Share

Bab 5 Pernikahan

Pertanyaan itu membuat Jolie mematung selagi teman-teman Filbert bersiul. “Cieee! Langsung mingkem, berarti mau tuh!”

“Ditembak kayak gini, siapa yang nggak oleng coba?!” sahut teman-teman perempuan Filbert yang tampak memekik kegirangan sendiri, padahal bukan mereka yang sedang digoda.

Selagi teman-teman kakaknya tampak kesenangan dengan drama di depan mata, Jolie sendiri malah menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya.

Bukan apa-apa, walau hatinya berdetak kencang untuk pria di hadapannya ini, tapi Jolie sadar diri dan tahu jelas Revan hanya bercanda. Alhasil, kemarahan dan rasa kesal pun timbul di hati Jolie.

Dengan dingin, Jolie langsung berkata, “Karena ini pesta ulang tahun Kak Filbert, aku rasa membahas masalah ini tidak terlalu pantas.” Dia menepis tangan Filbert dan berkata ke arah teman-teman SMA lainnya sang kakak, “Aku yakin kakak-kakak punya banyak hal untuk dibicarakan, jadi aku permisi dulu untuk menjamu tamu lain.”

Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Revan, Jolie langsung berbalik dan berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

“Waduh, duh, duh. Makin besar, Jolie makin galak juga nih,” komentar salah satu teman pria Filbert.

Di sisi lain, seorang teman wanita Filbert yang merasa sedikit tidak enak bertanya, “Dia nggak ngambek ‘kan, Bert? Apa kami keterlaluan ya bercandanya?”

Melihat reaksi teman-temannya, Filbert langsung tertawa. “Nggaklah, begitu doang masa ngambek.”

Sebagai seorang kakak, Filbert tahu sifat adiknya. Pun Jolie marah, paling mentok yang membuatnya kesal adalah dirinya sendiri atau Revan, bukan teman-temannya yang lain.

Dengan santai, Filbert pun langsung menunjuk ke arah Jolie yang ganti berbicara dengan teman-teman bisnisnya. “Tuh, dia cuma langsung jamu tamu pesta yang lain aja,” tegasnya seraya langsung mengalihkan topik. “Udah, mending sekarang kalian ikut aku nyanyi di panggung, sini!”

Selagi Filbert menyeret sejumlah teman-temannya ke panggung, Revan yang sedang menggoyangkan gelas winenya masih tetap berdiri di tempat. Tatapannya terpaku kepada Jolie yang sedang tersenyum manis selagi berbincang dengan teman-teman bisnis Filbert.

Merasa ada yang memerhatikannya dengan tajam, Jolie yang sedang sibuk berbincang pun mengalihkan pandangan. Dia tersentak saat tatapannya bertemu dengan tatapan dingin Revan.

Seluruh tubuh Jolie menggigil karena tatapan Revan, dan secepat kilat dia pun membuang muka.

‘Apa maksud tatapan itu?’ batin Jolie dengan was-was, merasa sangat tidak nyaman. ‘Apa dia tersinggung dengan sikapku tadi?’

Walau merasa sedikit bersalah, tapi Jolie kembali ingat mengenai apa yang terjadi di antara dirinya dan Revan. Akhirnya, gadis itu pun mengeraskan hati dan mengabaikan pria tersebut.

Saat sudah cukup lama, barulah Jolie kembali memberanikan diri untuk menoleh ke arah Revan. Untungnya, Revan sudah tidak menatap ke arahnya akibat dipanggil oleh Filbert ke panggung.

Melihat itu, Jolie menghela napas lega. ‘Menakutkan saja ...’ batinnya.

Merasa dirinya bisa gila lama-lama di sana, Jolie pun memutuskan untuk pergi ke kamar tamu di lantai bawah.

Merebahkan tubuh di tempat tidur, Jolie menghela napas kasar sambil menutup mata dengan lengan. Bukan hanya fisiknya yang terasa lelah, tapi psikisnya juga.

“Kenapa Kak Revan harus datang ...?” gumam Jolie, terus dihantui keberadaan Revan di kediamannya itu.

Di saat itu, Jolie merasa sedikit aneh. Dia baru tersadar kalau Revan tampak tenang sepanjang pertemuan mereka dan masih menggodanya seperti dulu.

“Apa ... dia tidak ingat soal malam itu?"

Detik pertanyaan itu muncul di benaknya, dada Jolie terasa sesak dan dia merasa kesal. Apa beban ingatan malam itu hanya ada di pundaknya saja?

"Mungkinkah dia juga mabuk berat dan tidak ingat tidur dengan siapa?” tebak Jolie dengan alis tertaut. “Tidak heran aku ingat ada juga wangi wine menyengat dari tubuhnya," ucapnya setengah mendengus dengan senyuman pahit terlukis di bibir.

Benar juga, kalau bukan karena mabuk berat, mana mungkin Revan bersedia mengajaknya tidur bersama? Lagi pula, di mata Revan dirinya hanya anak kecil yang dari dulu suka mengintil!

‘Sudahlah, Jolie ...’ batin Jolie bersuara. ‘Bukankah ini yang kamu inginkan? Tidak ada yang ingat, tidak ada yang tahu, kecuali dirimu ....’

**

Saat dirinya bangun, Jolie langsung mendudukkan diri di atas tempat tidur.

Sial! Dia ketiduran sampai pesta sudah selesai!

"Habis sudah besok aku dimarahi Kak Filbert!" gumam Jolie seraya turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar, berusaha mengecek apakah masih ada yang bisa dia lakukan guna membantu sang kakak.

Namun, siapa yang menyangka dirinya malah memergoki empat orang yang terduduk di ruang tamu dengan wajah serius. Dua orang tuanya, lalu dua orang lagi Revan dan Filbert.

"Apa yang mereka bicarakan?" pikir Jolie dengan alis tertaut, berusaha mendekati tempat tersebut tanpa diketahui keberadaannya.

"Papa serius soal ini?" ucap mama Jolie dengan wajah khawatir. "Kita akan melangsungkannya dalam waktu dekat?”

Papa Jolie menghela napas menanggapi ucapan sang istri. “Tidak ada pilihan. Ini jalan terbaik. Bukan hanya untuk Revan, tapi Jolie juga.”

Kening Jolie berkerut semakin dalam. Kenapa dirinya disebut-sebut dalam pembicaraan ini?

'Tunggu.'

Jantung Jolie mencelos. Dia mengalihkan pandangan ke arah Filbert yang memasang wajah serius, juga Revan yang berwajah datar.

'Mungkinkah Kak Revan mengatakan apa yang terjadi di malam itu kepada Papa dan Mama?!'

Di saat ini, Filbert pun angkat bicara, "Kalau memang harus menikah, ya nikahkan saja. Selain itu, memangnya Jolie dan Revan ada pilihan lain?”

Sontak, mata Jolie membola. Dia langsung berlari ke ruang tengah sembari berseru, "Pernikahan apa yang kalian bicarakan!?"

LuciferAter

Waduh? Apa iya dibongkar sama Revan!?

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status