Share

BAB 6

Seperti biasanya, pesta berakhir dengan sangat berantakan. Brian mendadak terbangun dari kursi sofa. Dia berjalan sempoyongan ketika tanpa sadar hari sudah memasuki pagi hari. Dia terbangun karena ponselnya berdering.

"Halo."

(Apa kau sudah gila? Jam berapa ini? Apa kau lupa kalau hari ini ada dokter dari lulusan universitas terbaik negara J akan datang? Dokter yang sudah menyelamatkan anak gadis kepala pemerintahan. Cepat datang!)

Brian tak percaya dirinya akan sangat berantakan. Teriakan Tomi membuatnya tersadar.

"Midas!" teriaknya keras. "Akan aku bunuh dia! Midas!" Brian kembali terjatuh di atas sofa. Tubuhnya masih lemas akibat alkohol.

"Dia sudah pergi," ucap Ardi mengejutkannya.

"Apa maksudmu?" Brian berusaha membuka kedua matanya.

"Dia sudah pergi dan memang itu yang harus dia lakukan. Dari pada di sini mendapatkan kemarahanmu. Hmm, sebaiknya kau cepat pergi ke rumah sakit. Apa kau tidak mau tahu siapa dokter hebat itu?"

Ardi tersenyum melihat Brian sangat panik dan berlari ke kamarnya.

"Midas, aku harap kau bisa membalasnya. Ah, aku sangat kesal dengan kakakku sendiri," gumam Ardi sambil memegang surat Midas dan segera menyampaikan kepada Lupes yang sudah berada di kamarnya.

"Ibu, dia sudah pergi," ucap Ardi sambil menyodorkan surat Midas.

Perlahan Lupes menerima dengan menangis. Ardi tidak mengerti. Kenapa ibunya sampai seperti itu?

"Apa yang sebenarnya terjadi, Ibu?" tanya Ardi cemas.

"Leonidas lelaki yang sangat baik. Dia adalah cinta pertama ibu," balas Lupes mengejutkan Ardi.

**

Keadaan rumah sakit seperti biasanya sangat ramai. Para suster segera berbaris saat semua dokter senior dan junior berjalan cepat menuju aula perkumpulan. Mereka saling berbisik karena sangat penasaran dengan dokter yang akan datang ke sana. Gosipnya, dokter itu sangat muda dan jenius.

Tomi yang menjadi pembaca acara, sangat kebingungan. Semalam ayahnya mengatakan dia harus banyak belajar dengan dokter itu. Bahkan sang ayah menceritakan sosok Leonidas, dokter sederhana yang mendapat julukan, 'Sang Legenda.'

"Tidak biasanya kau gugup. Apa yang kau pikirkan?"

Tomi terkejut kedatangan dokter wanita paling galak, jutek, selalu menjaga kebersihan, paling pintar dan ditakuti semua orang karena sifat angkernya. Semua harus sempurna di mata dokter itu yang bernama Alma.

"Tenang dan duduk!" ucap tegas Alma yang sekarang menjadi kepala dokter rumah sakit. Dia dokter muda dengan prestasi luar biasa.

"Dokter, maafkan saya gugup," balas Tomi meringis.

"Aku tidak suka kedatangan sainganku. Dia akan menjadi kepala dokter juga? Bagaimana bisa, aku berdua satu ruangan dengan orang asing? Menyebalkan!" ucap dokter itu sambil duduk dan melirik sinis kursi tepat di sebelahnya yang akan diduduki saingannya.

Brian masih saja berlari menuju aula. Dia tidak mau terlihat buruk di mata senior.

"Untung saja aku tidak terlambat." Brian berjalan cepat menuju aula dan duduk tepat di sebelah Mita yang sama sekali tidak menyapanya.

"Mita," sapa Brian membuat wanita itu hanya memandangnya dingin.

"Kau seharusnya bangga dengan Tomi. Tidak aku sangka kau pernah menjalin hubungan dengan pembantuku. Memalukan," ucap Brian tersenyum sinis. Namun, dia berhasil mendapat perhatian Mita.

"Kenapa kau membencinya? Apa salahnya?" balas Mita sambil mengernyit dalam.

"Karena aku tidak suka ada gembel di rumahku," lanjut Brian masih tersenyum sinis.

Tomi pun segera memulai acara ketika salah satu dokter muda mendekatinya dan berbisik, "Dokter sudah akan masuk. Suster yang mengatakan kepadaku."

Tomi menganggukkan kepala. Dia kini berdiri di tengah ruangan sambil memegang pengeras suara.

"Baiklah. Aku sebenarnya tidak mengetahui siapa dia. Yang aku dengar, dia anak dari Dokter Leonidas. Dan tentu saja hebat seperti ayahnya. Baiklah, kita akan menyambut dia. Masuklah, Dokter."

Senyuman terpampang jelas di wajah sosok yang tentu saja mengejutkan semua orang.

"Apa ...." Bahkan Tomi menjatuhkan pengeras suara yang digenggamnya. Dia benar-benar tidak bisa berkata apa pun juga. Tubuhnya sangat kaku. Bagaimana mungkin, lelaki yang sudah dihinanya ternyata seseorang yang dia kagumi?

"Aku ... akan celaka," gumamnya pelan sambil menelan ludah dengan susah payah.

Sementara, Brian bersama Mita tak berkedip sama sekali.

"Jadi ... pembantumu adalah dia?" Mita menunjuk Midas sambil menatap Brian.

Dalam pikiran Brian, terbesit janjinya. Akan menjadi pembantu seumur hidupnya?

"Ini tidak benar," gumamnya pelan sambil mengusap wajahnya yang mendadak berkeringat. "Aku, tidak percaya dia adalah ....," lanjutnya masih saja menarik napas panjang berkali-kali untuk mengatasi jantungnya yang berdetak hebat lebih dari biasanya. Dia akan sangat malu!

Yang lebih terkejut, dokter wanita yang sudah mendapat ciuman mendadak Midas!

"Dia ....," ucap Alma sambil mengepalkan kedua tangannya. Semalam dia tidak tenang karena itu adalah ciuman pertamanya!

"Terima kasih sudah memujiku. Kenalkan, aku Dokter Midas."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
dina1saja123
waa seruuuu lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status