Share

Bertemu Pria Asing

Dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam, Arabella langsung mengambil ponselnya dan menelepon Sofia, sahabatnya. Mereka sudah lama bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA.

Ringtone ponsel Sofia berbunyi beberapa kali sebelum diangkat. "Halo, Ara? Ada apa?" suara Sofia terdengar cemas di ujung telepon.

Terdengar isakan Arabella di seberang. "Sofia...," bisik Arabella dengan suara gemetar, "William bilang dia mau nikah sama cewe lain."

Suara Sofia terdiam sejenak, kemudian penuh belas kasihan. "What the f**k. Lo gak bercanda kan ? Lo dimana sekarang? Mau gue jemput?"

Arabella menggeleng pelan. "Nggak perlu, gue bakal ke sana. Gue butuh lo, Fia."

Sofia mengangguk, meskipun Arabella nggak tidak melihat. "Gue bakal nungguin lo di sini, Ara. Ayo, kita bakal hadapi ini bareng-bareng."

Air mata Arabella masih ngalir saat dia menutup teleponnya. Dia merasa sedikit lega dengan kehadiran sahabatnya, meskipun hatinya masih hancur.

Arabella menutup ponselnya dan menghela nafas dalam-dalam. Dengan langkah gemetar, dia bergegas keluar dari apartemen menuju rumah Sofia. Langit malam terasa seolah-olah menangis bersamanya, hujan yang turun membuat jalanan terasa semakin sepi dan suram.

Drrtt...Drrtt

Ponsen Arabella berbunyi nama, My W muncul di layar HP Arabella. Istidak mau menerima, justru ia matikan benda kecil segi empat tersebut.

#Rumah Sofia#

Tiba di depan rumah Sofia, Arabella mengetuk pintu dengan keras. Detik berikutnya, pintu terbuka dan Sofia muncul di ambang pintu dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Ara..." ucap Sofia, suaranya penuh simpati. Tanpa berkata apa-apa, Sofia memeluk Arabella erat-erat. Mereka berdua hanya terdiam dalam pelukan, membiarkan waktu berlalu tanpa suara.

Arabella duduk di sofa ruang tamu rumah Sofia, wajahnya terlihat pucat dan mata yang masih memerah akibat tangisnya yang tadi. Dia menggenggam secangkir teh hangat, mencoba menenangkan diri sebelum menceritakan semuanya pada sahabatnya.

Sofia mendengarkan dengan cermat, ekspresinya berubah menjadi marah saat mendengar apa yang dilakukan Wiliam. "Dia nggak bisa gitu, Ara! Keterlaluan banget dia," bentak Sofia, tinju ringan di meja kopi.

Air mata Arabella kembali mengalir saat dia merasakan dukungan dari sahabatnya. "Sofia... gue... gue nggak tahu harus gimana lagi," ucapnya, suaranya hampir tidak terdengar.

Sofia melihat Arabella dengan cermat, kemudian menariknya untuk lebih dekat ke arahnya." Ara, sejujurnya, gue udah ragu sama William dari dulu," ucap Sofia dengan suara tegas.

Arabella menatap sahabatnya dengan heran. "Kok bisa, Fia?"

Sofia menghela nafas. "Karena dia selalu menyembunyikan hubungan kalian. Cowok yang beneran serius nggak akan sembunyiin hubungan kayak gitu, Ara. Gue yakin dia nggak serius sama kamu."

Kata-kata Sofia membuat Arabella terdiam sejenak, merenungkan kebenaran di baliknya. Mungkin Sofia benar, mungkin William tidak pernah serius dengannya. Namun, pikiran itu masih sulit diproses oleh Arabella di tengah-tengah kerinduannya pada masa lalu yang manis.

Sofia tersenyum dan mengusap air mata Arabella dengan lembut. "Sekarang, gimana kalau kita lupakan semua masalah ini sebentar dan pergi ke klub langganan kita? Kita butuh sedikit hiburan."

Arabella mengangguk, merasakan kehangatan dalam pelukan Sofia. Mereka berdua lalu bergegas menuju klub di pusat kota Jakarta langganan mereka.

#Klub Colloseum#

"Dua whiskey shower,” ucap Arabella, suaranya agak serak dan lesu, kepada bartender wanita kenalannya di klub itu, sambil melirik-lihat menu yang terpampang di balik bar.

Bartender wanita, yang duduk di sisi lain meja, dengan santai mengangguk. “Oke, langsung ya, kak,” jawabnya ramah sambil mempersiapkan minuman.

"Kakak pasti sedang stress ya,"'ucap Wina menyodorkan gelas kecil dan diletakkan di meja. Dengan cetakan Wina menuang minuman keras sesuai keinginannya. Mata bertendar seksi itu memicing ketika melihat Arabella begitu kuat menunggak minuman keras lagi.

Arabella menenggak whiskey-nya dengan cepat, mencoba menenangkan diri. Dia memilih untuk terlarut dalam kenangan manis masa lalunya dengan William, meskipun rasa sakit dan kekecewaan masih menyelimuti hatinya. Kadang-kadang, dia menghentakkan gelasnya dengan kasar di meja, mengutuk William atas semua rasa sakit yang dia rasakan.

Dalam keheningan klub yang menyedihkan, ponsel Arabella tiba-tiba bergetar di meja di depannya. Dia mengangkatnya dengan lambat, melihat layar yang penuh dengan panggilan masuk dan pesan dari William. Hatinya berdebar keras saat dia menatap layar ponselnya, tetapi rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam membuatnya enggan untuk menjawab.

Dia membiarkan ponselnya terus berdering, menolak untuk mengangkatnya. Setiap getaran ponsel terasa seperti tusukan yang menusuk hatinya, mengingatkannya pada semua rasa sakit yang William telah timbulkan padanya. Meskipun hatinya terasa hancur dan raganya terasa lelah, Arabella tetap tegar dalam keputusannya untuk tidak memberi William kesempatan lagi untuk menyakiti dirinya.

Dia menatap layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca, membiarkan air mata yang terbendung mulai menetes perlahan-lahan. Meskipun di hatinya masih ada kerinduan yang dalam, dia tahu bahwa dia harus melindungi dirinya sendiri dari rasa sakit yang lebih dalam lagi.

Kembali ponselnya berbunyi, nama My W Muncul lagi di layar. Arabella bingung menerimanya atau tidak Ia hanya menatap kosong pada layar seperti orang kehilangan arah semua kenangan bersama William kembali bernyanyi yang dalam otaknya Namun semua itu akan lenyap dan dia akan segera menjadi milik orang lain. "Kenapa kamu melakukan ini, William? Salah aku apa ? Ucapnya nanar menutup wajah dengan kedua tangannya.

Ponselnya terus berbunyi ia melirik ponselnya lagi masih terus yang yang menelepon arabella mencet tombol terima, kepalanya mulai pening sampai tidak tahu lagi harus dibuat William Mahardika, Pemuda single idaman wanita kota Jakarta sedang terus memohon pada kekasihnya.

"Ara.. honey? Kamu dimana ? Sahut William dari sana.

"Hmm.." Jawab Arabella tanpa memberikan kepastian sama sekali ia hanya berdehem lalu kembali mematikan ponsel.

"Satu gelas lagi Winaa." teriak Arabela.

"Bukankah terlalu sore untuk meminum whiskey ?" sahut seorang lelaki tiba-tiba duduk di sampingnya. Arabella menoleh, aroma parfum mahal menyeruak di Indra penciuman nya, model jas dengan jahitan terbaik dan sepatu kulit lelaki itu menunjukkan bahwa dia bukanlah orang sembarangan

Oh sungguh hebat dua konglomerat kutemui dalam sehari gerutu Arabella kemudian memalingkan wajahnya dari lelaki tersebut.

Ia tidak ingin menjawab apapun kepada siapapun selain sahabat-sahabatnya.

"Satu AMF." Pesan lelaki tersebut sampai pada Wina.

"Jadi kenapa anda dengan pakaian kantor yang mahal datang ke sebuah bar sesore ini? Lalu berniat mabuk,?" tanya lelaki itu berusaha membuka pembicaraan.

"Jadi jawabannya adalah Kenapa anda dengan segala kemewahan yang melekat pada tubuh anda itu justru mendatangi sebuah bar murahan di pinggiran Ibu Kota ini?" Balas Arabella nyindir.

"Saya janjian sama teman." Anda janjian dengan siapa ?"

"Saya ? Oh saya janjian dengan siapapun itu bukanlah urusan anda Tuan." hardik Arabella. membuang muka.

'Menarik' batin lelaki itu tersenyum tipis

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status