“Ryan, hentikan!” pekik Ben, sang ketua kelompok yang dengan cepat berlari ke arah Ryan yang telah mencengkeram leher Riley.Riley bukan tak bisa melawan prajurit senior itu, tapi dia seolah tahu bila akan jauh lebih baik jika dia diam saja. Bagaimanapun juga, dia memang telah melanggar peraturan dan sudah tentu telah membuat marah para prajurit senior itu.Ryan masih tak mau melepaskan cengkeramannya pada Riley sehingga Ben dengan terpaksa ikut bertindak dengan menarik Ben menjauh dari Riley.“Kau membelanya, Ben? Yang benar saja. Gara-gara dia, Komandan Sehel murka,” teriak Ryan dengan sambil menggeram marah.“Cukup, Ryan! Kendalikan dirimu!” kata Ben tajam.Riley masih terdiam, tak berani berkata apapun. Sementara James masih berdiam diri di tempatnya. Dia mendengar keributan kecil itu dan memilih untuk tak membuat tindakan apapun agar semuanya tak memburuk.Ryan mendesis, “Apa-apaan kau ini? Dia dan temannya itu yang harusnya mengendalikan rasa ingin tahunya yang tinggi itu. Bukan
Riley pun juga hanya bisa tersenyum pasrah. Akan tetapi, setidaknya dia tidak dihukum sendirian. Ada James yang akan menemani menjalani hukuman yang dia belum tahu berbentuk apa itu.Di saat yang bersamaan, lebih tepatnya di depan pintu gerbang utama Kerajaan Ans De Lou, William Mackenzie baru saja tiba ditemani oleh Vincent Crack, salah satu pengawalnya yang dulu juga menemani dirinya ke istana ketika dia ingin bertemu dengan sang putra.Tidak seperti dulu ketika dia masuk secara tidak resmi dan malah menjadi seorang penyelinap. Kali ini sang jenderal perang terkuat itu menggunakan proses resmi, yakni masuk melalui pintu gerbang utama. Sesuai dengan peraturan kerajaan, William segera berjalan ke bagian staf yang akan mendata siapa yang akan masuk ke dalam istana.Di bagian samping pintu gerbang, terdapat sebuah ruangan di mana para pengunjung atau tamu istana diwajibkan melapor. “Selamat sore, saya ingin bertemu dengan Raja Keannu,” ucap William sambil merogoh jasnya, berniat menga
Staf laki-laki itu terdiam sebentar, tapi kemudian dia menjentikkan jari seolah baru tersadar akan sesuatu.“Putranya ada di sini,” sahut staf laki-laki itu.Staf wanita mendecakkan lidah, “Astaga. Aku tak percaya. Itu kan baru rumor. Semua orang juga tahu jika hal itu hanyalah rumor yang dihembuskan oleh James Gardner.”Staf laki-laki itu menggeleng tidak setuju, tapi temannya itu menyahut lagi, “Kalau itu memang benar, seharusnya semua sudah terungkap. Calon prajurit saat ini hanya berjumlah sekitar 300 orang, tidak mungkin istana tidak bisa menemukan sosok yang dianggap putra Jenderal Mackenzie kan?”“Kalau begitu, kau bisa temukan alasan yang masuk akal, Julia? Mengapa jenderal perang yang memutuskan pensiun dan mundur dari istana lalu bahkan menghilang dari istana atau bisa dikatakan menyembunyikan kehidupannya, sekarang muncul di istana?” tanya staf laki-laki bernama Bernard. Julia, sang staf wanita itu mendesah kesal, “Mana aku bisa tahu? Mungkin Jenderal Mackenzie sedang memi
William Mackenzie menoleh ke arah sang raja dan mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Saya melihat dia memiliki hubungan yang pertemanan yang kuat dengan James Gardner.”“Oh, bahkan tidak hanya itu. Putraku bahkan juga berada dalam satu asrama, satu kamar dengan dia,” tambah William.Keannu termenung selama beberapa detik dan kemudian mengangkat kepala, kembali menatap sang jenderal, “Putramu … dia ….”Belum tuntas Keannu menyelesaikan kalimatnya, dia melihat tiga anggota keluarganya memasuki area taman miliknya itu tanpa pemberitahuan.Laki-laki itu seketika berujar, “Kalian bertiga. Apa yang kalian lakukan di sini?”Monica bersama dengan putra dan putrinya hanya mencoba tersenyum kikuk. William Mackenzie segera menyapa sang ratu negeri itu, “Selamat malam, Yang Mulia.”Dia juga menyapa sang putri dengan senyuman hangat, “Putri Rowena, akhirnya kita bertemu kembali.”Rowena balas tersenyum canggung, tapi dia membalas dengan berkata, “Selamat datang di istana lagi, Jenderal Mackenzie.”Willi
Wajah gadis muda itu mendadak berubah. Dari yang tadi merona cerah kini nampak pucat. William Mackenzie dengan mudah memahami apa yang sedang terjadi pada sang putri raja yang menurut kabar telah menjalin hubungan asmara dengan putranya.Maka, mengingat hubungan kedua anak muda itu William pun berujar, “Yang Mulia, Anda membuat sang putri takut. Bagaimana kalau saya yang menjelaskan masalah ini?”“Kebetulan saya tahu hal itu cukup banyak,” tambah William. Keannu memutar arah pandangnya pada William, “Apa maksudmu kau tahu soal ini?’”“Kau tahu soal ini, Jenderal? Bagaimana mungkin?” Monica ikut bertanya dengan mimik wajah terlihat terkejut.William Mackenzie pun menceritakan semua yang dia ketahui termasuk pengakuan sang putri tentang menyembunyikan identitas putranya. Beberapa kali Monica terlihat menghela napas heran, sementara Keannu menggertakkan gigi untuk mengatasi rasa kesalnya karena telah dibohongi oleh putrinya sendiri selama itu.Sang raja menoleh kembali pada putri canti
Ekspresi William Mackenzie sangat jelas menunjukkan kekecewaan yang besar. Tapi, Keannu tidak lari dari masalah dan tetap menjawab dengan sejujur-jujurnya, “Karena aku pikir dan orang-orang pikir putramu mungkin bisa menggantikan kau.”William tercengang.Melihat ekspresi itu, Keannu segera menambahkan, “Jangan berpikir hal yang buruk dulu!”Keannu yang tidak nyaman itu meminta William untuk duduk sebelum dia melanjutkan lagi, “Maksudku begini, Bill. Andrew akan segera pensiun. Sebenarnya … kesehatannya sudah menurun dan aku … tidak menemukan satu pun pengganti yang cocok.”“Lalu … terdengar desas-desus kalau putramu ternyata ikut pemilihan prajurit ini ya jadi … kami seketika memiliki harapan yang besar. Jika kau bisa sehebat itu, putramu tentu saja kemungkinan besar juga memiliki kemampuan luar biasa seperti kau,” jelas Keannu.William terlihat frustrasi. Bahkan, dia terlihat minum air putih sebelum Keannu memberinya izin untuk minum.Keannu ikut mendesah, sadar dengan benar bila se
Sang staf pun menjawab dengan begitu terlihat ragu-ragu. William seketika menyadari sebuah keanehan di sana hingga lelaki itu pun memilih untuk bertanya secara langsung, “Ada apa? Apa ada sesuatu hal buruk terjadi pada para calon prajurit?”Staf itu tiba-tiba merasa bangga karena jenderal perang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou berbicara kepadanya. Siapa yang tidak mengidolakan sosok legendaris yang saat ini sedang duduk di samping rajanya itu?Dia adalah salah satu orang yang merupakan penggemar fanatik seorang William Mackenzie.Dikarenakan tak mau membuat sang jenderal menunggu lama, dia pun menjawab dengan cepat, “Jenderal, memang ada sesuatu terjadi di sana. Namun, ini sedikit agak rumit.”“Rumit? Apa yang sebenarnya terjadi?” Keannu bertanya dengan nada cemas.“Ada adu mulut yang terjadi hingga membuat James Gardner meninggalkan kelompoknya. Lalu … lalu ….”Staf itu berhenti berbicara lagi, dia melirik penuh rasa takut ke arah Keannu Wellington. Bagaimanapun juga,
“Tidak,” jawab Keannu yang sama sekali tak disangka-sangka oleh William.Keannu bahkan mengulangi lagi dengan menekankan satu kata itu, “TIDAK.”William mengerjapkan mata, memasang ekspresi tidak mengerti, “Yang Mulia, tapi … mengapa?”Keannu mendesah pelan, “Itu perang besar, Bill. Kau … sudah memberikan begitu banyak hal untuk istana ini dan sudah tidak terhitung berapa banyak kau mempertaruhkan nyawamu. Aku tidak mau kau harus terlibat lagi.”Oh, sungguh William sangat tersentuh dengan kelembutan hati sang raja. Tapi sang jenderal tetap berujar lagi, “Tapi saya tidak bisa diam saja melihat satu per satu nyawa prajurit direnggut, Yang Mulia.”Keannu terdiam. Sebuah dilema pun besar kembali menghantam dadanya.Sebetulnya dia tahu jika William Mackenzie turun kembali ke medan perang dan memimpin, dia pasti tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tanpa sedikitpun keraguan dia yakin bila kemenangan pasti akan diraih oleh pihak mereka William tidak pernah kalah dalam perang satu kali pun da