Share

Dua Puluh Satu

Aku menarik napas panjang saat Citra sudah pergi dari rumahku. Sampai tak bisa berpikir, kok, ada perempuan yang harga dirinya hilang. Dia merebut suamiku setelah itu, datang meminta pertanggungjawaban Raka, anakku.

Aku memandang Raka yang sedari tadi mengusap wajah kasar. Anak laki-lakiku tertawa lebar saat menatap aku. Mungkin sama yang ada dipikirannya kalau Citra sudah gila.

Mungkin akibat benturan pada kecelakaan waktu itu jadi otak Citra gesrek. Entah mimpi apa semalam aku kedatangan orang model Citra. Masih mudah sudah gila harta, kasihan hidupnya.

"Ma, jangan dipikirin. Kayanya gila," ucap Raka. 

Lagi, aku dibuatnya tertawa ketika mengingat dengan lantang Citra bilang dia korban. Haduh, pelakor dasar. Otak belum sempurna dipaksa mikir. Jadinya kacau apa yang diutarakan pada kami.

"Ah, Mama nggak mikirin, Ka. Lucu aja dengerny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status