Share

Gaun

Ezar menarik tangan Fay masuk kembali ke dalam ruangan dimana tadi gadis itu keluar. Sampai di dalam lelaki itu sibuk mencari gaun yang sesuai dengan hatinya. Hanya dalam hitungan detik tangan Ezar menyambar sebuah gaun warna yang tertutup.

“Coba, ini!” titah Ezar dengan tegas menyerahkan gaun yang ia pilih ke arah Fay.

Gadis itu dengan segan menerima gaun dari Ezar.

“Mau di sini?” tantang Fay sembari melambai ke seorang pegawai untuk membantunya membuka resliting gaun di punggung.

Mendengar ucapan Fay, Ezar segera melangkah ke luar ruangan. Pria itu tidak ingin tergoda imannya di tempat yang salah.

Fay tertawa puas setelah Ezar menghilang di balik pintu. Gadis itu merasa ada kelegaan begitu sosok pria yang menyebut dirinya calon suaminya itu keluar dengan wajah pias.

"Zar!" panggil Tante Sissy sembari menuntut Fay keluar dari ruang ganti.

Merasa namanya dipanggil Ezar menoleh. Namun, pandangannya malah tertuju pada Fay yang terlihat begitu anggun dengan balutan gaun putih pilihannya.  Ezar menatap calon istrinya itu tanpa berkedip hingga suaara deheman Tante Sissy menyadarkannya.

“Hem … sepertinya ada yang mulai falling in love nih!” goda Tante Sissy.

“Udah Tan, bungkus gaunnya. Kirim ke rumah Fay!” titah pria muda itu tanpa membalas godaan teman Mamanya itu.

“Des …!” panggil Tante Sissy kepada pegawainya yang lain.

“Iya, Bu?” Desi yang dipanggil mendekat ke arah Tante Sissy.

“Kamu siapkan gaun ini, perbaiki bagian pinggang dan lengannya,” ucap Tante Sissy sembari menunjukkan bagian pinggang dan lengan Fay yang kebesaran.

“Siap, Bu.”

“Mari Mbak ikut saya sebentar!” ajak Desi ke ruangan yang sama.

“Zar!” panggil Tante Sissy begitu Fay dan Desi masuk ke ruang ganti.

“Jangan bikin gadis itu kecewa. Dia anak baik,” pesan Tante Sissy.

“Ya Allah, sepertinya Tante sudah ngingetin aku berkali-kali deh.” Kesal Ezar.

“Anak nakal!” Tante Sissy menjewwer telinga Ezar.

“Sakit, Tan!” protes Ezar.

“Tante tahu ya, kamu itu siapa? Kamu tiak akan bisa bo’ong sama Tante. Hamper tiap malam kamu nidurin cewek berbeda. Jangan sampai dia jadi korban kamu!” Tatap tante Sissy dengan tajam.

“Mama dan Papa kamu gak akan pernah bisa ngelarang kamu! Tapi tidak dengan Tante.  Kamu sudah seperti anak Tante sendiri. Apalagi setelah  Echa meninggal,” sambung tante Sissy dengan sendu.

“Tante saat ini berbicara sebagai pengganti Mama kamu, walaupun Tante tahu Mama Shafiyah kamu itu sayang banget sama anak tirinya ini. Dia gak akan berani ngomong sevulgar ini!”

Dari tempat yang tidak jauh dari Ezar dan Tante Sissy berbincang, Fay mendengarkan semua pembicaraan mereka. Gadis itu baru tahu ternyata Tante Shafiya – Mama Ezar bukanlah Ibu kandung calon suaminya.

Ada rasa iba dan sesak di dadanya berbaur jadi satu. Membayangkan perasaan seorang Ezar yang terpaksa menerima kehadiran wanita lain sebagai ibunya disaat makam sang Mama masih basah. Bahkan belum genap tujuh hari kematian sang Mama – sudah ada wanita lain yang harus ia panggil Mama.

Rasanya sesak dan menyakitkan. Tanpa sadar, Fay terbawa perasaan dengan kemalangan nasib calon suaminya.

Sedangkan kisah Ezar si cassanova bukanlah sesuatu yang baru baginya.

Kisah sang cassonova, sudah Fay ketahui sehari setelah pria muda itu datang ke rumah menyatakan kesediaannya menerima perjodohan.

Tepat sehari setelah penerimaan perjodohan. Fay mendapat undangan ulang tahun di sebuah diskotik dari salah teman kampusnya.

Tak dinyana, di lokasi ia bertemu Ezar bersama dua temannya Kenzo dan  Nevan – mereka sedang asyik bermesraan dengan tiga gadis seksi.

Fay melewati ketiganya dengan perasaan tidak baik-baik saja, tetapi tentu saja keduanya berpura-pura tidak saling mengenal.  Gadis itu masuk ke room yang di sewa temannya dengan meliirk ke arah ezar. Sebaliknya Ezar terlihat mencuri pandang ke arah Fay.

Pukul sebelas malam, Fay sengaja pamit pulang kepada pemilik pesta.

“Bas, sory ya. Aku harus balik dulu sebelum kedua orang tuaku mencariku.” Fay membisikkan alasan kepulangannya yang lebih awal kepada Sebastian si empunya hajat.

“Sayang banget, Fay. Masih jam sebelas nih!” balas Sebastian.

“Mo gimana lagi, Bapak aku killer.” Fay mengatakannya sambil bergdik ngeri.

Padahal yang benar, gadis itu merasa tidak nyaman berada di tempat remang-remang yang penuh alkohol. Bahkan sejak datang pukul Sembilan, ia belum makan atau minum apapun yang disuguhkan Sebastian.

Bukan tidak haus atau lapar, Fay hany a khawatir minuman pilihannya mengandung alkohol. Bisa-bisa ia hang over tidak pada tempatnya.

“Okay deh, makasih kedatangannya.” Sebastian akhirnya mengizinkan Fay pulang terlebih dahulu.

Saat keluar dari ruangan VIP yang Sebastian sewa, sebuah tangan menarik tubuhnya dan membekap mulutnya. Membuat Fay tidak bisa berbuat apapun.

“Diem, ini aku!” bisik orang yang membekap dan menarik tubuhnya itu.

Dari suaranya Fay yakin dia laki-laki. Gadis itu memberanikan diri melirik wajah orang yang membekapnya.

“Ezar?” pekiknya dalam hati antara lega dan khawaktir.

Lega karena dia laki-laki yang sudah ia kenal. Khawatir karena takut pria itu berbuat nekad padanya.

Sampai di tempat yang lebih sepi dan jauh dari suara dentuman musik  keras sang DJ, Ezar melepas bekapannya.

“Gue ingetin, jangan sampai orang tua elo tahu gue di sini!” bisik Ezar dengan sedikit mengancam.

“Udah tenang aja, rahasia elu aman!” balas Fay dengan kesal.

“Bagus,” bisik Ezar tersenyum puas.

“Ayo aku anter ke depan!” Ezar mengapit lengan Fay membawanya ke luar gedung tersebut.

Gadis itu menurut tanpa mendebat. Ia merasa sedikit lebih aman saat Ezar mengapitnya daripada ia berjalan sendiri.

Saat berjalan sendiri ia merasa risi dengan pandangan lelaki di sana yang terus menatapnya tajam seolah ia adalah santapan empuk. Sedangkan saat bersama Ezar tidak ada satupun mata lelaki yang berani menatapnya. Sungguh ia merasa keheranan dengan keberadaan Ezar di sana.

Baru juga selangkah menuju parkiran, “Sayang …!”

Ezar dan Fay menoleh bersamaan mendapati seorang perempuan seksi  dengan manjanya memeluk calon suaminya.

“Mau kemana?” tanya perempuan itu dengan manjanya.

“Enggak kemana-mana, tunggulah di dalam sebentar. Kamu milik aku malam ini!” Ezar tanpa sungkan memberi kecupan di pipi perempuan seksi tersebut.

Kuduk Fay meremang seketika, ada rasa jijik menjalar di sekujur tubuhnya menyaksikan sosok pria yang kelak akan jadi suaminya itu.

Otaknya seketika beralih kepada calon imamnya yang tidak lebih dari seorang lelaki petualang cinta. Ada rasa penolakan seketika untuk menikah dengan pria tersebut.

Fay membayangkan jika kelak menikah dengan pria brengsek tersebut seperti apa rumah tangganya? Bisakah ia bahagia? Apakah pernikahannya akan diwarnai banyak wanita seperti kehidupan Ezar saat ini?

Fay berteriak dalam hati, meluapkan kemarahan dan kesedihannya. Mengapa harus menikah dengan pria petualang seperti Ezar? Kepalanya cenut-cenut seketika.

“Fay …”

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status