"Kita tidak akan bisa lari!" umpat Mac dengan ediikit putus asa. Jika mereka keluar dari area hutan, maka jejak mereka akan mudah ditemukan oleh helikopter di atas. Sementara 3 prajurit perbatasan itu tengah berlari ke arah mereka. "Mereka membawa senjata api, sepertinya kita memang hanya bisa sembunyi untuk sementara. Ayo!" ujar Caka yang mengajak berlari. "Shit!" umpat Mac mengikuti. "Berhenti kalian!" seru salah satu dari mereka. Lalu satu letusan tembakan menggema. Namun untung saja sama sekali tak mengenai keduanya. "Mac, kita harus mencapai sungai secepatnya!" perintah Caka. Mac mengerti apa yang diinginkan oleh sang Tuan. Memang saat ini sungai adalah tempat yang paling aman bagi mereka untuk berlindung. Mereka pun mempercepat laju larinya. "Ayo, cepat kota tangkap mereka! Jangan sampai terbunuh, cukup lumpuhkan saja!" perintah salah satu dari prajurit itu. Tentu saja, jika keduanya adalah mata-mata. Mereka tidak akan berguna jika sampai terbunuh. Me
Caka dan Mac saling melirik, mereka seperti sedang menyusun rencana dalam diam. Hanya isyarat mata dan tangan yang berbahasa. Mereka tak ingin mengundang perhatian untuk kedua musuh di beda tempat itu. Akhirnya Mac memutuskan untuk menggunakan kekuatannya, ia memejamkan mata untuk memusatkan pikiran. Mencoba berkomunikasi dengan binatang liar itu. Sementara Caka mulai menarik belati di pinggangnya. Mac tidak berhasil berkomunikasi, harimau buas itu tetap menatap mereka dengan lapar dan siap menyerang. Mac membuka mata, lalu menggerakkan kedua tangan di di depan. Di antara kedua tangannya muncul cahaya berwarna biru. Ketika harimau itu melangkah dan siap melompat, Mac menghentakkan tangan ke arah harimau itu. Membuatnya terpental mundur namun tak sampai membuatnya roboh. Harimau itu kembali menyerang, Mac berhasil menghindar dengan berguling ke samping. Pergerakan itu mampu terlihat dari atas, namun tidak terlalu jelas karena banyak dahan yang rimbun. Karena tub
"Jika kita bergerak mereka akan semakin mudah melihat kita. Mana tahu mereka juga mengirim tim sniper!" "Kita baru saja lolos dari serangan seekor harimau liar, menghindari serangan orang-orang ini ... apa sulitnya!" tukas Mac membenahi ransel di punggungnya. Caka melirik, "Kau benar, tak ada yang bisa melukai kita. Jika mereka pikir mereka bisa menaklukkan kita dengan mudah, itu sebuah kesalahan besar. Karena kita yang akan menaklukkan mereka!" "Kau siap bergerak, Tuan?" "Tentu saja!" Keduanya saling mengangguk dan mulai melangkah dengan hati-hati. Berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain secara bersamaan. Hanya jika mereka selalu dekat dengan pohon bisa menghindari peluru yang datang. Apalagi saat ini mereka sudah berada di area yang mudah terlihat dari atas. Caka tahu mereka tak mungkin bisa terus menghindar, ia harus mencari cara agar bisa mengalahkan helikopter itu. Bukankah Mac bisa menggunakan kekuatannya! Akhirnya Caka menghentikan langkah, tetap menemp
Caka menghentikan langkah dengan tinju masih di udara, moncong senjata Laras panjang dengan kaliber 22 itu mengarah padanya. Tentu saja ia tak ingin mati sekarang, dan tidak akan! "Kau terlalu percaya diri, apakah ada perintah menembak mati kami di tempat? Aku berani jamin, pemerintah kalian akan menyesal jika sampai aku mati hari ini!" ujar Caka dengan tenang. Ia sudah menurunkan tangannya dan kini meletakan kedua tangan di belakang punggung. "Memangnya siapa kau sampai kami harus menyesal?" "Arkh!" suara teriakan yang tertahan membuat kami menoleh. Rupanya Mac baru saja mematahkan leher pria berseragam tentara yang menjadi lawannya. Ketika lawan Caka terkejut melihat hal itu, Caka memanfaatkan kesempatan untuk menerjang ke arahnya. Merebut senjata Laras panjang itu setelah memberii pukulan telak beberapa kali di wajah dan dada. Kini ia juga memukulkan pantat senjata itu ke wajah lawannya hingga tersungkur. Caka pun menodongkan senjata ke arah pria itu yang kini sedikit
"Apa? Seratus juta?" beo gadis itu melongo. "Kurang? Kalau begitu sesuaikan saja harganya, berapa biasanya untuk menyewa satu hati penuh? Tapi ... usir semua pelanggan karena kami tidak mau diganggu!" tegas Mac. Ia bukannya sombong, hanya saja ia malas berdebat terlalu lama dengan seseorang. Jika yang berdiri di depannya itu lelaki, ia sudah menghajarnya habis-habisan. Sayang itu perempuan, jadi ia harus mengunakan uang untuk membungkamnya. Dengan tangan gemetar, gadis itu menerima kartu bank milik Mac. "Tuan, sebenarnya tidak perlu seperti ini. Di sini ... juga banyak tamu VIP yang sedang menikmati makan siang!" "Kalau begitu siapkan saja ruang VVIP untuk kami!" pinta Caka menengahi. Mac langsung menolehnya, "Tuan. Kita bisa membooking restoran ini!" "Tak ada banyak waktu untuk hal-hal semacam ini, Mac. Setelah makan kita harus pergi, untuk apa membooking satu restoran. Nanti saja, kita booking satu lantai full hotel terbaik di sini!" imbuh Caka membuat gadis pramu
"Mac!" tegur Caka membuat Mac kembali bungkam. Untuk saat ini identitas Caka tak boleh sembarangan dingkap, meski negara ini jarang berhubungan dengan Nollyvia, tapi tak menutup kemungkinan mereka pasti mengetahui tentang keluarga Madaharsa. Tak ada yang tahu niat pemerintahan suatu negara, apalagi Caka adalah calon;on perdana menteri Nollyvia, jika mereka tahu tentang identitas Caka, dan mengethaui Caka ada di negara mereka, mereka bisa saja memanfaat keberadaan Caka untuk tujuan yang menguntungkn Yoslavya, dan mungkin saja bisa merugikan Nollyvia. Caka menatap gadis itu, "Intinya, Nona. Apa kalian akan menjual mobil pada kami atau tidak, jika tidak ... kami bisa mencari showroom lain." "Ada apa ini?" tanya seorang pria berjas yang sepertinya adalah manager showroom itu. Si gadis pramuniaga menoleh, "Bos, ini ... mereka ingin membeli mobil, tapi ... penampilannya meragukan!" Pria itu menagmati keduanya dari atas hingga bawah, mereka memang mengenakan pakaian kasual dan c
Mac mulai khawatir, kenapa tuannya justru memperlambat laju mobil? Apakah berniat mengalah pada dua cecunguk itu? "Tuan!" Dua mobil yang menghimpitnya itu kini memang menjadi sedikit di depannya, sekarang Caka menginjak pedal gas untuk menambah kecepatan, seketika a melwati dua mobil itu dengan kecepatan tinggi. Mac cukup terkajut aan hal itu, rupanya sang tuan hanya ingin mencari ecelah untuk bia mendahului lawannya, bukan mau mengalah. Mac menoleh Caka sambil menggeleng pelan. Sementara Arjun dan Nardo merasa sangat kesal karena lawannya berhasil mnegecoh mereka untuk bisa melaju lebih cepat. Selama ini di kota itu mereka adalah raja jalanan, semua pecinta mobil balap harus menghomatinya. Tapi hari ini ada pengendara yang berani menantang mereka! Tentu saja mereka tak akan biarkan orang bodoh itu lolos! Keduanya langsung menambah kecepatan untuk mengejar mobil Caka. Kejar-kejaran kini tak terelakkan di jalanan yang cukup ramai itu. Karena body Buggati yang cukup rampin
"Lakukan sesuai prosedur!" perintah Arjun. Nardo mengangguk lalu menoleh Caka, kemudian menghampirinya. "Bagaimana pun kalian sudah menantang Arjun. Jadi hanya ada satu penyelesaian!" "Sebutkan!" pinta Caka. "Nyalimu besar juga rupanya!" cibir Nardo. "Tak usah banyak mulut di depan tuan mudaku. Katakan saja apa penyelesaiannya?" sahut Mac yang tak sabar. "Selesaikan di arena balap! Jika kau bisa bertahan selama 5 putaran maka Arjun akan melepaskan kalian. Tapi jika tidak ... kalian harus mengikuti semua perintah Arjun!" Mac mengepalkan tinju. Mac tahu tadi pemuda bernama Arjun itu tidak mengeluarkan semua kemampuan mengemudinya karena jalanan yang sedikit ramai. Tapi jika berada di arena balap, tak ada yang tahu seperti apa kemampuannya kan? Apalagi pemuda itu menyandang titel Raja Jalanan."Oke, aku setuju!"Mac menolehnya seketika. "Tuan!""Jangan khawatir, Mac. Ini hanya masalah kecil!" Nardo menarik salah satu ujung bibirnya. "Kau hanya boleh sombong jika sudah bisa l