Share

Obrolan Pertama Via Telepon

Malam sudah larut, Pak Burhan dan Mei tidak bisa tidur. Mereka cemas-cemas harap kepada Istiqarah Mahra. Mereka berharap Allah akan melunakkan hati Mahra untuk menerima lamaran Angga. Mereka tidak menyangka, kalau Mahra tidak langsung menjawab tidak. Apalagi bersikeras dengan kata tidak. Padahal, dia mengatakan sendiri bahwa dia tidak pernah terpikir untuk menikah lagi.

“Yah, mudah-mudahan Mahra akan mendapatkan pentunjuk yang baik dalam istiqarahnya,” Bu Mei merebah kepalanya di samping sang suami.

“Aamiin,” jawab Pak Burhan.

Meskipun sekarang, mereka sangat bahagia bisa merawat Mahra seperti anak yang baru menginjak SMA. Tapi, bisa melihat Mahra memiliki suami lebih melegakan hati kedua sejoli ini.

Di kamar lain, Mahra tercenung di atas sajadah dengan jawabannya. Dia merasa bahwa jawabannya tadi spontan tanpa pikir panjang. Siapa laki-laki yang hendak melamar dia? Bahkan nama saja dia tidak tahu.

“Tuhan, berikanlah petunjukmu untuk semua ini, Ya Allah. Jika ini dia orang baik jika d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status