Share

2. Tetangga Sebelah Pamer Roti Sobek

Suara benturan pelan di jendela kamarku dan pintu yang menghubungkan balkon kamar membuatku terganggu. Suara-suara itu terus saja terdengar sejak pagi buta. Siapa lagi pelakunya kalau bukan tetangga sebelah yang unik bin ajaib. 

Dia pasti sedang melakukan hal aneh lagi untuk menarik perhatianku. Dia benar-benar sangat aneh. Baru kenal saja sudah mengajak menikah. Tentu saja aku menolak. Tidak ingin salah pilih suami tentunya.

Saat aku membuka pintu balkon kamarku. Puluhan, atau mungkin ribuan pesawat kertas warna-warni sudah bertebaran di sana. Bahkan masih ada pesawat yang melayang, mendekat padaku. 

Pelakunya tersenyum senang padaku. Sambil terus melempar pesawat-pesawat kertasnya kearahku. Kali ini pesawat berwarna pink tepat mendarat di bahu sebelah kiriku. Aku mengambilnya dan melemparnya balik padanya. 

Dia tersenyum senang sambil menangkap pesawat kertas itu dan mengarahkan pada dadanya. Paling membuatku heran adalah, dia hanya mengenakan handuk saja. Menutupi pinggangnya hingga ke atas lulut. Dia dengan santainya melambaikan tangan padaku. Seakan-akan dia sedang berpenampilan normal.

Rambutnya masih basah dan menetes ke dada bidangnya yang nampak mempesona. Senyumnya kadang tulus, kadang juga menyeringai. Perutnya yang kotak-kotak membah keindahan yang ada pada dirinya. Anak sekarang mengatakan jika itu roti sobek. 

Anak yang dibanggakan mama ternyata tidak hanya mesum, sangean, tapi juga tukang pamer. Pagi-pagi sekali sudah pamer roti sobeknya pada anak perawan sepertiku. Benar-benar tetangga yang unik. untung saja orangnya tampan. Kalau tidak aku sudah beriak dan memanggil polisi untuk menangkapnya.

"Ayo terima lamaran gue Lunar. Jadilah istri gue," katanya berteriak dari seberang sana, tepatnya di balkon kamarnya yang terdapat banyak pesawat kertas warna-warni.

"Berisik! Bisa gak lo gak ganggu gue lagi. Kepala gue rasanya mau pecah menghadapi tingkah aneh lo yang luar biasa," kataku kesal. Serafin dengan cepat menggeleng kuat. Rambutnya mengikuti gerakan kepalanya sehingga air menetes lebih deras dari rambut basahnya. 

"Gak bisa lah. Kecuali lo nerima lamaran gue. Gue punya gak bakal ganggu lo lagi deh. Gue janji, tapi ya lo harus nikah sama gue," katanya sambil tersenyum manis, tapi bagiku itu senyum mesum. Dasar tetangga mesum!

Serafin terus melempar pesawat-pesawat kertas padaku dengan tempo semakin cepat. Sehingga di depanku dipenuhi pesawat kertas yang melayang mendekat kearahku.

Sebenarnya beberapa hari yang lalu Serafin semapat ngambek padaku. Dia mendiamkan aku, karena tidak kunjung mendapat jawaban dari lamarannya. Hanya saja strategi ngambeknye tidak berpengaruh padaku. Sehingga dia menganti strategi yaitu terus menganggu aku dengan segalam macam cara.

Setelah dia ngambek karena lamarannya tidak mendapatkan jawaban pasti. Dia Menganti strategi untuk mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Serafin udah. Nanti repot buat bersihin ini semua," kataku. Sebenarnya aku takut juga tergoda dengan usahanya yang unik dan bisa dibilang romantis. Hanya saja penampilan sedikit aneh, tapi bisa membuat debaran di dada. Bertelanjang dada dengan bentuk tubuh yang seperti artis korea, wajah tampan dan senyum jahil yang ceria. Sungguh pemandangan indah di pagi hari. Seandainya sifatnya tidak aneh mungkin aku juga bisa langsung suka padanya.

Sayangnya saat pertama kali bertemu saja. Serafin sudah memperlihatkan keanehannya. Sehingga wajah tampannya yang mempesona gugur dengan keanehan sifatnya.

"Gitu doang lo ngeluh. Gue buat ini semalam, sampek gak tidur. Tangan gue juga kegores kertas," katanya sambil menunjukan tangannya yang terdapat plester. Jari-jari tidak hanya dibalut oleh satu plester saja, tapi beberapa. Bahkan satu jarinya terdapat tiga buah plester. 

"Gue kan gak minta. Itu kemauan lo sendiri," kataku cuek.

"Gak minta sih, tapi gue inisiatif. Siapa tau lo terharu dan nerima lamaran gue. Mau buat catatan juga sih, tapi isi sama kayak kemarin."

Aku menepuk keningku. Serafin ini memang unik sekali. Selalu punya hal yang membuatku bingung. Kemarin ngambek, sekarang malah melempar  pesawat kertas. Besok apa lagi yang akan dia lakukan untuk menarik perhatianku. 

"Lagian orang gila mana yang langsung mau menerima lamaran laki-laki aneh seperti lo."

"Gue gak aneh! Itu kejujuran dari gue. Memulai hubungan dari kejujuran dan kejujuran gue itu. Ah, tapi malah gak dihargai.

"Lo terlalu frontal," kataku kesal. 

"Masa iya gue harus pura-pura sok manis kayak kucing padahal singa. Gue jujur, biar lo juga gak dalam bahaya. Gue kan gak mau sesuatu yang gue mau terjadi," katanya sambil nyengir. Bibir tipisnya terbuka dan memperlihatkan gigi putih yang berbaris rapi. Gigi taringnya yang tampak lebih runcing dan tajam dari gigi lain terlihat sangat jelas. 

Saat tersenyum matanya juga menyipit. Alis tebal juga ikut bergerak menurun sedikit. Satu yang paling mempesona iris matanya yang besar dengan warna hijau terlihat sangat berbinar. Jarang sekali laki-laki yang memiliki iris hijau yang besar. Iris hijau itu sangat mendominasi bola matanya. Ditambah bulu mata panjang dan lentik. 

Bisa dikatakan Serafin adalah laki-laki tertampan yang pernah aku lihat. Apalagi  hidungnya juga mancung dan memiliki kulit putih yang sehat. Hanya satu minusnya, dia sangean. Serafin yang mengutarakan padaku. 

"Intinya gue harus harus mikir-mikir dulu."

"Mikirnya gak usah lama-lama. Gue kan udah jujur," protesnya. 

"Gue gak mau dapat buaya panuan!"

"Gua manusia. Lo lihat sendiri gak ada, ciri-ciri buayanya. Gak panuan juga," katanya sambil memutar badannya memperlihatkan tubuh mulusnya. 

"Atau lo mau lihat yang ini," katanya sambil memegang handuk dan melepaskannya. Aku langsung refleksi mengambil majalah di atas meja dan  melempar pada Serafin. 

Majalah yang kulempar langsung mengenali wajahnya. Hidungnya sampai memerah. Majalah itu tepat jatuh ke lantai serentak dengan handuk yang dia pakai. Ternyata Serafin menggunakan boxer di balik handuknya. 

Aku menatapnya dengan rasa bersalah. Apalagi saat darah mulai menetes dari hidung mancungnya. Matanya berkedip beberapa kali dan menatapku lurus.

"Lo harus tanggung jawab. Lo harus nikahin gue sekarang," katanya lantang. Aku langsung berlari ke dalam kamarku dan menutup pintu balkon. Aku benar-benar tidak menyangka kalau lembaranku mengenai wajahnya dan membuat dia mimisan. Apakah lemparanku sekuat itu?

"Maaf, gak sengaja," katu sambil mengintip dari balik pintu kaca. Semoga dia baik-baik saja dan tidak terluka sama sekali. Setidaknya walaupun dia terluka tidak parah.

"Lihat aja gue bakal tuntut lo. Sudah melakukan kekerasan, lo harus nikahin gue," katanya membuatku langsung menutup gorden dan tidak berani lagi melihat ke arah Serafin.

"Mama bagaimana ini."

Aku semakin panik saat Serafin terus berteriak. Jangan sampai mama tau kalau aku melukai tentang sebelah yang sesang pamer roti sobek. Mama sangat menyayangi Serafin. Bisa habis aku kalau mama tau aku menyakiti Serafin. Ya tuhan apa yang harus aku lakukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status