Share

BAB 7

PLAK!!

Tamparan keras melayang dari tangan kanan Alma ke pipi Midas. Spontan semua orang terkejut dan melotot tajam melihat itu.

Midas, lelaki paling pintar dan selalu mendapatkan pujian dari semua guru ketika bersekolah. Ayahnya bernama Leonidas. Dokter sangat terkenal, mendapatkan julukan sang Legenda. Ibu Midas kala itu meninggal karena sakit saat melahirkan Midas. Leonidas membesarkan Midas seorang diri.

Midas mewarisi kepintaran ayahnya. Membuat dia sangat populer di sekolah. Mita yang saat itu gadis tercantik dan terpintar membuatnya terpana. Mereka menjalin kasih dan membuat iri semua siswa. Namun, ketika Midas lulus SMA, dia mendadak menuju ke negara J karena perintah ayahnya.

Kepergian Midas membuat Mita sangat frustasi. Perusahaan ayah Mita yang akan mengalami kebangkrutan, membuat Mita harus mau dijodohkan dengan Tomi. Keluarga Tomi sangat kaya. Ayahnya Wakil Kepala rumah sakit di Hospital International dan memiliki beberapa restaurant terkenal di kota.

Rumah sakit Hospital, yang mereka semua ketahui adalah milik Clara, anak angkat Leonidas. Tidak ada yang mengetahui jika Leonidas sangat kaya. Anak tunggal milyader negara J yang sangat berpengaruh dan berkuasa. Dan kini Midas adalah satu-satunya pewaris keluarga besar.

Leonidas menyembunyikan identitasnya dengan alasan yang sama sekali tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Midas.

“Dia ditampar dokter Alma?” Mita mengingat ketika Midas mendadak menarik wanita di sebelahnya dan mencium saat perayaan ulang tahun Brian. “Dia dalam masalah besar,” lanjutnya bergumam.

“Bagaimana bisa … dokter mantan narapidana masuk ke dalam rumah sakit ini?!” teriak Alma. “Kau tidak pantas melakukannya,” lanjutnya sambil menunjuk Midas dengan amarah. “Kau harus pergi.”

“Dia benar!” teriak Tomi. Dia berjalan cepat mendekati Alma. “Dia, pergi tanpa kabar selama bertahun-tahun. Tapi … kembali menjadi narapidana karena membunuh ayahnya sendiri. Dia tidak pantas menjadi dokter,” lanjutnya dengan tersenyum puas. Bagaimana mungkin Tomi akan membiarkan Midas lolos? Dia selalu kalah ketika berada satu sekolah dengan Midas. Apalagi sekarang dia memiliki pertaruhan kepada Midas jika bisa mengalahkannya. Hal itu tidak mungkin terjadi. Tomi tidak akan tinggal diam.

“Apa yang akan terjadi jika narapidana berada di rumah sakit ini? Nama baik rumah sakit yang sangat besar ini akan terancam,” imbuhnya masih tersenyum.

“Semua yang dikatakan benar!” teriak Brian. Dia juga tidak akan pernah membiarkan Midas memiliki kedudukan di atasnya. “Narapidana akan menjadi seorang dokter? Walaupun dia ternyata lulusan kedokteran terbaik di negara J dan memiliki riwayat luar biasa, dia tetap saja penjahat. Membunuh ayahnya sendiri? Bukankah dia psikopat? Lalu … bagaimana bisa seorang psikopat bisa memeriksa pasien? Ah, itu hal buruk.”

“Batalkan pengangkatannya. Ini akan mempengaruhi nama baik rumah sakit. Aku juga tidak mau bekerja sama dengan dokter pembunuh.” Alma berbicara sangat lantang di hadapan semua dokter yang mulai meragukan Midas.

“Baiklah … sudah tidak ada yang dibicarakan lagi. Rapat ini selesai dan–,” ucap Alma terhenti saat seseorang memasuki ruangan. Spontan semua orang berdiri dan menundukkan kepala. 

“Bukankah semua orang mengetahuinya kalau Dokter Midas keluar dari penjara dan terbukti tidak bersalah?” 

Midas sangat terkejut melihat Clara dengan tersenyum berjalan ke arahnya. Tentunya dalam keadaan sehat. Bukankah sangat mustahil melihatnya seperti itu? Padahal kemaren Clara kecelakaan dan koma. 

‘Ternyata dia melakukan ini karena ingin aku kembali. Dasar pembohong.’ Midas membatin sambil menarik napas panjang. Tapi, dia sangat lega keadaan Clara baik-baik saja.

“Dokter yang bisa menyembuhkan anak dari kepala pemerintahan negara J dengan sangat mudah, di saat semua dokter di dunia menyerah. Apa ada yang bisa melakukannya? Kalian semua pasti tahu itu sebuah virus Blood yang sudah diteliti bertahun-tahun dan tidak ada obatnya.” Clara mendekati Midas dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. “Selamat datang, Dokter Midas.”

Dengan ekspresi angker Midas hanya menatap Clara. Dia masih kesal. Bagaimana bisa, dia bisa dibohongi seperti ini? Dan ini sangat keterlaluan.

Sejak Leonidas mengangkat Clara, mereka berdua sangat dekat seperti saudara. Namun, mendadak Clara menghilang ketika Midas sudah berada di negara J. Dia sendiri juga sangat terkejut sang ayah mempercayakan semua kekayaannya kepada Clara. Namun, dia masih juga tidak mengerti dengan semua itu.

“Dokter …,” ucap Clara masih tersenyum ketika Midas tidak segera menerima uluran tangannya dan terdiam memikirkan ini semua.

Clara menghampiri tangan Midas dan menggenggamnya. “Sekali lagi, selamat datang.”

“Ah, iya. Maafkan aku.” Midas menggelengkan kepalanya untuk memusatkan pikirannya kembali. Dia menerima jabatan itu dan mulai tersenyum, lalu mengamati semua dokter yang masih memandangnya.

“Aku, Dokter Midas. Akan bekerja dengan baik di rumah sakit ini.” Kini dia mendekati Alma dan tersenyum. “Dokter Alma, kita akan bekerja sama dengan sangat baik bukan?” Midas mengulurkan tangannya. Namun, Alma malah pergi meninggalkan ruangan itu dengan amarah.

“Walaupun kau anak dari kepala dokter yang aku hormati, kau tetap saja tidak bisa seperti itu!” teriak Clara kesal. Alma spontan menghentikan langkahnya dan kembali membalikkan tubuhnya.

“Pecat saja aku jika memang kau menginginkannya,” balas Clara pelan dengan nada menekan.

“Hahaha,” tawa Clara. “Dokter hebat sepertimu … bagaimana bisa menyerah gara-gara masalah sepele seperti–”

“Hentikan!” teriak Alma. Dia mendekati Clara dan semakin memandang tajam. Dia selama ini adalah wanita sempurna dan anti lelaki. Dia tidak akan pernah membiarkan Clara membuka rahasia apa pun jika menyangkut harga dirinya. “Bukankah rapat ini sudah selesai? Aku harus mengoperasi pasien VVIP. Dia anak menteri. Apa kau akan menahanku di sini?”

“Nyonya Clara, saya pikir ini berlebihan. Dokter Alma sangat sibuk. Kita sebaiknya mulai bekerja.”

Alma semakin tidak percaya Midas tersenyum ke arahnya sambil mengangkat salah satu alisnya, seakan menggodanya.

“Baiklah. Rapat selesai. Aku harapkan semua orang di sini memperlakukan Dokter Midas dengan baik,” lanjut Clara sambil menatap tajam Brian.

Semua orang menganggukkan kepalanya, sebelum Clara meninggalkan ruangan.

Sementara, Midas tersenyum saat semua orang melewatinya. Dia mendadak memajukan kaki kanannya saat Tomi akan melewatinya dengan Brian.

“Ah, aku sangat bersemangat. Hari ini akan ada yang membersihkan sepatuku dengan …”

“Midas! Aku–,” teriak Tomi, namun ucapannya berhenti saat Brian menarik lengannya.

“Biarkan tikus ini berkeliaran di rumah sakit ini. Kita akan membasminya pelan-pelan … hingga dia tidak akan pernah sanggup lagi untuk hidup,” imbuh Brian sambil menatap tajam Midas. Dia berjalan keluar dengan amarah diikuti Tomi.

“Bagaimana dengan kopi pertama yang akan kau antar di ruanganku, Brian?” balas Midas. 

Sejenak Brian menghentikan langkahnya. Hingga dia melanjutkan langkahnya lagi saat mendengar Midas tertawa keras.

“Ah, ternyata kau meninggalkan aku karena menjadi seorang dokter? Hmm, kenapa aku sangat bodoh sekali. Seharusnya aku sadar. Ayahmu dokter hebat. Kau … tentu saja juga akan mewarisinya.” 

Hanya Mita yang masih berada di sana. Dia mendekati Midas, lalu menatap sambil bersedekap.

“Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Kau sudah memenangkan semuanya. Mereka tidak bisa berkutik lagi denganmu. Kau kepala dokter sekarang. Ah, aku sangat terkejut.”

“Mita, aku tahu kau pasti akan mendukungku.”

“Siapa bilang?” Mita tertawa dengan sangat keras. “Hahaha! Aku akan tetap marah denganmu. Dan aku … membencimu, Midas!” teriak Mita lalu meninggalkan Midas begitu saja.

“Ah, ini mulai sangat menyebalkan.” Midas berjalan cepat keluar ruangan dan akan mencari ruangannya.Langkahnya terhenti ketika menatap semua keramaian di dalam rumah sakit yang sangat luas dan megah ini. Dia sejenak mengingat sang ayah karena kegigihannya membangun bangunan ini dari nol.

“Baiklah. Midas … kau harus kuat dan menghadapi semua apa pun resikonya,” gumamnya pelan sebelum dia akan berjalan melewati semua suster dan dokter, serta pasien di rumah sakit itu.

“Aku akan memulai pertarungan ini, Ayah. Aku akan menemukan dalang semua masalah ini.”

MIdas mulai berjalan dengan santai. Senyuman tampan Midas membuat semua suster maupun pengunjung wanita terpana dengan ketampanannya. Rambut gondrong hitam sebahu, malah membuat ketampanannya sempurna.

Midas terus melangkah, hingga kakinya terhenti saat berada di depan ruangan yang akan menjadi miliknya.

“Mencari ruangan ini sangat mudah. Pengawal Clara sangat membantuku tadi malam.” 

Midas mulai akan masuk ke dalam ruangannya. Dengan santai dia membuka ruangan itu. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat Alma berbicara dengan seseorang yang sangat dia cari, yang saat itu ditunjukkan Clara melalui ponsel.

“Dia …”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status