Bab 91Gerakan Pencegahan"Apa maksud kamu? Uangnya hilang?" Mega juga syok. "Bukan salah hitung lagi?" Hilda yang melihat reaksi Mega semakin merasa bersalah. Dia yang duduk di balik meja kasir berkali-kali menghela nafas berat. "Mbak Mega bisa tanya sama Mbak Hildanya langsung." Retno melirik ke wanita itu.Mega tidak tahu mengapa akhir-akhir ini masalah jadi datang silih berganti. Tidak, lebih tepatnya datang hampir bersamaan. Mega ingin mengeluh, tetapi jika dia menunjukkannya saat ini, yang ada karyawannya yang akan merasa lebih tertekan."Hil," panggil Mega saat dia sudah sampai di hadapan wanita berjilbab itu. "Nggak masalah, hal kayak gitu bisa aja terjadi," katanya."Mbak kalau mau marah sama aku, marah aja, Mbak. Jangan bilang nggap apa-apa terus." Suara Hilda melemah, seperti orang yang habis kena hukuman cambuk saja. "Aku yang teledor. Yang kemarin-kemarin aku bilang salah hitung juga kayaknya emang hilang itu uang."Mega mengernyit, mencoba berpikir tentang semua inside
Bab 92Pertanyaan MenjebakPov Mega Pemasangan kamera CCTV telah selesai. Karena Ari masih memiliki banyak waktu luang, dia memutuskan untuk menetap sedikit lebih lama. Lelaki itu tampak sibuk dengan anak kecil yang tidak henti-hentinya mengajak dia bermain, siapa lagi kalau bukan Kevin, anakku.“Nak, jangan ganggu Om Ari terus,” kataku yang merasa tidak enak hati. Ari sudah banyak membantu toko ini, sedangkan lelaki itu enggan untuk menerima balasan. Hilda juga tidak mau membiarkanku membayar jasa sepupunya. Meskipun tahu kalau dia berniat membantu, tetapi rasanya tidak enak saja. Berhutang budi hanya akan membuatku merasa bersalah, apa lagi saat teringat bagaimana Mas Mamat menuduhnya yang tidak-tidak.Kalau seadainya Ari tahu, entah bagaimana tanggapannya nanti. Yang jelas adalah aku yang akan merasa malu sendiri. bagaimana tidak? Aku dan dia baru beberapa hari kenal, tetapi sudah mendapat tuduhan yang tak pantas. “Nggak masalah, kok, Mbak.” Ari membalasku setelah beberapa saat
Bab 93 Usaha yang Tak TernilaiPov AuthorMega turun dari mobil dengan dibantu Ari yang sudah turun lebih dulu untuk membukakan pintu karena dia memang sedang menggendong Kevin dalam pelukannya. Lingkungan yang ditinggali wanita itu memang cukup sederhana, deretan rumah yang bisa terbilang berjarak cukup dekat antara satu sama lain. Hanya saja, rumah yang masih dikontrak oleh Mega dan suaminya itu berada di depan jalan yang cukup untuk dimasuki mobil, tetapi jelas saja jika ada kendaraan besar yang masuk ke lingkungan itu cukup menarik perhatian orang di sekitar.Sudah dua kali mobil Ari berada di depan rumah Mega sejak saat itu juga tanpa wanita itu sadari dirinya sudah menjadi buah bibir para tetangganya."Kenapa, ya, akhir-akhir ini Mega jadi kedatangan tamu yang bawa mobil segala?" Salah satu ibu-ibu yang merupakan tetangga Mega bersuara."Iya, tuh! Kayaknya juga cowok itu orang kaya, deh," timpal yang lain."Bukan kayaknya lagi, tapi emang yang punya itu cowok kaya." Wanita par
Bab 94Si PencuriPov Author Saat itu Saleh tidak berada di pos jaganya. Dia meminta izin untuk tidak masuk kerja dan di sinilah dia sekarang. Suatu tempat yang jauh dari rumahnya. "Kamu lama-lama pinter banget, ya, buat berakting." Feby memujinya. Saleh baru saja selesai menelepon dengan istrinya. Dia masih terlihat kaget dengan ucapan Mega tadi. "Kenapa mukamu begitu? Kevin sakitnya parah?" Tentu saja Feby mendengar sebagian percakapan lelaki yang sejak tadi malam menemaninya. Hotel ini sudah menjadi rumah kedua bagi Saleh. Saleh tidak langsung menjawab, kemudian dia beranjak dari ranjang yang diduduki sejak tadi. "Mau ke mana? Cuma gara-gara anak sakit kamu bakalan langsung pulang? Bukannya tadi kamu bilang kalau Kevin sakit itu gara-gara istri kamu sendiri?" Feby yang berada di balik selimut kini juga bangun dan duduk hingga kakinya menjulur ke lantai.Sambil mengenakan jaketnya, dia berkata, "Bukan itu masalahnya tante. Bilang dia udah mau nyerahin tokonya buatku. Terus, ka
Bab 95 Resmi MelepaskanPov Author Saleh tiba di rumahnya. Tepat saat itu Mega sedang menunggunya di ruang tamu. "Mas," sapa wanita itu. "Dek, kamu serius soal yang tadi?" Saleh langsung pada intinya. "Iya, Mas." Jeda sesaat. "Tapi, aku minta satu syarat sama kamu."Saleh yang sedari tadi hanya berdiri, kini mengambil posisi duduk di sebelah istrinya. Wajah tegang dan amarah sejak tadi sudah berganti dengan senyuman. "Iya, katakan aja apa yang kamu mau. Aku akan penuhi semua itu."Mega hampir tidak mengenali wajah suaminya yang saat ini tengah tersenyum. Selama ini yang dia lihat hanya ekspresi kecut, marah dan benci. Benar, Mega baru sadar akan hal itu."Jadi, apa, Dek?" Karena tak kunjung mendapat jawaban, Saleh sedikit mendesak. "Kasih tahu aku apa yang kamu mau."Mega menghela terlebih dahulu. "Aku cuma mau kamu bertanggung jawab. Semua, dalam segala hal. Baik keluarga kamu, maupun bisnis." Bagi Mega, membagi tanggung jawab sesuai porsi untuk kedua hal yang berbeda, apa lagi
Bab 96Pagi Manis yang Kembali Datang Pov Author Pagi ini terasa lebih menggembirakan bagi Mega daripada hari-hari sebelumnya. Lebih banyak berbicara bahkan sampai mengajak bercanda Kevin yang sekarang keadaannya jauh lebih baik. "Dek, akhir pekan nanti kita jalan-jalan, yuk!" Tiba-tiba Saleh memberi usul. "Rasanya udah lama banget kita nggak jalan bersama," lanjutnya yang masih mengunyah nasi goreng spesial pagi ini.Mega terkekeh kecil. "Iya, Mas. Ituide bagus. Emang udah lama benget kita nggak jalan bersama. Kira-kira kita bakal ke mana, ya, Nak?" Dia membungkuk ke arah Kevin yang sedang duduk manis sambil menggoyangkan kakinya di bawah meja. Anak itu seperti baru mendapatkan mainan baru ketika melihat kedua orangtuanya bisa kembali bercengkrama dengan manis. "Main! Taman bermain!" Baik Mega maupun Saleh tertawa bersama. Mereka terlihat sangat bahagia melihat anaknya yang aktif kembali. "Taman bermain terus? Apa nggak ada tempat yang mau Kevin datangi?" Saleh menyeletuk, menc
Bab 97Rasa IbaPov Author "Ah, kenapa setiap aku ke sini selalu bersamaan dengan mereka yang lagi makan?" Ari merasa berat hati setiap kali melihat keberadaan pasangan berselingkuh itu. Dia sudah bertingkah di dalam hati untuk tidak ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. Cepat ataupun lambat Mega pasti akan menyadari kesalahan atau sesuatu yang aneh pada diri suaminya sendiri. Mau bagaimanapun juga hari melihat Mega sebagai wanita yang cukup cerdas dalam menilai keadaan. "Bos ada di sini?" sapa Manager kepady Ari. Meresa sedang berada di balik meja kasir. Kedatangan Ari ke restoran juga untuk pengecekan secara rutin. "Hm," sahut Ari setelah melirik karyawannya itu. Dia mendesah sesaat sambil mengernyitkan kening, tatapannya masih tertuju pada Saleh dan wanita sosialita itu. "Apa menurutmu mereka akan tetap jadi pelanggan kita ke depannya?"Snag Menager tidak terlalu paham, sampai dia mengikuti arah pandang lelaki itu. "Ah," serunya pelan. Dia lantas terkekeh kecil. "S
Bab 98Menjadi Pendamai HubunganPov Author Sesuai dengan apa yang dijanjikan Mega kemarin, wanita itu datang ke rumah kakaknya. Tentu saja dia memilih waktu agar bisa bertemu dengan Mamat. Sepulang dia dari toko, bersama dengan Kevin dia telah sampai di rumah tersebut."Mas Mamat mungkin akan pulang sebentar lagi," kata Desi ketika Mega belum mendapati keberadaan kakaknya. Mega merasa heran karena keadaan kakak iparnya tersebut terlihat sangat palsu bahkan berat badannya pun mungkin berkurang banyak. Apakah masalah ini sampai mempengaruhi kesehatan wanita itu? Hal tersebut mungkin saja karena bagaimanapun perceraian bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan apalagi bagi mereka pasangan yang masih saling mencintai. Dalam artian, perpisahan mereka terpaksa karena keadaan atau karena tekanan dari orang yang lebih berpengaruh misalnya orang tua."Mbak Desi kelihatan nggak sehat." Mega menatap dengan penuh rasa prihatin melihat kondisi wanita di depannya ini. Mereka sekarang berada di