Dari luka Hugh, darah menetes tapi tidak terlalu banyak. Gilar terlihat sangat panik saat melihat kakaknya tersebut terluka. Pemuda itu tak mungkin membiarkan kakaknya dihabisi oleh musuh mereka. Dia juga masih ingat akan pesan ayahnya sebelum dia mengikuti kakaknya pergi berperang. "Hugh adalah seorang putra mahkota jadi jika terjadi sesuatu dengannya pasti negara kita akan kacau. Gilar, pastikan putra mahkota tetap selamat." Kata-kata itu terngiang di dalam kepalanya. Gilar yang tidak tahan lagi melihat kakaknya terluka pun hampir saja akan menerobos bagian penjagaan depan tapi Hugh berteriak dengan suara yang teramat sangat kencang, "Berhenti di sana!" "Tidak." "Gilar, berhenti! Jangan mendekat ke sini!" ucap Hugh tegas. "Hugh! Jangan keras kepala!" balas Gilar, kembali akan melangkah. Akan tetapi, kemudian Gilar mendengar kakaknya menggeram marah, "KUBILANG BERHENTI!" Gilar pun seketika berhenti melangkah. Gilar luar biasa sangat kesal dengan kekerasan hati sang kakak ya
"Setuju," jawab Bill.Bill pun segera mengambil senjatanya, begitu juga dengan Hugh. Bill kemudian mengarahkan senjatanya ke atas. Sang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou berujar, "Setelah satu tembakan ini meletus, maka babak ini telah dimulai."Hugh Fleshy terlihat agak terganggu dengan kata-kata itu. Sebuah "Babak", itulah yang membuat kini berpikir bila Bill hanya menganggap apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini adalah sebuah permainan saja. Tidakkah itu sangat keterlaluan? Dirinya bahkan merasa perjuangannya saat ini adalah antara hidup dan mati. Tetapi, lawannya berpikir tidak serius.Tak lama kemudian, letusan pun terdengar. Hugh dengan cepat mengarahkan pistolnya ke arah kaki kanan Bill tapi sayangnya dengan gerakan yang begitu sangat lincah Bill melompat ke arah kanan dengan gerakan menyamping.Hugh tak menyerah.Kembali lagi, putra mahkota tampan itu menyerang lagi dan kali ini mengincar lengan kanan Bill. Akan tetapi, dia masih saja gagal. Di tembakan yang ketiga
Tiba-tiba saja Andrew Reece berjalan mendekat ke arah mereka, "Jenderal kami tidak kalah, bukankah beliau sudah mengalahkan kalian? Itu hanya masalah pernyataan saja, tidak akan jadi masalah."Andree Reece terlihat menampilkan senyumnya pada dua kakak beradik itu. Hugh Fleshy pun sadar apa yang seharusnya dia lakukan selanjutnya."Kalau begitu, mohon terimalah hormatku," ucap Hugh yang berniat berlutut di depan Bill tapi dengan segera Bill mencegah pria muda itu dan menahannya tetap berdiri tegak.William Mackenzie menatap serius pemuda itu."Kau seorang Putra Mahkota. Tak pantas berlutut di depan orang sepertiku." Bill berkata sambil menahan bahu Hugh.Gilar Fleshy pun menatap William Mackenzie dengan tatapan yang begitu berbeda sekarang. Jika sebelumnya, dia sungguh ingin sekali mencabik-cabik Bill akibat kekalahan sang kakak derita. Sekarang ini, tatapannya telah berubah menjadi tatapan penuh kekaguman yang sangat dalam."Jenderal Stewart, apakah Anda dewa? Bagaimana Anda bisa be
Para prajurit itu terlihat menunggu sang legenda menyapa mereka.William Mackenzie pun kemudian tersenyum, "Kalian, kembalilah ke tempat duduk kalian lagi!""Ingat, kalian masih di pesawat," lanjut Bill, memperingatkan.Sebenarnya mereka bisa menggunakan kembali bus mereka yang terparkir di daerah perbatasan sebelumnya. Akan tetapi, putra mahkota Kerajaan Fleshy meminjamkan pesawat mereka untuk membawa mereka pulang ke Kerajaan Ans De Lou sebagai salah satu bentuk balas budi.Maka, kini mereka bisa sedikit lebih bersantai menjelang pulang. Dengan begitu patuh, semua anak buah Bill pun duduk kembali di tempat mereka masing-masing.Bill pun yang kini sedang berdiri mulai berujar, "Kalian sudah tahu siapa aku sekarang, tapi ada satu hal yang aku ingin minta pada kalian."Seratus prajurit itu pun mendengarkan dengan seksama. Tak ada yang lebih membanggakan untuk mereka bisa bertemu kembali dengan sang legenda yang begitu hebat."Hanya kalian saja yang mengetahui identitasku yang sebenarn
"Sekretaris istana, kalah atau menang dalam perang itu adalah hal yang biasa terjadi." Bill menjawab tanpa berhenti berjalan."Mana mungkin kau bisa kalah?" balas Amanda sama sekali tak percaya.Bill kembali menjawab dengan santai, "Aku manusia biasa, Amanda. Tentu saja aku bisa kalah."Amanda menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin. Kau ... sama sekali tidak pernah kalah. Aku tidak percaya ada yang bisa mengalahkanmu. Kau ... ah, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?"Bill berkata lagi, "Anggap saja dia lebih hebat dariku.""Mana ada yang bisa lebih hebat darimu? Aku tidak pernah menemukannya. Dewa Maut sepertimu bisa kalah? Itu mustahil," tambah Amanda, terlihat tak percaya sedikit pun.Tapi, kemudian Amanda segera menutup mulutnya dengan cepat dan sadar bila banyak prajurit William Mackenzie yang mendengarkan ucapannya. Dia pun mendadak panik.Dia berkata, "Bill. Aku tak sengaja."Akan tetapi, Andrew Reece berkata dengan nada menenangkan, "Anda tak perlu khawatir, Sekretaris
"Apa kau yakin bisa menang atas kerajaan kecil itu, Jenderal Gardner?" tanya Keannu, berniat memastikan. Jody Gardner segera menyahut dengan penuh kepercayaan diri, "Tentu, Yang Mulia. Saya akan mendapatkan kemenangan yang tidak bisa diberikan oleh Jenderal Stewart." Keannu Wellington terlihat puas mendengar jawaban Jody Gardner. Namun, kendati demikian, Keannu tetap merasa ada sesuatu yang sangat ganjal. Saat raja muda itu tengah berpikir, Bill pun berbicara lagi, "Yang Mulia, mengapa Anda bersikeras mengalahkan kerajaan itu? Tidakkah lebih baik menghadapi kerajaaan lain, Yang Mulia? Untuk apa menghabiskan dana untuk perang itu?" "Untuk apa? Apa kau lupa bila kekalahan kita ini karena kesalahanmu, Jenderal Stewart?" ucap Jody Gardner. Keannu meminta Jody Gardner menutup mulut, sementara dia menjawab, "Lalu, memang apa solusimu untuk masalah ini, Jenderal Stewart? Kau sudah kalah dari Kerajaan Fleshy. Apa yang bisa kau lakukan sekarang?" William Mackenzie pun merasa senang karen
Akan tetapi, Bill tentu saja tidak akan membiarkan Jody menang darinya sehingga dia pun berkata, "Ah, saya lupa akan satu hal. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatasi kekalahan masing-masing."Jody yang sempat merasa senang itu kini kesal kembali.Pria berusia hampir tiga puluh enam tahun itu pun berkata, "Yang Mulia, mohon beri saya waktu untuk beristirahat. Setelah itu, saya akan memberikan kontribusi saya untuk kerajaan ini."Tak perlu bertanya lebih lanjut, Keannu langsung mengerti akan perkataan William Mackenzie.Sang raja muda itu pun menjawab, "Ya, kau boleh beristirahat seperti yang kau mau.""Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia. Kalau begitu, saya mohon izin untuk meninggalkan istana selama beberapa waktu bersama istri saya," ucap Bill.Keannu hampir saja akan meneriakkan keberatannya tapi dia tahu dia tidak bisa melakukannya. Tatapan Bill jelas tidak membiarkan dirinya melakukan hal tersebut.Maka, mau tak mau Keannu hanya bisa berkata, "Ya, aku
Akan tetapi, tiba-tiba saja Andrew Reece teringat bila dirinya tidak berhak ikut campur atas masalah itu."Tak usah dikatakan," cegah Andrew.Mark Donovan yang sudah siap meluncurkan idenya pun menatap heran, "Kenapa, Tuan?""Ini tidak benar." Andrew berdiri, menatap Mark dengan pandangan lelah."Apanya yang tidak benar?""Memang ini tidak adil bagi Jenderal Mackenzie, tapi kita juga tidak tahu apa yang mungkin dipikirkan oleh beliau."Andrew mengambil jeda sejenak, "Karena kalau dipikir-pikir, beliau adalah seorang jenderal besar. Tentu sangat mudah baginya bila beliau ingin pergi dari istana ini dan tak kembali."Mark Donovan seolah baru saja dipukul kepalanya dengan palu. Dia juga tersadar."Astaga, kau benar. Jika beliau tidak kembalipun, juga tidak akan ada yang berani melawannya. Bahkan, Raja Keannu sekalipun pasti tidak akan bisa menahannya. Kalau Jenderal Mackenzie tetap bersikeras berada di istana ini, berarti dia memiliki tujuan tertentu," jelas Mark.Andrew mengangguk. "Ma