Keannu seketika melempar sebuah tatapan heran dengan kedua alis tebal menyatu. Jody Gardner dengan segera menyadari kesalahan kecil yang telah ia lakukan dan buru-buru memperbaiki, "Ah, maksud saya. Rasanya itu mustahil. Saya tidak percaya pada kerajaan itu. Pasti mereka telah melakukan sesuatu."Raut wajah sang raja pun kembali seperti sedia kala. "Kita belum tahu dengan pasti, Jenderal.""Tapi, Yang Mulia. Kerajaan Mondega jelas sekali sepertinya melakukan trik ini untuk mencoba memancing kita ke luar," ujar Jody, masih berusaha membuat pikiran rajanya tidak berpusat pada masalah itu."Mereka tidak akan berani menghadapi ... Penasihat Perang kita."Keannu hampir kembali menyebut kata "Jenderal". Tapi, dengan cepat ia bisa mengontrol lidahya yang biasanya tajam."Anda terlihat begitu yakin pada kemampuan Bill Stewart. Tapi, saya yakin Kerajaan Mondega sedang memperalat Bill Stewart. Tawanan perang. Ya pasti begitu," ujar Jody.Keannu menggeleng tidak yakin, "Dia tidak akan mudah dika
Eland Cleve merasa jantungnya seperti hendak dicabut ketika mendengar pertanyaan balik yang dilontarkan oleh dewa penyelamatnya itu. Astaga, apa dia sudah menyinggung pria hebat ini? Eland Cleve, apa yang sudah kau lakukan? Mengapa bertanya tentang hal yang seharusnya tidak perlu kau tanyakan? Dasar bodoh, kau Eland Cleve! Bodoh! umpat Eland pada dirinya sendiri. Kini ia begitu cemas.Ia pun berkata dengan perlahan, "Ampun, Jenderal. Saya tidak bermaksud demikian. Saya-""Tak apa, santailah!" ucap Bill sambil tersenyum samar. Tatapan mata jernihnya kembali teduh. Eland semakin terlihat takut menyinggung tapi akhirnya dirinya pun bisa bernapas dengan lega."Ya, aku tahu. Kau pasti berpikir aku aneh, tapi begitulah kenyataannya. Yang aku inginkan hanyalah mengabdi pada kerajaanku, hanya itu. Masalah dikenal atau tidak, itu bukan persoalan besar bagiku," lanjut Bill.Eland Cleve menatap sang jenderal dengan penuh kekaguman. Tak perlu diragukan lagi, William Mackenzie sungguh pantas men
Eland Cleve menjawab dengan santai, "Aku baru bicara dengannya dan beliau mengatakan jika kau adalah salah satu orang yang mengetahui wajah asli beliau."Andrew Reece ternganga, matanya pun melebar dengan sempurna. Gelas yang tengah ia bawa pun hampir saja terlepas dari tangannya kalau ia tidak hati-hati.Ia seketika melirik ke kanan dan kiri, meneliti dengan was-was, takut jika ada orang yang mungkin akan mendengarkan percakapan mereka.Ia bersusah payah meneguk ludah dalam-dalam, membuat dirinya tenang dan mencoba kembali bersikap normal. Eland Cleve mengamati dengan seksama dan dengan mudah mengetahui jika Andrew Reece sedang terkejut sekaligus gugup."Beliau mengatakannya pada Anda, Jenderal?" tanya Andrew pada akhirnya.Ia bahkan kesulitan menutup mulutnya kembali dan mulai berpikir lebih luas. Seketika ia kini memahami, alasan mengapa Eland Cleve terlihat langsung akrab dengan sang jenderal besar. Orang itu rupanya sudah mengenal jenderalnya.Tapi bagaimana bisa? Apakah William
"Apa alasan Anda memilih berdamai?" tanya Jody Gardner tanpa berusaha berniat melontarkan kalimat basa basi. Ia hanya ingin mengutarakan dengan cepat untuk menghemat waktu.Eland Cleve seketika merasa bila pertanyaan itu terdengar sedikit aneh. Gelagat itu juga dilihat dari sikap Jody Gardner yang terlihat tidak tenang.Akan tetapi, sang jenderal muda itu pun menjawab dengan santai, "Perang tidak akan membawa dampak yang begitu baik untuk dua kerajaan, Jenderal Gardner."Jody tersenyum samar, senang pancingannya itu berhasil. Dia pun berkata kembali, "Semua peperangan yang terjadi tentu saja membawa dampak yang berbeda-beda. Bukankah Anda juga pasti sudah menyadarinya begitu Anda mulai memberi isntruksi menyerang kerajaan kami?"Jody bersikap santai tapi jelas sekali mengharapkan jawaban yang jujur dari Eland Cleve, meskipun ia sayang yakin Eland Cleve bukanlah orang yang mudah dihadapi. Dan justru karena hal itu, Jody begitu ingin tahu cara apa yang telah digunakan oleh penasihat per
Ah, sekarang Eland segera memahaminya. Jody Gardner jelas-jelas tidak menyukai dewa penyelamatnya itu. Hal itu begitu terlihat dengan jelas ketika ia melihat ekspresi tak suka yang terpancar di mata Jody Gardner ketika mereka membahas masalah Bill. "Dia memang hebat. Dan, kehebatan itu terkadang tidak bergantung pada lama atau tidaknya seseorang bergelut di bidang itu. Aku yakin, kau pasti setuju dengan hal itu, Jenderal Gardner," ucap Eland sambil menambahkan senyum ramah di akhir kalimatnya.Jody Gardner pun setelahnya tidak lagi mempermasalahkan hal itu lagi dan memilih meredam emosinya. Dia pun pulang dengan benak dipenuhi kekesalan yang teramat sangat karena lagi-lagi dia telah kehilangan muka. Kali ini, tak tanggung-tanggung, namanya tak disebut-sebut di Kerajaan Ans De Lou kala mereka kembali. Hanya Bill lah yang diagung-agungkan oleh semua orang, termasuk rajanya hingga akhirnya dia tak ikut dalam perayaan besar di istana.Akan tetapi, di saat pesta perayaan itu baru dua ja
"Cassie, dengar. Kau ... bisa cerita apa saja kepadaku!" ucap Bill, berusaha membuat istrinya mau mengungkapkan apa yang dialami.Awalnya Cassandra terlihat begitu enggan dan tampak tidak nyaman. Namun, setelah Bill dengan begitu sabar menunggunya dan mencoba menenangkan dirinya, Cassandra akhirnya mulai mencoba perlahan terbuka pada sang suami."Aku ... dipecat, Bill. Bayangkan! Kau tahu kan pekerjaan itu sangat kucintai," ucap Cassandra kembali terisak pelan."Apa alasannya?" Kening Bill mengerut, setahunya Cassandra adalah seorang pekerja yang begitu disiplin, rasanya tak mungkin istrinya melakukan sebuah kesalahan."Aku tak mau membahas. Rasanya percuma," ucap Cassandra, terlihat begitu malas.Bill menghela napas panjang. Dia tahu betul bagaimana Cassandra Wood begiti mencintai pekerjaannya dan selalu membanggakannya tanpa henti. Kehilangan sesuatu yang begitu disukainya tentu sangat berat bagi Cassandra."Sekarang aku pengangguran, Bill.""Itu tak masalah," jawab Bill tenang."Ba
"Katakan saja apa yang kau mau katakan!" kata Cassandra, sudah tak sabar. Bill menggenggam tangan istrinya lalu berkata, "Sebelum aku bertemu denganmu, aku adalah tentara, Cassie. Aku bekerja di istana, tapi ...." "Tapi apa?" tanya Cassandra dengan napas tertahan. "Aku mengundurkan diri lebih dari 3 tahun yang lalu dan di perjalanan pulang aku diserang sampai aku hampir mati," kata Bill. Cassandra menatap kaget, "Diserang gimana, Bill? Siapa yang menyerangmu?" Bibir wanita cantik itu terlihat bergetar saat mengucapkannya dan hal itu membuat Bill menjadi lebih hati-hati. "Aku tidak tahu, Cassie. Di saat itulah aku diselamatkan oleh Nenek Minerva dan akhirnya menikahimu," jelas Bill. Cassandra masih sedikit agak bingung, "Bagaimana dia bisa menyelamatkanmu?" Bill tidak mungkin berkata dia dibuang di pinggiran kota karena itu akan lebih memeperumit semuanya. Maka, dia memilih berkata, "Nenek menemukanku yang sedang sekarat di jalan. Dia yang menyembuhkan aku." Cassandra terdiam s
Cassandra malah semakin curiga pada sang suami tetapi dia menahan diri untuk bertanya. Dengan sigap wanita cantik itu bahkan menyodorkan segelas air minum kepada sang suami. "Terima kasih, Cassie!" ucap Bill dengan cepat. Dia buru-buru menenggak air minum itu hingga habis dan ketika dia meletakkan gelas itu di atas meja, dia masih melihat sang istri sedang menatapnya tanpa berkedip. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Bill setelah menyeka mulutnya menggunakan tisu. Cassandra membuat gerakan seolah dia tidak berpikir apapun dan tidak juga memaksa sang suami untuk berbicara. Bill malah semakin bingung dan berpikir mungkin saja istrinya itu telah mengetahui jika dirinya memiliki perusahaan yang jumlahnya tidak hanya satu. Akan tetapi, saat dia melihat tatapan istrinya yang tersimpan sebuah tanda tanya itu, dia segera membuang pikiran itu dari dalam kepalanya. "Aku ... belum berpikiran untuk membangun sebuah perusahaan tapi jika kau menginginkan hal itu, aku bisa membangunnya untukmu," u