Share

Asal Bunyi

“Damar, aku akan pergi ke ibu kota. Kau tak akan bisa masuk, jadi daripada menunggu lama, kau tahu apa yang harus kau lakukan?” titah Demang Ranu pada abdinya.

“Baik, Tuan, tapi ini adalah hari di mana para selir engkau izinkan untuk keluar sehari saja. Apa tetap dibawa, Tuan?”

“Atur saja bagaimana baiknya. Aku mungkin akan kembali dalam dua atau tiga hari. Yang lebih penting jangan cari muka di depan prajurit pangeran siapa namanya itu.”

“Pawana.”

“Ah, itu dia. Jangan sampai dia tahu semua harta kekayaan kita berasal dari mana.” Demang Ranu menaiki pedati dengan menjadikan bahu Damar sebagai pijakan.

Begitulah nasib babu kala itu. Pedati kemudian berangkat dan puri bisa dikatakan Damar adalah pengawasnya.

Lelaki itu melihat ke dalam puri dan seperti biasa para selir saling membentuk kelompok dalam pertemanan. Tidak ada yang menyendiri termasuk Lintang dan Weni yang asyik menggunakan daun pacar di kuku.

“Lihat, dia mengintip,” bisik Weni pada Lintang.

“Bukan mengintip. Dia mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status