Share

108). Hampir Saja

***

"Makan yang banyak. Belakangan ini hidup kamu pasti enggak tenang."

Setelah obrolan keduanya sempat memanas, Aludra dan Damar akhirnya makan siang bersama dan di kegiatan makan itu, keduanya memilih untuk tak banyak bicara.

Aludra fokus menghabiskan makanannya, sementara Damar menyantap tempura miliknya sambil memutar pikiran—mencari cara secepat mungkin untuk melindungi Aludra dari Raina, karena setelah kejadian malam tadi, dia yakin Raina akan melakukan sesuatu yang lain untuk menyakiti Aludra yang dia sangka Alula.

"Apa sih?" tanya Aludra sambil mengunyah nasi juga tempuranya.

"Kok apa? Omongan aku bener, kan?" tanya Damar. "Lagian ngenes banget hidup kamu, punya saudara kembar seegois Alula. Maunya enak sendiri. Enggak peduli orang susah, yang penting dia enak."

"Gak usah usil," celetuk Aludra. "Hobi banget kamu jelekkin Kak Lula. Gitu-gitu dia saudara kembar aku."

"Saudara kembar yang hobi banget nyusahin saudara kembarnya sendiri ya," sarkas Damar. "Terkadang aku bersyukur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status