Share

73. Mau Bertandang tapi Malah Mau Ditendang

Langit masih terlihat cerah di sana. Tapi tanpa siapa pun sadari, ada segunduk awan hitam mengarak dari selatan. Pertanda apakah itu? Pastinya bukan pertanda dewi cinta akan turun.

"Namanya Daffa." Dea memulai. Sedang Pak Jhon memerhatikan dari jarak dekat, mendengarkan dengan saksama.

'Daffa ... sudah kutandai nama dan orangnya.'

"Pekerjaannya karyawan di kecamatan. Dea nggak tahu bagian apa-apanya, atau berapa gajinya, tapi setiap ketemu, kalau makan dia yang bayarin." Sedikit sombong, soalnya yang dulu-dulu kebanyakan Dea yang bayarin.

"Ga usah senyam senyum! Cuma dijajanin bakmi lima belas ribu sampai mau dibegoin!" dengus Pak Jhon. Ish ish ... Dea jadi bete.

"Dia baik, kok. Nggak pernah anggap Dea bego kayak bapak!"

Almak skakmat! Pak Jhon seketika sesak nafas. Ia langsung mengambil air di meja, lalu meneguknya. Kamvret si Dea. Pikir Pak Jhon. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu terang-terangan di depannya. Berani sekali anak itu.

"Lanjut! Jangan belok ke mana-mana. Bikin bapakmu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status