Satu minggu setelah putusan sidangnya dibacakan, Bagas kembali pulang ke rumahmya. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, hatinya pun juga mendadak terasa kosong.Setelah menyapukan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu di rumahnya, Bagas lalu melangkahkan kakinya memasuki ruang makan. Tiba-tiba, bayangan-bayangan kebersamaannya bersama mantan istrinya kembali bermunculan di benaknya. Bagas pun tersenyum saat mengingat wajah kesal istrinya, saat ia memaksanya untuk menyuapinya. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya ke arah dapur rumahnya. Namun tiba-tiba, ia kembali teringat bagaimana akrabnya mantan istrinya itu dengan almarhumah ibunya. Mereka bahkan suka tertawa bersama dan menghabiskan waktu bersama di ruangan ini setiap pagi.Tanpa terasa, sudut matanya pun mulai mengeluarkan bulir-bulir bening. Ia merasa sendiri, ia merasa kesepian di rumah besar ini. Sang Kakak satu-satunya bahkan kini enggan menemuinya setelah putusan perceraiann
Bagas pun kembali menyapukan pandangan, ke setiap sudut dapur rumahnya. Tapi sosok yang tadi menyerupai ibunya, tiba-tiba sudah menghilang. Hingga suara air yang dituang ke dalam gelas, tiba-tiba terdengar di telinganya. Ia lalu bergegas mendekat ke arah sumber suara, tapi langkahnya seketika langsung terhenti, saat kedua matanya menangkap sosok hitam besar yang bertanduk, sedang bersila di atas meja makannya.Bagas pun semakin terkesiap, saat tahu suara air yang terdengar mengalir itu berasal dari bibir besarnya yang bertaring. Tiba-tiba, rasa mual langsung menyergap lambungnya. Seketika Ia juga langsung menutup mulutnya yang seakan ingin muntah. Hingga tiba-tiba, sosok besar yang bertaring itu mendadak melotot ke arahnya.Bagas pun langsung berlari ke kamarnya, pintu kamarnya pun langsung ia kunci rapat. Kemudian ia langsung menempelkan punggungnya di pintu kamarnya. Entah kenapa, perasaan Bagas masih tak tenang. Ia merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya.Di
Bagas pun seketika langsung tergugu, ia bahkan tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Dengan penuh rasa heran, ia pun kemudian membatin."Siapa kamu?" batinnya.Namun di luar dugaan, tubuhnya justru bereaksi dan malah langsung menjawab pertanyaannya."Aku adalah dirimu." ucapnya.Bagas pun langsung terkejut. "'Bagaimana mungkin aku berbicara pada diriku sendiri." batinnya lagi. "Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku. Kita satu, jadi berhenti membaca itu!" jelasnya lagi pada diri sendiri.Bagas pun kini mulai ragu akan melanjutkan, atau bahkan menghentikan apa yang ia lakukan. Hingga suara seseorang yang teramat ia rindukan, kembali terdengar memanggil namanya. Bagas pun langsung tersadar dan kembali teringat akan mantan istrinya yang sedang membaca ayat-ayat suci Al-Quran.Hingga akhirnya, Bagas memutuskan untuk kembali melanjutkan bacaan surah yang ia baca. Namun tiba-tiba, dirinya mendadak tergelak, wajahnya bahkan tersenyum pad
Melihat hal itu, jantung Bagas langsung kembali berdebar kencang, seluruh tubuhnya juga mendadak gemetar. Ia pun langsung berlari ke arah kamarnya dan bersembunyi di sana. Namun entah kenapa, suara langkah kaki itu masih terdengar jelas di telinganya.Seketika, Bagas langsung melompat ke atas ranjang, ia juga langsung menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang meringkuk ke takutan.Namun tiba-tiba, suara gemercik air mendadak terdengar dari dalam kamar mandi. Semakin lama didengar, suara gemercik air tersebut malah semakin terdengar deras mengalir disana.Bagas pun akhirnya beranjak dari atas ranjangnya, kedua kakinya pun perlahan melangkah menuju kamar mandi di kamarnya. Semakin mendekat, suara gemercik air semakin jelas terdengar di telinganya.Detak jantungnya kini semakin berdebar kencang, keringat dingin pun kini sudah membanjiri keningnya. Tangannya yang gemetar, perlahan mulai mendorong daun pintu di hadapannya.Brugh.Sesosok bayangan hitam besar
Bagas pun langsung mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumah pak Soleh. Kemudian, ia pun berjalan mengendap-edap memasuki halaman rumahnya. Benar dugaannya, sesampainya ia di depan rumah pak Soleh, Bagas bisa mendengar dengan jelas suara Tari yang sedang berbincang dengn pak Soleh di dalam rumah. Ia pun langsung bersembunyi di samping rumahnya dan diam-diam juga mendengar percakapan mereka."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Sepertinya Bagas mulai sadar jika kita memeletnya, dia bahkan menghindariku sampai aku harus mengirimkan pasukanku untuk mengancamnya." ucap Tari.Seketika Bagas langsung terbelalak, jantungnya juga mendadak kembali berdebar sangat kencang. Dengan langkah yang tergesa-gesa, ia langsung meninggalkan rumah itu. Selama perjalanan pulang pun, ia sempat menyesali semua perbuatannya yang bisa percaya begitu saja pada mereka."Jadi, selama ini mereka bekerja sama? Aku tidak menyangka Tari bisa melakukan h
Setelah Andira resmi bercerai dengan suaminya, kehidupan Andira kembali berjalan seperti biasanya. Dia juga sudah kembali bekerja dengan Kevin. Meski ia masih kerap mengalami gangguan-gangguan mistis di rumahnya, namun entah kenapa ia menjadi tak takut lagi. Mereka pun juga tidak pernah menyakitinya lagi. Kini Andira pun menjadi lebih sering merasakan hal-hal gaib di sekitarnya. Meski begitu, saat ia mengabaikan dan pura-pura tidak melihatnya, sosok yang tiba-tiba menampakkan diri padanya, langsung menghilang begitu saja. Seperti saat ini pun saat ia tengah makan siang bersama Kevin, sosok wanita yang memiliki lidah panjang, tiba-tiba menampakkan diri di atas meja makannya. Sosok yang berwajah runcing dengan kedua mata dan telinga yang lebar itu terlihat menganga, air liurnya pun jadi menetes dan mengalir ke piring makanan yang tersaji di hadapannya. Seketika Andira pun langsung merasa mual. Ia juga langsung menutupi mulutnya saat sesuatu terasa mengaduk-aduk isi lamb
Amin yang merasa dipanggil namanya, langsung berhenti seketika. Ia lalu menoleh dan langsung menunduk saat Bagas trlihat menghampirinya."Bang Amin, kenapa?" tanya Bagas terheran."Maaf, tadi saya hanya pergi memancing saja. Ini sudah mau pulang."ucap Amin dengan gugup. Ia kemudian langsung berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba, langkahnya langsung terhenti saat Bagas menahan bahunya."Ampun Pak, saya nggak ngapa-ngapain kok." ucap Amin lagi dengan tubuhnya yang sudah gemetar."Bang Amin kenapa sih! Aku kan hanya ingin minta tolong." balas Bagas.Seketika Amin langsung menoleh, ia juga langsung menelisik dan menatap Bagas dari atas sampai ujung kaki. "Ini beneran Pak Bagas, 'kan?" tanyanya kemudian."Bang Amin ini ngomong apa sih! Masak iya, aku hantu." ucap Bagas lagi."Alahmudillah Pak, ini beneran bapak?" Amin langsung berhambur dan memeluk Bagas. "Bang Amin jadi bantuin saya, nggak?" tanya Bagas lagi."Eh. Jadi Pak, jadi."
"Kurang ajar! Bagas berhasil mematahkan mantra pengunci kita." pak Soleh langsung emosi saat dia sadar, semua benda-benda pemberiannya telah Bagas buang."Bagaimana mungkin, dia sampai tahu? Bukannya selama ini, kita sudah behasil memanipulasi pikiran dia?" ucap Tari yang juga ikut kesal. Keduanya kini duduk bersila, di ruangan khusus yang biasa pak Soleh gunakan untuk melakukan ritualnya. "Dia bukan pria sembarangan!"Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Keduanya pun lantas menoleh dan mendapati seseorang yang mereka kenal, sudah bediri di sana."Akang?" pak Soleh langsung beranjak dari duduknya dan menyambut kedatangan saudara tertuanya itu."Sepertinya kita salah orang untuk saling mengadu ilmu." ucap mbah Kaji yang kemudian ikut bersila dan bergabung dengan mereka. "Dia bukan keturunan orang biasa. Leluhurnya yang dulu, kini datang untuk mewariskan semua ilmunya." jelas mbah Kaji lagi."Leluhurnya?" tanya pak Soleh yang langsung meng