Share

Bab 4 Bertemu Lagi

Kenapa Revan berada di sini!? Bukankah Filbert bilang temannya yang satu ini tidak diundang?!

Tidak, bukan hanya itu, bukankah Filbert juga tahunya Revan masih di luar negeri!?

Lalu, kenapa sekarang dia ada di sini!?

Selagi deretan pertanyaan itu berputar di otak Jolie, terdengar sebuah suara berseru, "Revan! Kenapa tidak mengabari kalau bakal datang? Aku kira kamu masih di luar negeri, Bung!" Filbert buru-buru turun dari panggung dan menghampiri sahabatnya itu.

Cepat Jolie menoleh menatap sang kakak. Jadi, benar sang kakak tidak tahu-menahu soal kepulangan Revan!?

Jolie kembali menatap ke arah sahabat baik kakaknya tersebut. Jadi, apa tujuan pria ini ada di sini sekarang!?

"Kesempatan reuni dengan kalian tentu tidak boleh dilewatkan." Revan membalas rangkulan singkat Filbert, lalu maniknya bergeser untuk menatap Jolie.

Jolie tertegun, lalu langsung membuang muka.

Reuni? Reuni dengan teman-temannya, dan bukan dengan Jolie, ‘kan? Reuni apa yang kiranya perlu dirayakan di antara mereka berdua!? Bukan hanya masa lalu hubungan mereka cukup buruk, tapi kejadian dua malam itu adalah hal yang sepatutnya dilupakan!

Khawatir Revan mengungkit hal yang terjadi beberapa malam yang lalu, Jolie langsung berniat untuk pergi. Namun, belum sempat menemukan celah untuk kabur, teman-teman SMA Filbert sudah datang mengerubung.

Jalan keluarnya tertutup!

“Wah, Revan sudah jadi bos, ya.”

“Makin sukses saja, nih. Pantas, setiap diundang ke acara nikahan sering absennya.”

Godaan teman-teman lamanya itu sama sekali tidak membuat Revan tersinggung, pria itu hanya menyunggingkan senyum tipis khasnya yang hampir tak terlihat. “Aku baru kembali ke ibu kota minggu lalu, berikanlah aku keringanan.” Kemudian, dia mengalihkan topik ke sang empunya acara. “Berbicara pernikahan, kapan giliranmu?” tanya Revan santai.

“Jangan menyindir, ya. Kamu tahu aku baru putus dengan yang terakhir beberapa bulan lalu. Aku masih sakit hati!” Filbert memasang wajah memelas.

“Jangan-jangan kamu duluan yang nikah, Van?” tuding seorang teman Filbert.

“Di geng kita, tinggal kalian berdua lho yang masih single,” yang lain ikut menimpali.

Jolie menatap Revan, menyadari pria itu memilih menanggapi dengan senyuman tanpa mengatakan apa pun yang berarti. Hal itu membuatnya mendengus dalam hati, tahu bahwa topik macam ini adalah yang paling sering Revan hindari.

Lagi pula, Jolie tahu bahwa Revan sebenarnya sudah memiliki pilihan. Hanya saja, pria tersebut belum pernah mengatakannya secara terbuka.

Bagaimana Jolie tahu? Itu ... adalah cerita di lain hari.

Selagi Jolie melamun, mendadak salah seorang teman perempuan Revan dan Filbert berceletuk, “Barangkali jodohnya Revan sama adiknya Filbert. Cinta lama bersemi kembali!”

Omongan itu membuat Jolie terkesiap. Mengapa topik pembicaraan ini jadi mengarah ke dirinya?

"Eh, bener tuh!” Mata Filbert tampak berbinar. “Van! Masih ingat Jolie, kan? Nih, adikku sudah gede," katanya ceria seraya merangkul pundak Jolie.

Jolie langsung memasang wajah keruh. Biasanya Filbert selalu menjelek-jelekkan dirinya, lalu kenapa sekarang malah seperti mempromosikan!? Jolie tidak perlu!

“Kakak, lepas!” Jolie berusaha meronta, tapi dia langsung terdiam saat mendengar ucapan balasan Revan.

"Ingat, tentu saja ingat. Bagaimana bisa lupa?” Tatapan Revan bertemu dengan sepasang manik cokelat Jolie. “Seperti baru bertemu beberapa hari yang lalu,” ucap pria itu membuat Jolie terbelalak.

Apa maksud pria ini? Apa dia ingat kejadian malam itu dan berniat membongkar semuanya?

Melihat Jolie hanya menatap Revan dalam diam, Filbert langsung mencubit pipi adiknya. “Heh, disapa loh itu. Jawab dong!”

"Aku sudah menyapanya tadi," balas Jolie ketus seraya membuang muka.

Semua orang tertawa melihat sikap Jolie, menyalahartikan tindakannya.

“Cieee Jolie. Dulu waktu kecil kamu selalu mencari Revan, ‘kan? Sekarang sudah besar kok jadi malu-malu sama Revan?”

“Jangan-jangan, lama tidak bertemu malah tambah suka, ya?” goda teman Filbert yang disambut tawa teman-teman lainnya.

Melihat kesempatan untuk mengusili adiknya, Filbert menjadi semakin bersemangat. “Asal kalian tahu, ya! Jolie dari kemarin bolak-balik tanya, ‘Apa Kak Revan datang ke pesta?',” ujarnya, mengompori. “Eh, sekarang datang, malah malu-malu. Emang kok ya cewek itu jual mahal!”

Jolie melotot sebal.

Filbert minta dicincang, ya? Jolie kan cuma pernah tanya sekali! Itu pun untuk memastikan dia tidak perlu bertemu Revan di pesta ini, bukan malah menantikan pertemuan!

“Udah … sama Jolie saja, Van. Walau beda delapan tahun, kalau dilihat-lihat kalian cocok kok!” Teman-teman Filbert mulai berinisiatif menjodoh-jodohkan keduanya.

“Bener, bener! Dulu ‘kan Jolie selalu panggil kamu ‘calon suami’! Udah latihan tuh dari lama! Sekarang, direalisasikan aja!”

Filbert mengangguk-anggukkan kepala. “Aku tidak keberatan sih kalau kamu yang jadi saudara iparku.”

Jolie jadi jengkel. Saudaranya ini memang agak lain.

"Di mana-mana tuh, kakak laki-laki pasti protektif berat ke adik perempuannya. Ikut menyeleksi siapa calon pasangan adiknya. Tidak seperti kakak, malah menyodorkan aku ke sembarang orang!" protes Jolie.

"Eits ….” Filbert mengangkat jari telunjuknya ke hadapan Jolie. “Siapa bilang Revan sembarang orang? Kalau ditakar, dia ini grade A plus plus tau! Tampan, mapan, kaya! Banyak yang ngejar!”

Jolie memutar bola matanya, tidak menanggapi serius omongan Filbert. Namun, tiba-tiba Jolie pun dikejutkan dengan Revan yang sedikit membungkuk untuk menyejajarkan pandangan dengannya.

“Kenapa? Menurutmu aku masih di bawah standar?” tanya Revan, sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Jolie, membuat gadis tersebut bisa mencium aroma musk dan cedar yang familier itu. “Kamu tidak lagi mau jadi calon istriku?”

LuciferAter

Siapa yang mauuu jadi pacar Revan?

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status