Cukup lama aku berada dalam pelukan Serafin. Dia hanya diam dan memelukku sambil mengelus punggungku lembut. Aku benar-benar selamat dari jebakan maut tante Wenda tanpa terluka kali ini.
Kali ini ada orang yang membelaku dan memasang badan saat aku terkena masalah. Aku tidak ketakutan sendirian. Ada tangan yang bisa kugenggam dan memberi kekuatan.
"Terima kasih Serafin. Lo udah bantu gua," kataku tulus.
"Minta imbalan boleh. Gue pengen dicium 20 kali aja deh," katanya jenaka. Aku langsung melepaskan pelukanku dan menendang tulang keringnya.
"Lunar kdrt mulu. Gua laporin polisi baru tau," katanya pura-pura sedih. Aku hanya diam saja dan cemberut.
"Lo nyebelin banget sih Serafin."
Kupikir Serafin akan akan menyeburkan aku ke laut. Ternyata dia hanya hanya mencium puncak kepalaku saya. Lalu berlari meninggalkan aku."Dasar Serafin menyebalkan…." Teriakku keras dan berusaha mengejar Serafin. Kakinya yang panjang membuatku kesulitan untuk mengejar Serafin."Serafin tunggu," kataku ngos-ngosan. Ternyata capek juga mengejarnya, larinya cepat sekali kayak maling dikejar massa."Ayo sini," kata Serafin berhenti dan menungguku. Aku langsung berlari kencang padanya dan mengerjakan tubuh Serafin.Serafin yang belum siap langsung terjatuh ke atas pasir dengan aku di atas tubuhnya. Aku memukuli dadanya pelan, melampiaskan rasa kesalku. Seenaknya saja di menciumku tanpa izin. Ini kan ciuman pertama untukku. Harusnya dia izin dulu
Hari ini kau berencana menjenguk anak-anak yang keracunan di rumah sakit. Aku ingin tau bagaimana keadaan mereka sekarang.Aku tentunya sangat khawatir pada mereka. Mereka terluka bisa dibilang karena aku, karena tante Wenda ingin menjebakku. Sehingga anak-anak itu menjadi korban.Aku tidak habis pikir dengan tanteku. Bisa-bisa dia menganggap nyawa manusia seenteng itu. Hanya untuk harta warisan saja. Benar-benar tidak punya hati nurani.Apakah tante Wenda tidak berpikir. Anak-anak itu bisa saja kehilangan nyawanya karena memakan, makanan yang sudah diracuni. Tidak adakah sedikit rasa kasin saja di hatinya."Lunar mau temenin mama lari keliling komplek sayang," teriak mama dari bawah. Pagi ini memang mama ada rencana untuk lari keliling komplek.&n
Selesai menjenguk anak-anak, Serafin mengajakku ke tanaman. Aku juga sudah lama sekali tidak keluar rumah. Takut dicelakakan oleh tante wenda. Sekarang ada Serafin di sisiku jadi aku tidak perlu terlalu khawatir."Mau es krim atau apa?" tanya Serafin.Rambutnya yang lebat menarik perhatianku dari tadi. Aku ingin sekali mendaratkan tanganku di kepalanya. Membelai lembut rambutnya yang lebat."Gak deh. Mau lihat-lihat aja. Udah lama gak keluar rumah. Rasanya seneng banget, bisa keluar lagi.""Kalau lo bosan di rumah. Mau nge-mall bisa ajak gue kok. Biar kita bisa kencan sekaligus, tenaga aja tante Lunar gue yang traktir kok. Gue siap jadi sugar boy lo," katanya sambil tersenyum lebar menunjukan giginya yang putih dan rapi.
Aku menjerit histeris saat melihat Serafin menahan pisau dengan tangannya. Pisau yang diarahkan padaku ditangkap dengan tangan kosong oleh Serafin. Sehingga tangga langsung robek dan meneteskan darah.Saat aksinya tidak berhasil orang yang memakai Hoodie itu langsung berlari. Serafin ingin mengejar orang itu tapi aku langsung menahan tangannya dengan panik. Semakin panik saat semakin banyak mengalir dari telapak tangan Serafin.Aku menangis dan buru-buru menggenggam tangan Serafin yang dikoyak ganas oleh pisau. Berharap darahnya berhenti, tapi semakin aku menggenggam tangannya. Semakin basah juga tanganku dengan darah.Aku menangis saat merasakan hangatnya darah yang mengalir tanganku. Sementara Serafin terlihat tenang seakan tidak ada yang terjadi padanya.
Tidak ada yang mengkhawatirkan dari kondisi ku sehingga aku tidak perlu dirawat inap. Aku bersyukur sekali, karena bisa menyembunyikan masalah ini dari om Rendi dan mama. Setidaknya untuk masalah penusukan ini, aman dari mereka. Serafin sedari tadi memperhatikan aku dalam diam. Aku juga tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Kami saling diam dan memandang satu sama lain. Hanya saja aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkan olehnya. Serafin memang sangat rumit, tapi juga bisa sederhana. Dia bisa terlihat sangat terbuka. Dilain sisi dia juga bisa terlihat sangat tertutup. Menerka-nerka apa yang dipikirkan sangat sulit, seperti menerka kedalam samudra tanpa alat. "Kayaknya kita perlu baju ganti deh. Kalau kita pulang dalam keadaan seperti ini. Pasti akan menghebohkan orang tuamu. Kalau mama dan papaku
Alaska benar-benar orang yang profesional. Dia berhasil mencari informasi dari pelaku penusukan dan apa motifnya. Alaska hanya butuh waktu satu minggu. Pantas saja Serafin mempekerjakan.Di balik sifatnya yang dingin. Ternyata Alaska adalah orang yang bisa diandalkan dalam segala hal. Dia cerdas dan juga cekatan. Dia tipe orang yang benar-benar kompeten dalam segala hal yang diperintahkan Serafin.Saat ini kami berada di salah satu cafe. Untuk membahas tentang kejadian penusukan yang terjadi satu minggu yang lalu. Aku yakin hal ini pasti ada hubungannya dengan tante Wenda. Hanya saja aku diam untuk masalah ini.Aku belum bisa memberi tahu masalah perebutan harta warisan papa pada Serafin. Bukan karena tidak percaya padanya, tapi ini lebih memasalah keluarga. Aku tidak ingin menyeret Serafin terlalu dalam dalam
Seperti kata Naral dia akan datang bertamu ke rumahku. Ini kedua kalinya dia datang bertamu, tapi kali ini dia tidak sendiri. Dia bersama dengan Selin.Sepertinya Selin ingin mengawasi aku dan Naral. Padahal aku tidak punya hubungan dengannya. Walaupun punya, Selin tidak berhak untuk mengawasi kami. Dia tidak sedang menjalin hubungan istimewa dengan Naral.Sedari tadi Selin terus menampilkan wajah cemberut. Walaupun begitu mama masih menyambutnya dengan hangat dan baik. Aku merasa kesal sendiri dengan Selin.Dia bertamu ke rumahku tapi seperti ingin mengajak perang saja. Naral juga sudah memperingatkan Selin berulang kali, tapi sepupuku tetap cemberut. Peringatan dari Naral diabaikan begitu saja olehnya."Kita gak usah lama-lama disini," bisik Selin pad
Pagi ini mama terlihat sangat heboh. Pagi-pagi sekali mama sudah mengajak aku ke supermarket untuk berbelanja. Aku yang masih sangat mengantuk terpaksa bangun dan bersiap-siap."Ada apa sih ma? Gak biasa-biasa mama bangunin aku subuh-subuh dan minta ditemenin ke supermarket," tanyaku penasaran pada mama.Mama tersenyum, ekspresi wajahnya terlihat sangat senang. Aku sangat penasaran apa yang membuat mama bisa sesenang ini."Mama dan papanya Serafin hari pulang. Jadi kita akan mengadakan barbeque di rumah Serafin," kata mama menjelaskan dengan semangat.Setelah sekian lama akhirnya aku bisa bertemu dengan orang tua Serafin. Selama ini orang tuanya berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan dan berbulan madu.