Iblis Lembah Ular terbahak lebar seraya menggelengkan kepalanya. "Sudah tentu tidak. Dengan kehadiranmu sebagai anak buah Raja Setan Seruling Maut, sudah tentu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dan memadu birahi. Bukankah begitu?"
Kendati geram mendengar kata-kata Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul hanya menganggukkan kepalanya seraya membatin, "Kau mulai membosankan rupanya! Bila aku sudah bertemu dengan Seruling Maut, akan kubunuh kau, Lelaki Keparat!"
Mendapati anggukan perempuan tua yang masih memiliki tubuh montok tak kalah dengan gadis berusia belasan tahun, seringaian lebar makin terpampang di bibir Iblis Lembah Ular. Menyusul pandangannya yang berkilat-kilat saat berkata, "Dan yang terpenting sekarang, bukankah kita masih mempunyai waktu sebelum pagi datang untuk mengulanginya lagi?"
"Setan betul kata-katanya! Dia benar-benar mulai membosankan! Aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu bila minatku untuk bercinta hilang! Teta
Sejenak Nenek Cabul memandanginya dalam-dalam dengan sorot mata tajam. Mendapati sikap Nenek Cabul, Iblis Lembah Ular nampak berusaha keras agar tidak terlihat keciutan hatinya. Dia berusaha agar Nenek Cabul mau menuruti keinginannya. Tetapi di luar dugaannya, Nenek Cabul justru menggelengkan kepala."Heei?" tercekat Iblis Lembah Ular melihatnya."Aku belum pernah mempergunakan Trisula Mata Empat. bahkan aku belum tahu kesaktian apa yang dimiliki oleh Raja Dewa. Keinginanku semula, mempergunakan senjata mustika ini bila gagal mendapatkan Seruling Gading. Tetapi sekarang, rasanya terlalu lama menunggu. Bukankah sekarang ada pemilik Trisula Mata Empat? Dan inilah sebenarnya saat yang tepat untuk mempergunakannya!"Habis membatin begitu perempuan cabul ini berkata, "Apa yang dikatakan kedua orang itu tentang seseorang yang tiba di sini membuatku penasaran.""Begitu pula denganku. Tetapi kita tak perlu mencari urusan dengan keduanya.""Tidak.""
"Celaka! Jurus simpananku 'Ular Masuk Sarang' ternyata tak banyak gunanya! Dia memiliki ilmu lebih tinggi ketimbang adik seperguruannya! Benar-benar keparat! Tak ada jalan lain kecuali mengadu jiwa dengannya sekarang! Dan... setan betul! Perempuan cabul itu. tetap berdiri di tempatnya tanpa kelihatan berniat membantuku!"Sementara itu. Peri Gelang Rantai sudah melompat menerjang dengan teriakan mengguntur. Terkejut alang kepalang Iblis Lembah Ular yang sedang mengatur napas. Dan tak ada jalan lain untuk menghindar kecuali memapaki. Dikawal teriakan yang tak kalah kerasnya, dia menerjang. Saat menerjang itu kaki kanannya mencuat ke atas, menyusul liukan tubuh dengan kedua jotosan mengarah pada kepala Peri Gelang Rantai Namun Peri Gelang Rantai bukanlah tokoh kemarin sore. Dia tahu dua rangkaian serangan susul menyusul itu hanyalah pancingan belaka. Karena serangan sesungguhnya terletak pada kaki kiri lawan. Makanya dia mendiamkan saja serangan itu seraya meneruskan serangan.
Sementara itu, diam-diam Nenek Cabul sudah mengeluarkan ilmu Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa'. Dan tak membuang waktu lagi, dia sudah menerjang dahsyat. Saat tubuh lawan melabrak ke arahnya. Peri Gelang Rantai dapat merasakan perubahan serangan lawan. Segera saja dilipatgandakan tenaga dalamnya.Blaaarr! Blaarrr!Seketika tempat itu bergetar hebat, laksana diamuk ratusan gajah. Pepohonan kembali berjatuhan dan menimbulkan suara berdebam berkali-kali. Beberapa ranting dan dahannya beterbangan, lalu bertabrakan satu sama lain. Sementara tanah kembali rengkah dan debu-debu bertaburan.Terdengar seruan tertahan Nenek Cabul. Tatkala debu-debu yang berhamburan itu luruh, tampak perempuan berpakaian panjang kuning kebiruan itu terduduk sambil mendekap dadanya dengan tubuh bergetar. Kedua tangannya dirasakan ngilu luar biasa. Namun sorot matanya tajam mengkelap."Gila! Ilmu 'Penyanggah Tubuh Kuatkan Jiwa' ternyata tak mampu menghadapinya! Keparat betul!"Di
EMPAT buah sinar merah pekat yang sesaat menerangi hutan itu, menghantam dua buah pohon setelah sosok Peri Gelang Rantai membuang tubuh ke samping kanan.Blaaamm! Blaamm!Terdengar suara letupan keras begitu empat sinar merah tadi mengenai sasaran dua buah pohon, yang seketika langsung menghangus dan luruh menjadi debu! Bukan hanya Peri Gelang Rantai yang tercekat mendapati serangan ganas itu, sosok Raja Dewa yang sejak tadi memperhatikan tetap dengan kedua tangan di belakang pinggul pun terhenyak. Bahkan lelaki tua gagah berpakaian putih agak kusam ini sampai surut satu langkah."Sinar itu... seperti kukenali.... Sinar yang berasal dari Trisula Mata Empat," batin si kakek sambil mendongak dan mengarahkan pandangan pada Nenek Cabul. "Sinar itu seperti mencuat dari balik pakaian si perempuan cabul. Satu gebrakan maut yang bisa dilakukan oleh Trisula Mata Empat tanpa dipergunakan. Karena, benda itu akan.... Heeeiiii!" Raja Dewa memutus kata-katanya sendiri tatkala mendapati Nenek Cabul
Dengan menahan rasa nyeri di dadanya. Peri Gelang Rantai berkata sedikit gusar, "Apakah kau tetap tidak mau mempergunakan Anting Mustika Ratu! Di mana Ratu Iblis yang memiliki dan mempergunakannya dulu mampu menahan setiap serangan dari Trisula Mata Empat!"Raja Dewa menggelengkan kepalanya yang membuat Peri Gelang Rantai meradang. Terutama tatkala mendengar ejekan Iblis Lembah Ular yang kini sudah pulih dari kekagetannya mendapati betapa sak-tinya senjata di tangan Nenek Cabul."Kematian justru yang akan berpihak kepadamu, Perempuan Celaka! Dan kupikir, tak akan lama lagi kau segera menyusul adik seperguruanmu! Bila saja tubuhmu montok seperti yang dimiliki Peri Jelita, sudah tentu dengan senang hati aku akan menikmatinya kendati kau telah menjadi mayat!"Tanpa memperdulikan rasa nyeri di dadanya. Peri Gelang Rantai bangkit berdiri seraya menekan napas pada perutnya, tanda dia mencoba mengalirkan tenaga dalam pada dadanya. Namun sebelum dia bertindak atau bersu
Mendengar kata-kata orang, kebimbangan tampak makin menyelimuti wajah Nenek Cabul. Dadanya yang besar namun sudah kendor itu naik turun pertanda tak tenang. Matanya berkali-kali memandangi tangan kirinya sebatas pergelangan tangan yang memerah. Dan dia surut satu tindak tatkala dilihatnya warna merah itu mulai naik menjalar hingga batas siku!"Gila!" serunya tersentak.Sementara itu, Peri Gelang Rantai yang selesai bersemadi dan kini berdiri tegak dengan kaki sedikit dipentangkan di atas tanah, membatin, "Tak kusangka kalau Trisula Mata Empat memiliki satu kesaktian lain bila yang memegangnya tak dapat mengendalikan senjata mustika itu!""Raja Dewa! Aku tak percaya dengan segala omongan busukmu itu!" terdengar seruan Nenek Cabul seperti menjerit."Aku tidak menyalahkan! Tetapi, itu semua tergantung padamu sendiri! Bila kau....""Tutup mulutmu, lelaki tua keparatt!" !Rupanya, saking kalap dan bimbang, Nenek Cabul memutuskan untuk menyerang R
Sesaat Manggala terdiam dengan kening dikernyitkan. Otaknya berpikir keras. Dan begitu tiba pada satu pikiran, dia melonjak. "Garaga! Ya, di mana Garaga sekarang!" serunya cukup keras. "ada apa sebenarnya? Apakah dia baik-baik saja? Hmmm... sebaiknya kupanggil saja dia!"Tak mau membuang waktu lagi, pendekar kita ini bermaksud segera ingin memanggil Garaga. Namun, belum lagi dia melakukan, mendadak saja terdengar suara, "Manggala!"Seketika Manggala mengalihkan pandangan ke arah kanan. Dilihatnya satu sosok tubuh ramping mengenakan pakaian hijau muda sedang berlari ke arahnya dengan wajah cerah. Sesaat Manggala tertegun sebelum menyadari kalau gadis yang di kedua lengan bajunya terdapat renda warna putih itu sudah mendekat. '"Ken Zuraidah....," sebutnya pelan.Sosok yang tak lain Ken Zuraidah alias Putri Lebah tersenyum. "Maafkan aku yang meninggalkanmu, Manggala. Tetapi... aku benar-benar tak punya jalan lain. Datuk Jubah Merah begitu tangguh...." '
Lalu dengan pandangan yang seperti keheranan, Putri Lebah berkata, "Aku tidak mengerti, Manggala. Apa maksudmu dengan aroma wangi yang menyengat? Lalu, mengapa kau merasakan pikiranmu seperti kosong...."Pemuda dari Sungai Ular ini memegang kepalanya. Dengan tubuh agak sempoyongan dia berkata, "Aku tidak tahu. Tetapi... ah, aku merasa seperti berada di padang yang dipenuhi bunga-bunga yang menebarkan aroma wangi memabukkan.... Oh! Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi...."Dengan cekatan Ratu Kegelapan yang merasa keinginannya akan berhasil, buru-buru memegang lengan kanan Manggala. Dan seperti tak sengaja, kakinya terantuk batu hingga mau tak mau tubuhnya jatuh ke dada Manggala."Maafkan aku...," desisnya dengan senyuman bertambah lebar tanpa mengangkat kepalanya dari dada bidang si pemuda.Tetapi mendadak Manggala mendorongnya."Jangan... jangan...."Memasang wajah heran dengan pandangan terbeliak, Putri Lebah memandangnya, "Mengapa, Mangga