Semakin lama, Leni merasakan kulit tubuhnya kian merinding, hatinya pun juga mendadak terasa gelisah. Ekor matanya perlahan menelisik ke seluruh sudut ruangan, hingga sesosok bayang pria tiba-tiba muncul dan terlihat dari cermin wastafel yang berada di hadapannya. Pyarr!Leni langsung tersentak, gelas yang ia pegang pun juga langsung terlepas begitu saja dari genggamannya. Leni langsung berbalik, tapi tidak menemukan siapa pun di sana. Klotak!Suara lemparan batu di atap rumah membuat Leni kembali berjingkat, pecahan gelas yang terserak di lantai pun tanpa sengaja menusuk telapak kakinya. Leni meringis seketika dan langsung berjongkok memeriksa telapak kakinya. Perlahan ia menarik pecahan beling yang menancap dalam di telapak kakinya. Bekas lukanya juga langsung ia tekan agar tidak mengeluarkan banyak darah.Namun tiba-tiba, detak jantungnya mendadak kembali berdebar kencang, keringat dingin pun kini juga mulai membanjiri wajahnya. Ekor matanya pun langsung kem
"Apa yang kamu pikirkan, Nak? Sebenarnya apa yang kalian sembunyikan dari Ibu?" Leni menggenggam tangan menantunya, di usap-usapnya punggung tangan Andira untuk memberinya ketenangan."Bu... apa Ibu percaya padaku?" tanya Andira tiba-tiba."Apa yang kamu katakan? Tentu saja Ibu pasti percaya padamu." seru Leni. Tangan kirinya terjulur mengusap pucuk kepala menantunya.Andira menghela nafas panjang, lalu ia pun terdiam sejenak. Otaknya kembali mempertimbangkan apa yang akan dia ucapkan pada ibu mertuanya."Aku tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Bagas. Tapi, semenjak Mas Bagas pulang dari rumah Pak Soleh, dia jadi banyak berubah. Mas Bagas jadi pemarah, dia bahkan jadi main tangan padaku Bu.""Apa?" Leni langsung terbelalak, ia tak percaya putra semata wayangnya bisa sampai kelewatan seperti itu. "Jangan bilang malam itu dia..." melihat sang menantu mengangguk, seketika Leni langsung membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri. Ia juga lang
Setelah mobil hitam itu menepi di hadapan Andira, pintu mobil itu tiba-tiba terbuka dan menampakkan sang pemilik mobilnya."Kak Dion?"Tit. Tit.Baru saja Andira akan menolak ajakan Dion, Leni tiba-tiba datang menjemputnya."Nak Dion? Sedang apa di sini?" tanya Leni."Nggak ada Bu, cuma kebetulan lewt saja." ucap Dion sambi menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Maaf Kak, aku duluan ya. Ibu sudah jemput." ucap Andira yang lansung masuk ke dalam mobil ibu mmertuanya."Ibu duluan ya." Pamit Leni kemudian.Dion pun mengangguk, dia masih terdiam menatap kepergian mobil yang di tumpangi Andira. "Kamu benar-benar wanita luar biasa." gumam Dion kemudian.***Bebarapa saat kemudian, Andira dan Leni pun akhirnya sampai di rumah mereka. Merek pun langsung terkejut saat mendapati mobil Bagas sudah terparkir rapi di halaman rumah mereka."Bu, tumben Mas Bagas sudah pulang jam segini." seru Andira."Iya. Coba kita lihat ke dalam." ajak Leni yan
Bagas meraih ikatan lidi itu, dilihatnya secara seksama dengan kedua alis yang saling menaut. "Ini untuk apa Pak?" tanyanya kemudian. Pak soleh tersenyum, lalu ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah patung singa yang berdiri kokoh di sudut ruangan. "Sebuah rumah tidak hanya perlu sebuah benteng, kita juga butuh sebuah pagar agar bisa memperkuat pertahanannya dari segala hal yg negatif. Jika hanya mengandalkam sebuah benteng, benteng itu lama kelamaan akan hancur jika terus di terjang dengan serangan dari luar." jelas pria baya itu.Seolah paham akan apa yang di jelaskan, Bagas kemudian mengangguk dan langsung mengambil benda tersebut. "Besok, sebelum fajar menyingsing, datanglah ke pantai timur. Kita akan melakukan ritual akhir." titah Pak Soleh lagi. "Ritual terakhir? Lalu, setelah itu saya bisa sembuh total dan tidak akan di ganggu mahluk halus lagi?" Bagas pun semakin antusias kala pak Saleh mengangguk sebagai jawabannya.Setelah lama berbi
Leni pun segera mengihidupkan mesin mobilnya, ia juga langsung melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya. Kedua matanya langsung ia pertajam ketika memperhatikan ke mana arah mobil putranya pergi.Dengan jarak yang cukup jauh serta cahaya langit yang masih belum terang, membuat Leni harus ekstra hati-hati membawa mobilnya. Apa lagi sebelumnya ia juga sudah mematikan lampu mobilnya, agar putranya itu tidak sadar kalau dia sedang di ikuti.Leni jadi semakin terheran ketika mobil yang di kedarai putranya melaju ke arah pantai. "Apa yang akan dia lakukan di sini." gumanya sambil memperhatikan mobil putranya. Keningnya pun seketika mengerut, begitu mobil yang dikendarai Bagas memasuki pintu masuk ke pantai."Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dari ibu Nak?" gumam Leni lirih.Seketika Leni langsung menepikan mobilnya, saat mobil yang dikendari Bagas berhenti di ujung pantai, jauh dari tempatnya berada. Leni juga langsung turun dari mobilnya dan bergegas mengi
Seorang Wanita yang hanya mengenakan selembar kain jarik untuk menutupi tubuhnya tiba-tiba muncul. Ia berjalan perlahan memasuki bibir pantai, sebuah nampah bambu yang penuh dengan berbagai jenis bunga dan terdapat satu kendi di tengahnya juga terlihat ia bawa ke dalam pantai."Bukannya dia Tari? Sedang apa wanita itu di sana?" guman Leni dari balik pohon. Kebingungan Leni malah semakin bertambah, saat melihat Tari juga ikut melakukan apa yang Bagas lalukan terlebih lagi dia berdiri berdampingan bersama Bagas.Leni lantas melihat ke sekeliling, begitu dirasa aman ia langsung melangkahkan kedua kakinya dengan cepat semakin mendekati bibir pantai. Satu per satu pohon yang tumbuh menjulang di pinggir pantai, ia gunakan untuk menyembunyikan dirinya.Dari balik pohon yang paling dekat dengan bibir pantai, Leni bisa melihat dengan cukup jelas apa yang ketiganya itu lakukan di sana. Namun sayang, karena desiran ombak serta deru angin yang cukup kencang berhembus di pa
"Siapa di situ?!" teriak Tari ketika melihat sosok bayangan seseorang.Di balik pohon tubuh Leni langsung menegang, keringat pun kini mengucur membasahi wajahnya. "Apa aku ketahuan?" batinnya. Kemudian ia menoleh ke arah belakang, kedua matanya seketika terbelalak saat melihat Tari dan pak Soleh sedang menuju ke arahnya.Dengan langkah seribu Leni langsung berlari menjauh. Tanpa menghiraukan langkah kakinya yang kian terasa berat karena jalanan yang berpasir, Leni terus berlari ke arah pantai. Tujuannya saat ini adalah Bagas. "Hei, berhenti di situ!" teriak pak Soleh yang langsung berlari mengejar Leni.Tapi Leni tak menggubris, ia terus berlari untuk menyelamatkan putranya. Namun tiba-tiba karena kurang keseimbangan, kaki leni pun jadi tergelincir hingga ia jatuh terserembab ke dalam hamparan tanah berpasir.Seketika, Leni pun langsung berusaha untuk kembali bangkit. Namun baru saja ia menginjakkan kakinya, sesuatu mendadak terasa sangat menyengat di perge
"Kurang ajar! Bagaimana bisa, kamu membiarkan dia kabur begitu saja. Aku tidak bisa membayangkan jika dia sampai membocorkan rahasia ini pada orang lain." baru saja Tari selesai mengganti pakaiannnya, dia malah dibuat panik saat mendengar kabar jika Leni berhasil melarikan diri. "Kenapa kamu jadi bodoh Tari?" cibir pak Soleh.Tari langsung menoleh, kedua matanya seketika langsung melotot ke arah pak Soleh. "Apa maksudmu? Kamu yang sudah bikin dia kabur dan sekarang kamu malah mau menyalahkan aku, heh?!" hardik tari sambil berkacak pinggang. Ia tak terima jika ada yang mengatainya bodoh."Hmm!" pak saleh membuang nafas kasar lalu ia berjalam melewati Tari. "Kamu masih belum sadar juga rupanya. Untuk apa kamu jadi panik seperti ini, bukannya kamu punya anak buah demit yang bisa membuatnya langsung jera? Apa perlu aku yang memanggil para anak buahku ke sini?" tukas pak Soleh yang langsung membuat Tari jadi bungkam."Benar juga, ya. Kenapa aku jadi lupa? Lebih baik