minggu kedepan. Sedangkan Irma sedang menjalani tes di rumah sakit baru karena dia akan dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar”“Oh … “Dalam hati Desya, bagaimana bisa Irma bekerja lagi sedangkan dirinya tengah hamil muda? Mengingat hal itu Desya menatap benci ke arah Rangga. Lelaki itulah yang menghamili sahabatnya sendiri dan berniat jahat terhadap Desya.“Kenapa ke ruang pembantu? Kamarmu sudah di atas kembali, naiklah.. akan ku buatkan minum.” Desya mengernyit. Ada apa ini? Kenapa Rangga begitu perhatia
“Ternyata obat perangsang ini manjur juga!” Rangga tertawa kecil, melihat istrinya yang mulai menggeliat seperti cacing.Dilihatnya Desya yang tengah bertarung dengan bisikan setan. Desya membuka matanya setelah beberapa saat, merasakan sangat aneh pada tubuhnya. Desya sedikit sadar bahwa dirinya tengah dalam pengaruh obat. “Pergilah Rangga!” umpat Desya lemah“Sayang, kamu adalah istriku. Sekarang kamu harus memberikan aku kebutuhan itu, mengerti!”“Tidak, pergilah!” Desya masih terus menolak Rangga yang mencoba mendekatinya. Rangga tak menghiraukan Desya, dirinya tengah sibuk dan tak sabar melihat Desya dengan segala kecantikannya yang sangat dia rindukan.“Aku benci kamu Mas, pergilah,” rintih Desya yang lagi-lagi tak Rangga hiraukan.“Ternyata kamu secantik itu istriku, dan semua tampak lebih bagus dari sebelumnya” ungkap Rangga setelah melepas semua yang Desya kenakan.Desya tampak kebingungan dirinya tengah merasakan sesuatu yang begitu aneh. Rangga langsung menerkam daging y
“Desya. Buka pintunya!” Rangga mengetuk pintu kamar pembantu yang ada Desya di dalamnya.Desya tampak kebingungan, bagaimana caranya agar dia bisa pergi dari rumah itu. Dia tak mau lagi melayani suaminya. Apalagi, Desya sudah mantap menggugat cerai Rangga melalui Pak Rehan.“Buka sayang,”Desya tetap diam tanpa kata. Dirinya takut Rangga menjadi seperti saat tadi. Rangga terus mengetuk pintu itu hingga Desya merasa terganggu dan kemudian membukanya.“Ada apa!” pekik Desya“Tolong jangan seperti ini, aku butuh kamu Sya.”“Apa maumu? Bukankah kalau sudah punya Irma? Biarkan aku sendiri tolong aku sudah cukup sakit hati dengan pengakuanmu!”“Aku ingin kamu tinggal disini menjadi istriku seperti dulu, jangan ada yang berubah.”“Kamu yang berulah Mas, kamu yang buat semuanya kacau! Jika kamu memang sudah memutuskan untuk selingkuh, silahkan lanjutkan pilihan itu tapi ingat jangan pernah kamu bawa aku masuk, aku tak sudi hidup berdampingan bersama para pengkhianat!”“Tega sekali kau berbica
“Desya kecil dan … gadis ini mungkin kakaknya,”Rangga tersenyum dan menaruh buku itu kembali tanpa ingin tahu curahan hati Desya yang dia tulis. Dilan sadar dia tak berhak membuka privasi orang.Dilan kembali ke kamarnya, melihat ponselnya penuh dengan panggilan tak terjawab.“Chika?” Dilan memilih untuk mengabaikannya. Dia merasa bingung dengan apa yang akan dia katakan untuk Chika. *****Pagi itu tampak berbeda bagi Desya, dia berada di rumahnya lagi seperti dahulu. Hanya ada dia dan Rangga, tak ada lagi pengganggu namun, rasanya yang beda tak seperti dulu. Andai saja ia tak jatuh waktu itu, Rangga tak akan bertemu Irma, dan tak mungkin terjadi hal demikian. “Tapi mungkin memang Tuhan ingin aku tahu siapa sebenarnya Rangga,” ucap Desya lirih yang masih terduduk di tempat tidurnya. Kemudian dia membuka pintu dan berjalan ke kamar mandi, melihat seisi rumah yang sepi. “Lelaki itu tak akan bangun jam segini,” Desya menatap ke arah tangga dimana Rangga berada.Mengambil beberapa p
“Mbak, mobil yang mengikuti kita kecelakaan di lampu merah.” Sopir itu menghentikan mobilnya.Sontak Desya terkejut dan melihat ke arah Rangga.Mobilnya terbalik, ternyata saat akan melaju kencang mobil Rangga ditabrak oleh truk besar. Desya segera turun dan menghampiri Rangga.“Mas Rangga!” Desya melihat Rangga yang penuh darah dan tak sadarkan diri. Tak lama, ambulance datang dan mengevakuasi Rangga. Desya ikut masuk kedalam mobil itu duduk di sisi Rangga yang terbaring. Hatinya campur aduk, melihat Rangga yang bersimbah darah karena mengejarnya. Membuat Desya merasa bersalah. Tak terasa air matanya menetes, menggenggam erat tangan suaminya yang sudah tak berdaya.:” ini salahku Mas, seharusnya kamu tak mengejarku! seandainya kamu tak berselingkuh Mas, aku adalah orang yang paling menyayangimu selain ibumu.” batin Desya perih.Sampailah mereka di rumah sakit besar yang terdekat. Rangga dibawa masuk ke IGD oleh ora petugas rumah sakit dan Desya tetap mengikutinya.“Mbak, tunggu di l
“Mas, Dilan?” ungkap Desya.Dilan menoleh pada wanita itu kemudian melempar senyum seperti biasa.“Pak Rehan dirawat?”“Iya,”“Boleh aku menjenguknya?”“Mari, ikuti saya.” Dilan berjalan menuju ruangan Pak Rehan, diikuti Desya dibelakangnya.Terbaring sosok lelaki tua yang sudah Desya anggap seperti ayahnya sendiri. Bu Ratna yang mengetahui kedatangan Desya menyambutnya hangat seperti biasa dan memeluk Desya.Desya menangis, melihat kondisi Pak Rehan yang begitu lemah.“Kenapa Bu?” tanya Desya“Bapak hanya mengalami syok,” ungkap Dilan.Desya mendekati Pak Rehan dan seketika Pak Rehan membuka matanya. Menggenggam tangan Desya dan tersenyum tulus pada wanita yang sudah dia anggap sebagai anak perempuannya.“Kamu bagaimana bisa tahu Bapak dirawat disini?” “Sebenarnya, barusan Desya kebetulan bertemu Mas Dilan di kasir Bu.”“Loh, kamu sakit?”“Bukan saya, tapi …. Mas Rangga kecelakaan saat mengejarku pergi.”“Rangga? Lalu bagaimana dengannya?”“Dia sudah membaik, tadi sempat kritis kare