Share

Jebakan sang mafia

Bab 6

Brian jadi tidak begitu semangat hari ini, setelah dia tahu apa yang terjadi dengan Kinanti, hampir saja Kinanti menjadi korban perdagangan manusia. Di jual untuk menjadi wanita penghibur. Sedikit saja Brian terlambat, entah apa yang terjadi pada Kinanti.

Memikirkan itu semua membuat Brian sangat emosional, beberapa anak buahnya menjadi sasaran kemarahannya. "Bodoh, bodoh-bodohhhh! Kalian sangat bodoh sekali!"

Pletak

Plakkkk.

Bug

Bedebug

Ada yang kepalanya didorong dengan tangan Brian, ada pula yang mendapat tamparan, pukulan dan tendangan yang cukup keras. Sampai-sampai pria yang merupakan anak buah Brian itu tersungkur ke belakang.

"Maafkan kami, Bos," ujar seorang anak buah.

Yang mereka takutkan kini, mereka takut kalau tiba-tiba Brian mengeluarkan pistolnya dan menembaki para anak buahnya. Mereka tahu seberapa gilanya Brian kalau sudah marah, tidak akan ada yang bisa mengendalikan emosi Brian.

Dalam hati mereka berdoa untuk keselamatan mereka, "Aku belum mau mati Tuhan, tolong selamatkan aku."

Jangan tanyakan tatapan sangar mata Brian yang mengisyaratkan dia teramat sangat emosi kini, hingga tidak ada satupun diantara mereka yang berani menatap Brian.

Terkecuali mengeluarkan kata-kata, "Maafkan kami, Bos."

"Kalian bodoh, kalian semua tidak becus bekerja. Otak kalian gak ada, coba aku terlambat datang, Kinanti pasti akan kalian serahkan ke pria mata keranjang, iya kan!?"

"Maafkan kami, Bos."

Beruntung Marco datang tepat waktu, saat Brian kepikiran dengan pistol yang ia simpan di dekat pinggangnya, dengan cepat Marco berkata, "Brian, kamu jangan bodoh. Seharusnya kamu berterima kasih pada mereka. Karena mereka sudah membawa Kinanti ke hadapanmu, itu artinya kamu tidak perlu mencari keberadaan Kinanti lagi, Brian."

"Apa katamu Marco, berterima kasih pada mereka? Apa kamu tahu kesalahan apa yang sudah mereka lakukan Marco? Mereka ingin menjual Kinanti, Marco! Apa menurutmu aku masih harus berterima kasih pada mereka, Marco?"

"Bukankah kamu akan melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum mereka dibawa, Brian? Kamu beruntung karena Kinanti langsung kabur, kalau tidak Kinanti akan sangat marah dan tidak menyukaimu, Brian. Kamu lupa siapa wanita yang sedang ingin kamu dekati ini, Brian?"

Lama Brian terdiam, bahkan Brian sempat membayangkan Kinanti ada di hadapannya kini, dan Kinanti tahu kalau Brian lah bos dari para bajingan yang hendak menjualnya. Di situ Kinanti langsung marah dan menampar pipi Brian.

Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Brian merinding, dan seketika Brian setuju dengan ucapan Marco barusan. Tanpa membuang waktu Brian berkata, "Apa yang harus aku lakukan kini, Marco?"

"Kamu harus mendekatinya tapi jangan sebagai Brian, itupun kalau kamu setuju Brian."

Brian tidak begitu paham dengan ucapan Marco, bagaimana caranya mendekati Kinanti. Kalau Kinanti nya saja selalu menghindar dan menjauh dari Brian.

Brian masih ingat dengan malam pertama dia mengenal Kinanti, saat itu di sebuah pesta sahabatnya, Kinanti ikut hadir untuk memenuhi undangan sahabat dekatnya, dan kebetulan pacar dari sahabatnya itu merupakan teman akrab Brian.

Di situ Kinanti tanpa sengaja menumpahkan minuman ke jas yang dipakai oleh Brian, bukannya marah justru Brian terpaku melihat kecantikan Kinanti dari dekat. Saat tangan Kinanti refleks mengalap jas yang dipakai oleh Brian. "Maafkan atas keteledoran ku, akan aku bersihkan sampai kering."

Brian yang terbawa perasaan menangkap tangan Kinanti dan langsung menciumnya, tapi sebuah jawaban yang mengejutkan di dapat oleh Brian, yaitu Kinanti yang tiba-tiba menampar pipi Brian dengan cukup keras.

Plakkkk

"Anda jangan kurang ajar yah!" kata Kinanti sambil menunjuk ke Brian.

Semua yang ada di tempat itu tercengang dengan keberanian Kinanti, pasalnya tidak ada satu wanita pun yang bisa menolak Brian.

Ibarat kata nih, kalau Brian menginginkan istri dari pria lain, maka pria itu harus menyerahkan istrinya untuk disetubuhi oleh Brian. Sebegitu bejatnya hidup Brian yang tidak peduli sekalipun wanita itu memiliki pasangan.

Brian tidak sungkan-sungkan memperkosa wanita di hadapan suaminya, memperkosa seorang anak di hadapan ibunya dan memperkosa wanita di hadapan kekasihnya. Semua itu sudah pernah Brian lakukan, tapi sampai kini tidak ada yang berani mengutuk perbuatan bejat dari Brian.

Baru Kinanti wanita pertama yang berani menolak pesona Brian, sekalipun Kinanti tahu kalau Brian itu pria yang kaya raya dan tampan, tapi bagi Kinanti semua itu tidak berlaku. Jadi wajar kalau hati Brian tersentuh pada Kinanti.

Brian juga tidak ada pilihan lain selain mengikuti saran dari Marco, karena Brian tidak ahli dalam hal percintaan. Brian bukan sosok pria yang romantis dan baik, tapi Brian sosok pria yang kejam dan sangat ditakuti. Jadi wajar kalau Kinanti tidak tertarik pada Brian.

Setelah mempertimbangkan ucapan Marco, maka Brian pun berkata, "Apa yang harus aku lakukan sekarang, Marco? Aku ingin Kinanti mau menerimaku."

"Tidak banyak Brian, tapi sebelum membuat Kinanti terpikat padamu. Ada baiknya kamu harus membuat Kinanti nyaman terlebih dahulu denganmu. Kamu harus belajar memahaminya dulu, setelah itu buat dia menerimamu Brian. Caranya …." Marco melanjutkan ucapannya dengan membisikkan sesuatu di telinga Brian, dan di situ Brian mengangguk setuju dengan rencana Marco.

Kira-kira apa rencana Marco dengan Brian yah?

Kembali pada Kinanti.

"Ahhhh huft, capek … hahhhh, aku sangat lelah. Aku kemana lagi? Apa mereka masih mengejarku?" Kinanti menoleh ke arah belakang, dia tidak mendapati siapapun yang berlari mengejarnya, melihat hal itu membuat Kinanti tersenyum dan berkata, "Syukurlah, aku sudah aman." Tidak ketinggalan tangan Kinanti yang mengipas-ngipas badannya yang terasa panas, dia begitu lelah dan bercampur haus.

Sudah sedari tadi dia berlari demi menghindari kejaran para anak buah bandit itu, tapi setidaknya perasaan Kinanti jadi tenang. Setelah dia tahu kalau sekarang tidak ada lagi yang mengejarnya.

"Aku istirahat dulu, capek," kata Kinanti.

Kinanti melihat kursi kosong yang berada di dekat halte, membuatnya memilih berjalan ke arah kursi itu. Di situ Kinanti menghilangkan penat, walaupun rasa haus masih membakar tenggorokannya kini.

"Aku tidak ada lagi uang, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apa ada air?"

Mata Kinanti sibuk mencari pancuran air, kali-kali ada dan dia ingin mempergunakannya untuk minum, tapi sayangnya tidak ada. Hanya ada terik matahari panas yang semakin membuatnya tambah haus. Jangan tanyakan soal perutnya yang kelaparan, entah sudah berapa hari Kinanti tidak merasakan nikmatnya makanan. Terakhir seingat Kinanti dia hanya memakan makanan dari pesawat yang disediakan para bandit.

Setelah itu Kinanti tidak ada makan apapun, jadi wajar jika perut Kinanti juga terasa sangat lapar.

Di kejauhan anak buah Brian mengawasi Kinanti, bahkan mengirimkan video Kinanti yang tengah duduk ke Brian, sampai-sampai Brian berkata, "Aku akan segera kesana, pastikan dia jangan pergi dulu."

Kinanti tidak sadar kalau dia sedang diawasi, yang Kinanti tahu dia aman kini. Sampai-sampai Kinanti sempat menyandarkan punggung badannya untuk bersandar.

"Aku kemana kini? Setidaknya aku harus mencari pekerjaan agar aku bisa bertahan hidup di sini, tapi aku kerja apa?" gumamnya, dan tidak berselang lama seorang pria dengan tampilan sederhana duduk di sebelah Kinanti.

Pria itu sedang berbicara dengan seseorang lewat sambungan teleponnya sambil berkata, "Apa, kamu menemukan pekerjaan untukku? Hah, Alhamdulillah. Aku sangat senang mendengarnya. Tapi mereka butuh dua orang? Cewek pun gak apa, tapi kenapa tidak aku saja. Aku janji akan bekerja dengan baik. Karena pekerjaan ini sangat berarti untukku. Baiklah, akan aku coba cari orang yang mau bekerja. Tapi aku cari kemana? Aku tidak punya kenalan di sini. Iya nanti aku usahakan. Baiklah, kalau sudah ada nanti aku kabari secepatnya. Terima kasih." Pria itu mengakhiri panggilannya, dan mulutnya tidak henti-hentinya bergumam dengan berkata, "Di mana aku cari orang yang mau bekerja? Aku baru di sini dan belum punya kenalan, bagaimana ini? Tapi kalau satu orang mereka tidak mau menerimanya. Bagaimana dong?"

Pria itu memasang ekspresi wajahnya yang frustasi, dia mampu meyakinkan Kinanti kalau dia sedang pusing sekarang. Hingga Kinanti memberanikan diri dengan berkata, "Apa tempat Anda melamar pekerjaan sedang membutuhkan tambahan orang?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status