Share

Setelah Resmi Bercerai

"Malu, umi punya anak seperti Kamu!"

Bara menunduk dalam.

"Keluar Kamu, Mas!" usir Cintya. Andai fisiknya sudah kuat, tentu ia akan mendorong Bara sampai ke depan pintu.

"Cintya!"

"Jangan menyentuhku!" tolak Cintya, saat Bara maju beberapa langkah.

"Izinkan aku mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya, di telinga anak kita!" mohon Bara lembut.

Bayi mungil, yang kini terbaring di samping Cintya, mengalihkan perhatian Bara. Ingin sekali Bara menggendongnya, tapi Cintya terus melarang.

"Tak perlu! Dia tidak butuh bapak sepertimu!"

"Maafkan aku!"

"Jika mema'afkanmu bisa mengubah segalanya, tentu akan kulakukan, tanpa Kau minta."

"Aku sudah berusaha pulang cepat, Cintya, tapi di tengah jalan, tiba-tiba pecah ban," terang Bara. Dia mengatakan yang sebenarnya. Di tengah hutan, dia harus berjuang mengganti ban seorang diri. Suasana yang gelap, agak menghambat pekerjaannya.

Cintya tersenyum sinis. Dia tak mudah percaya begitu saja. Alasan yang klasik.

"Apa aku harus percaya? Buka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Saya juga heran pd Cintia klau tdk ada Bara menangis2 rindu keberadaannya begitu Bara datang eh di marahi terus ya betul2 perempuan munafik, seharus perbaiki tuh hati sucikan supaya tdk ada lg kebencian
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Cintia2 maafkanlah Bara, sebagai manusia biasa paatilah ada salah dan khilaf, luaskanlah hatimu seluas samudra untuk memberi maaf, krn namanya rumah tangga akan selalu ada masalah, kamu kan dosen pasti bisa menyikapi setiap masalah yg ada
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
ala,wanita munafik,,ntar di rayu bara ,luluh juga tu hati,,dasar wanita piln plan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status