Namun di saat yang genting bagi Mangku Langit, mendadak saja terdengar satu sentakan gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya mengarah pada pukulan Ratu Kegelapan.
Kematian yang hendak diturunkan perempuan berpakaian biru langit itu putus di tengah jalan setelah terdengar suara letupan yang sangat keras.
Bummm!
Sosok Ratu Kegelapan mundur lima tindak ke belakang dengan kedua mata terbeliak. Sesaat napasnya seolah terhenti begitu saja. Di lain saat terdengar desisannya pelan, tatkala melihat satu sosok tubuh yang tadi menghalangi serangannya dan berdiri di hadapan Mangku Langit yang rupanya telah jatuh pingsan akibat tak kuasa melindungi diri dari getaran dua benturan serangan dari dua orang itu, "Si Buta dari Sungai Ular...."
-o0o-
Orang yang tadi menahan serangan Ratu Kegelapan pada Mangku Langit memandang tak berkedip ke arah perempuan berpakaian warna biru langit itu. Sesaat pandangannya dialihkan pada Mangku Langit. Dan diam-diam dia mendesis
Habis bentakannya, kedua tangan perempuan yang di pakaian bagian atas dadanya sebelah kanan terdapat sulaman benang hijau bergambar mahkota ini, segera memutar kedua tangannya. Angin bergulung-gulung dahsyat mendadak saja melingkupi tubuhnya. Menyusul dilipatgandakan tenaga dalamnya dan kembali hendak melepaskan pukulan 'Rangkaian Kabut Kegelapan'.Si Buta dari Sungai Ular sesaat terkesiap melihat gulungan angin di sekitar tubuh Ratu Kegelapan. Dia pun segera mempersiapkan diri dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih'.Begitu sosok berpakaian biru langit berkelebat lagi disertai suara menderu, pemuda dari sungai ular ini pun segera menghempos tubuh ke depan.Desss! Desss!Dua pasang tangan beradu di udara dan menimbulkan suara yang sangat keras. Ratu Kegelapan mengeluarkan seruan tertahan sambil melompat mundur. Keadaan yang sama pun menimpa Si Buta dari Sungai Ular. Namun begitu kakinya mendarat, dia segera menjejakkan kembali. Serta merta tubuhnya meles
MALAM merambat semakin jauh. Perjalanan malam seperti begitu lambat sekali, namun sebenarnya, tanpa disadari begitu meluncur cepat. Angkasa luas nampak gelap, tak satu pun bintang terang yang menaburinya.Arakan awan hitam yang bergulung mengikuti tiupan angin, seperti mematikan sinar bulan hingga bumi laksana berada dalam genggaman kebutaan. Dari salah sebuah ranggasan semak belukar yang terdapat di sebuah hutan kecil yang juga dinaun-gi kegelapan itu, terdengar suara napas panjang sahut-sahutan tak beraturan. Untuk beberapa saat suara napas yang dibaluri rintihan pelan dan cekikikan itu masih terdengar. Cukup keras karena suasana di sekitar tempat itu sepi. Yang terdengar hanyalah celoteh binatang malam yang unjuk gigi.Suara-suara yang terkadang diselingi rintihan, erangan dan cekikikan itu didengar oleh satu sosok tubuh yang segera menghentikan kelebatannya. Kepala orang ini celingukan dengan kedua telinga dipasang lebar-lebar. Sejurus kemudian terdengar gumamannya
Perempuan yang menampakkan payudaranya yang besar namun sudah kendor ini terdiam dengan pandangan lurus ke muka. Tak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat kecuali jajaran pohon dan semak belukar yang dilingkupi malam.Belum lagi dia meneruskan kata batinnya, ranggasan semak belukar di belakangnya terdengar menguak. Menyusul satu sosok tubuh tinggi kurus dengan wajah cekung muncul. Begitu berdiri di dekatnya, tangan kurus lelaki yang mengenakan pakaian gombrang warna hitam bergaris merah itu sudah merangkulnya. Di tempat persembunyiannya, Maut Tangan Satu tersentak seraya menarik kepala ke belakang begitu mengenali orang yang barusan muncul dan merangkul tubuh si perempuan. "Iblis Lembah Ular! Benar dugaanku, kalau aku merasa pernah mendengar suaranya! Keparat! Setelah aku dikalahkan oleh Peri Gelang Rantai, tanpa kusangka kalau lelaki berkepala lonjong itu akan menemukanku sekaligus mengobatiku! Sedikit banyaknya aku memang berterima kasih kepadanya! Tetapi mendengar omongan
Iblis Lembah Ular terbahak lebar seraya menggelengkan kepalanya. "Sudah tentu tidak. Dengan kehadiranmu sebagai anak buah Raja Setan Seruling Maut, sudah tentu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dan memadu birahi. Bukankah begitu?"Kendati geram mendengar kata-kata Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul hanya menganggukkan kepalanya seraya membatin, "Kau mulai membosankan rupanya! Bila aku sudah bertemu dengan Seruling Maut, akan kubunuh kau, Lelaki Keparat!"Mendapati anggukan perempuan tua yang masih memiliki tubuh montok tak kalah dengan gadis berusia belasan tahun, seringaian lebar makin terpampang di bibir Iblis Lembah Ular. Menyusul pandangannya yang berkilat-kilat saat berkata, "Dan yang terpenting sekarang, bukankah kita masih mempunyai waktu sebelum pagi datang untuk mengulanginya lagi?""Setan betul kata-katanya! Dia benar-benar mulai membosankan! Aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu bila minatku untuk bercinta hilang! Teta
Sejenak Nenek Cabul memandanginya dalam-dalam dengan sorot mata tajam. Mendapati sikap Nenek Cabul, Iblis Lembah Ular nampak berusaha keras agar tidak terlihat keciutan hatinya. Dia berusaha agar Nenek Cabul mau menuruti keinginannya. Tetapi di luar dugaannya, Nenek Cabul justru menggelengkan kepala."Heei?" tercekat Iblis Lembah Ular melihatnya."Aku belum pernah mempergunakan Trisula Mata Empat. bahkan aku belum tahu kesaktian apa yang dimiliki oleh Raja Dewa. Keinginanku semula, mempergunakan senjata mustika ini bila gagal mendapatkan Seruling Gading. Tetapi sekarang, rasanya terlalu lama menunggu. Bukankah sekarang ada pemilik Trisula Mata Empat? Dan inilah sebenarnya saat yang tepat untuk mempergunakannya!"Habis membatin begitu perempuan cabul ini berkata, "Apa yang dikatakan kedua orang itu tentang seseorang yang tiba di sini membuatku penasaran.""Begitu pula denganku. Tetapi kita tak perlu mencari urusan dengan keduanya.""Tidak.""
"Celaka! Jurus simpananku 'Ular Masuk Sarang' ternyata tak banyak gunanya! Dia memiliki ilmu lebih tinggi ketimbang adik seperguruannya! Benar-benar keparat! Tak ada jalan lain kecuali mengadu jiwa dengannya sekarang! Dan... setan betul! Perempuan cabul itu. tetap berdiri di tempatnya tanpa kelihatan berniat membantuku!"Sementara itu. Peri Gelang Rantai sudah melompat menerjang dengan teriakan mengguntur. Terkejut alang kepalang Iblis Lembah Ular yang sedang mengatur napas. Dan tak ada jalan lain untuk menghindar kecuali memapaki. Dikawal teriakan yang tak kalah kerasnya, dia menerjang. Saat menerjang itu kaki kanannya mencuat ke atas, menyusul liukan tubuh dengan kedua jotosan mengarah pada kepala Peri Gelang Rantai Namun Peri Gelang Rantai bukanlah tokoh kemarin sore. Dia tahu dua rangkaian serangan susul menyusul itu hanyalah pancingan belaka. Karena serangan sesungguhnya terletak pada kaki kiri lawan. Makanya dia mendiamkan saja serangan itu seraya meneruskan serangan.
Sementara itu, diam-diam Nenek Cabul sudah mengeluarkan ilmu Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa'. Dan tak membuang waktu lagi, dia sudah menerjang dahsyat. Saat tubuh lawan melabrak ke arahnya. Peri Gelang Rantai dapat merasakan perubahan serangan lawan. Segera saja dilipatgandakan tenaga dalamnya.Blaaarr! Blaarrr!Seketika tempat itu bergetar hebat, laksana diamuk ratusan gajah. Pepohonan kembali berjatuhan dan menimbulkan suara berdebam berkali-kali. Beberapa ranting dan dahannya beterbangan, lalu bertabrakan satu sama lain. Sementara tanah kembali rengkah dan debu-debu bertaburan.Terdengar seruan tertahan Nenek Cabul. Tatkala debu-debu yang berhamburan itu luruh, tampak perempuan berpakaian panjang kuning kebiruan itu terduduk sambil mendekap dadanya dengan tubuh bergetar. Kedua tangannya dirasakan ngilu luar biasa. Namun sorot matanya tajam mengkelap."Gila! Ilmu 'Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa' ternyata tak mampu menghadapinya! Keparat betul!"Di
EMPAT buah sinar merah pekat yang sesaat menerangi hutan itu, menghantam dua buah pohon setelah sosok Peri Gelang Rantai membuang tubuh ke samping kanan.Blaaamm! Blaamm!Terdengar suara letupan keras begitu empat sinar merah tadi mengenai sasaran dua buah pohon, yang seketika langsung menghangus dan luruh menjadi debu! Bukan hanya Peri Gelang Rantai yang tercekat mendapati serangan ganas itu, sosok Raja Dewa yang sejak tadi memperhatikan tetap dengan kedua tangan di belakang pinggul pun terhenyak. Bahkan lelaki tua gagah berpakaian putih agak kusam ini sampai surut satu langkah."Sinar itu... seperti kukenali.... Sinar yang berasal dari Trisula Mata Empat," batin si kakek sambil mendongak dan mengarahkan pandangan pada Nenek Cabul. "Sinar itu seperti mencuat dari balik pakaian si perempuan cabul. Satu gebrakan maut yang bisa dilakukan oleh Trisula Mata Empat tanpa dipergunakan. Karena, benda itu akan.... Heeeiiii!" Raja Dewa memutus kata-katanya sendiri tatkala mendapati Nenek Cabul