Share

Bab 21 Foto

Tok.. tok.. tok…

Ketukan di pintu membua tubuhku terlonjak kaget. Aku membawa Mawar dalam gendongan lalu membuka pintu. Tampak Bude Yani yang memakai baju gamis berdiri di ambang pintu.

“Ternyata kamu malah di kamar nduk. Ayo makan dulu. Bude bawa dua bungkus snack dari acara yasinan tadi.” Aku menganggukan kepala sambil tersenyum.

“Iya. Terima kasih Bude.”

Setelah itu kami makan malam bertiga. Sama seperti Ibu, suami Bude Yani sudah meninggal sejak sepuluh tahun lalu. Lalu, enam tahun kemudian giliran Bapak yang meninggal. Membuat Ibu dan Bude Yani menjadi janda dan harus pontang-panting menafkahi anak-anaknya.

Aku menceritakan semua kejadian hari ini termasuk pesan terakhir yang di kirim oleh Satrio. Asih merutuk saat membaca isi pesan Mas Ragil di hpku. Perasaan takut itu membuatku terus melihat Mawar yang sedang di pangku Bude Yani.

“Kamu tenang saja nduk. Kita ini hidup di desa. Kalau Ragil sampai berani membawa Mawar sudah pasti tetangga kita yang akan maju. Dia bisa babak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status