Share

BAB 3 Ketemu sama Mas Yan?

“Ayo kita pulang!” ajak Adip pada pacarnya. Pria itu bergegas mengambil barang bawaannya dan menggandeng tangan kekasihnya. Namun, baru saja Adip ingin melangkah suara seseorang menahannya.

“Mau kabur ke mana?” Seorang pria dengan kaos polos berwarna putih dan bawahan celana berwarna beige melangkah mendekat. Ia berdiri di depan Maya menutupi gadis itu.

“Anda siapa?” tanya Adip.

“Saya kakaknya. Dari tadi saya mengawasi kalian berdua di sana, baru saja pergi sebentar sudah seperti ini.” Pria itu menoleh menatap pada pacar Adip. “Dia datang mengajak bertemu adik saya dan mengaku single. Kalian mengaku bertunangan, tapi saya nggak lihat cincin yang melingkar di jari laki-laki itu.”

Perkataan pria tadi sontak membuat wanita itu menarik tangan Adip dengan keras untuk mengecek jarinya. Melihat tak ada cincin di sana ia bertanya dengan marah, “di mana cincinnya?”

“Dia sengaja datang untuk berselingkuh, jadi jelas di sini bukan adik saya yang salah.” Pria tersebut memotong usaha Adip yang ingin menjelaskan keberadaan cincinnya. Setelah mengatakannya ia mengambil tas Maya dan merangkulnya.

“Maya…,” panggil Dita yang baru saja kembali dari kamar mandi. Ia kaget saat kembali dari toilet melihat kerumunan orang dan terkejut melihat kondisi sahabatnya yang acak-acakan tengah dirangkul oleh pria asing.

“Kamu temannya?” tanya pria tersebut.

Dita mengangguk. “Anda siapa? Dan apa yang terjadi sama teman saya?”

“Kita ke tempat yang lebih tenang.” Pria tersebut masih merangkul Maya. Dan gadis itu hanya diam membiarkan dirinya dibawa olehnya. Sepertinya dia masih shock jadi tidak sadar ketika dibawa oleh pria asing.

Mereka memasuki sebuah resto, pria itu melangkah menuju meja yang masih kosong. Setelah memesankan minuman dan beberapa camilan untuk dua gadis bersamanya barulah Maya tersadar. Dita yang sedari tadi menatap temannya langsung menyodorkan minuman untuknya. Maya pun menerimanya dan meminumnya dengan tenang. Beberapa saat kemudian barulah ia bersuara.

“Dit, aku dituduh pelakor,” adu Maya pada Dita.

Dita yang belum tahu kejadian secara keseluruhan kini kurang lebih mengerti setelah perkataan dari Maya tadi. Setelah mengucapkan beberapa kata pada sahabatnya, Maya beralih pada pria di sampingnya. Sesaat Maya tertegun melihat perawakan dan penampilan pria tersebut. Dari pembawaannya dia terlihat dewasa namun, wajahnya terlihat muda sehingga Maya berpikir mungkin umur mereka tak jauh beda.

“Terimakasih sudah menolong saya dan maaf pasti Anda terganggu waktunya karena kejadian tadi.” Maya menundukkan kepalanya. Sementara itu pria asing tersebut menganggukan kepalanya untuk menanggapi ucapan Maya.

“May, sori ya tadi aku nggak ada pas di sana. Terimakasih sudah membantu teman saya,” ucap Dita pada sahabatnya dan pria tersebut.

“Tidak masalah, lain kali lebih berhati-hati bertemu dengan laki-laki. Ku asumsikan kalau itu pertemuan pertamamu. Tapi, Maya kenapa kamu bisa seceroboh itu ketemu secara sembarangan dengan pria seperti itu. Bayangkan kalau nggak ada Mas di sana, bisa habis kamu dirujak semua orang di sana!” omel pria itu yang membuat Maya mengerutkan kening dengan heran.

Omelan pria tersebut terdengar seolah-olah dia mengenal Maya. Bahkan cara dia memanggil Maya sangat lancar tanpa terdengar canggung sekali. Pria itu tahu jika Maya bingung dengannya terlihat jelas dari ekspresinya membuatnya menghela napas.

“Sudah lama tidak bertemu sudah pasti kamu lupa sama Mas.” Dia mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya perlahan.

Maya dan Dita saling bertukar pandang. Dita menatap dengan tanda tanya pada sahabatnya seolah bertanya apakah dia mengenal pria itu sedangkan Maya yang paham hanya bisa menggeleng tak tahu. Tiba-tiba datang seseorang memanggil.

“Hei, Yan!” Seorang pria menepuk bahu laki-laki di samping Maya. Orang tersebut dengan santai langsung duduk di kursi kosong yang kebetulan berada di antara Dita dan pria penolongnya.

“Oh, jadi ini maksudnya tiba-tiba minta pindah. Wihh, kenalan dari mana? Halo cantik kenalin nih abang namanya Ian Farid biasa dipanggil Ian, tapi boleh dipanggil sayang.” Laki-laki bernama Farid itu melempar kedipan matanya pada Maya dan Dita disertai senyum genit. Dita memandang jijik dan langsung membuang muka sementara itu Maya hanya terdiam. Pria penolong Maya menghela napas tampak lelah dengan tingkah temannya yang mencoba merayu dua gadis itu.

“Mas Yan?” Maya menatap pada Ian dan pria penolongnya.

“Lhoh kenal sama Zayyan? Eh bentar panggilannya kok kayak nggak asing.” Ian menahan dagunya dengan salah satu tangannya dan memasang wajah berpikir.

“Dia Maya, tetanggamu,” sahut pria yang dipanggil Zayyan oleh Ian dengan enteng.

“Maya?! Maya yang suka maen sama kita? Yang sering ku jahilin itu?” Ian menoleh menatap Maya. “Beneran Maya nih? Cepet banget dah gedhe!”

Maya terkejut dengan rentetan kata Ian yang tak henti itu. Pria itu menatapnya dengan lekat-lekat lalu tertawa keras membuat pengunjung resto di sana menoleh pada mereka. Tampaknya terganggu dengan suara bising Ian. Zayyan yang menyadari itu meraih donat dan langsung menyuapkannya pada Ian membuat laki-laki itu diam dan mengunyahnya.

Maya menatap satu persatu pada Ian dan Zayyan. Ia tak menyangka dapat bertemu dengan tetangga masa kecilnya itu. Ian yang biasa ia panggil Mas Yan karena namanya yang apabila diucapkannya dengan cepat jadi terdengar seperti itu kini bertransformasi menjadi pria dewasa yang cerewet dan penggoda. Terlihat saat pertama kali bertemu dengan Maya dan Dita, Ian melemparkan rayuan pada mereka berdua. Sementara Zayyan yang sama-sama ia panggil Mas Yan karena kesulitan dirinya memanggil namanya dulu sehingga terkadang jika Maya mengeluarkan panggilan itu dua laki-laki tersebut akan menoleh bersama. Dan tampaknya pria itu tak jauh beda dengan dulu. Tetap diam dan kalem.

“Kok bisa ketemu? Eh, trus ini temen Maya?” Ian menatap Dita. Kini ia tak terlihat seperti di awal. Jika sebelumnya ia akan mencoba melempar rayuan, maka sekarang berbeda. Maya yang tetangganya dulu dan sudah dianggap sebagai adik jadi secara tidak langsung dirinya juga menganggap Dita sebagai adiknya juga.

“Nggak sengaja ketemu Mas Yan. Ini sahabatnya Maya, kenalin namanya Dita.” Maya sengaja tak ingin menjelaskan pertemuannya dengan Zayyan karena ia malu dan pasti jika Ian tahu pasti pria ini akan mengejeknya habis-habisnya mengingat dulu dirinya selalu dijahili olehnya. Dan Maya berharap Mas Yan-nya ini tidak membocorkannya.

Maya menoleh dan mengedip beberapa kali pada Zayyan seolah memberi kodenya pada pria itu agar tutup mulut pada kejadian tadi. Zayyan yang dari tadi hanya diam mengerut heran menonton Maya yang menggerakan kelopak matanya dengan aneh. Ia tak meresponnya karena bingung jadi dia mengabaikannya begitu saja. Dia kembali menyesap kopinya membiarkan Maya yang masih berusaha mengirimkan kode padanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status