“Aku tidak yakin para polisi itu bisa menangkap Regilou, dia itu pintar dan licik kak. Dia bisa lolos dengan mudah dari para polisi itu,” balas Kanisa.
“Kau tahu nama penculik itu, apa kau juga melihat wajahnya?”
“Ya, dia itu mantan kekasihku kak.”
“Oh astaga, jadi yang sudah menculikmu itu mantan kekasihmu sendiri,” ucap Billy tidak percaya.
Kanisa mengangguk.
“Aku pikir Tendero yang sudah menculikmu, aku benar-benar panik sekali waktu itu,” ungkap Billy.
“Kakak tidak perlu cemas, sudah cukup kalian berdua banyak terlibat dalam masalahku. Kali ini aku tidak akan membiarkan kalian berdua ikut terseret lagi ke dalam masalahku, aku akan menyelesaikan masalahku dengan Regilou sendiri.”
“Kau yakin bisa menangani dia sendirian Kanisa?” tanya Billy menatap Kanisa dengan tatapan tidak yakin. Kanisa sendiri sebenarnya tidak yakin apakah dia bisa menangan
3 bulan berlalu...Pagi ini Kanisa bertugas untuk berbelanja bulanan karena persediaan di apartemen sudah mulai habis. Anera tidak bisa ikut bersamanya karena gadis itu masih ada jadwal pemotretan bersama temannya Billy jadilah Kanisa pergi sendiri untuk berbelanja kebutuhan mereka berdua.Sambil membawa keranjang belanjaan, tangan Kanisa sibuk mengambil beberapa bahan makanan, sayuran, rempah-rempah hingga buah. Kanisa juga tidak sembarangan memilih bahan-bahan makanan, dia memilihnya dengan teliti dan baik. Jika bahanya kurang bagus atau terlalu mahal maka Kanisa tidak akan jadi membelinya dan akan memilih yang lain.Sudah hampir setengah jam Kanisa berputar-putar mengelilingi setiap rak-rak.Mata Kanisa berhenti di salah satu stand daging sapi yang sudah dipotong dan dikemas dengan rapih. Dia pun memilih dua kemasan daging sapi itu dan membandingkannya mana yang lebih baik serta melihat harganya.
Dengan keadaan panik dan linglung Kanisa bangun dari posisi tidurnya namun tidak lama kemudian tubuhnya tersentak kembali berbaring di atas ranjang saat tangan kekar dan besar itu mendorong Kanisa untuk kembali berbaring pada posisi semula. Kanisa melirik ke arah kirinya dan mendapati Tendero yang entah sejak kapan sudah ada di sana, pria itu berbaring menyamping dengan bertelanjang dada.Tatapan tajam yang dilayangkan pria itu sempat membuat Kanisa menciut takut namun kemudian wanita itu segera memberontak saat kedua tangan itu mencoba untuk memeluknya dengan erat.“Kau pikir kau akan bisa melarikan diri lagi dariku hah!” bentak Tendero, dia pun mengubah posisinya jadi duduk di atas perut Kanisa dan tanpa belas kasih Tendero mencekik Kanisa hingga wanita itu tidak mampu bergerak lagi.Kanisa mencoba memberontak lebih keras lagi untuk melepaskan cekikan Tendero di lehernya, tapi pria itu malah semakin kuat mencekiknya hingga rasanya
Kembalinya Tendero dalam kehidupan Kanisa menjadi sebuah masalah besar untuk wanita itu. Bukan hanya menjadi budak sex dan pelayan, rupanya Tendero yang marah besar atas perbuatan Kanisa yang sudah berani melanggar perintahnya pun membawa bencana besar bagi wanita itu.Tidak ada lagi Tendero yang manis dan perhatian, tidak ada lagi kemewahan yang diberikan oleh pria itu selain hanya ada siksaan, hinaan dan juga makian. Belum puas memperlakukan Kanisa sama seperti budak lainnya, Tendero bahkan selalu menyetubuhinya setiap saat dengan perlakukan kasar.“Lepaskan aku bajingan!” teriak Kanisa dengan histeris, lumuran darah terlihat pekat di wajahnya, darah itu terus menetes dari dahi Kanisa yang terluka hingga jatuh ke lantai membuat lantai yang semula berwarna putih itu berubah menjadi genangan merah pekat yang anyir.Berkali-kali Kanisa meraung dan menangis histeris dihadapan Tendero tapi seolah tuli pria i
Sudah tiga hari berlalu semenjak Kanisa kembali ke mansion Tendero di ukraina. Kanisa tampak terlihat jauh lebih kurus dan tidak terurus. Bekas luka-luka yang dibuat Tendero terlihat masih ada dan mulai memudar secara perlahan.Kehidupan Kanisa di mansion pria itu pun tentunya sudah tidak sama lagi seperti dulu, ada banyak hal yang berubah. Terutama perlakuan Tendero yang kian harinya semakin kejam dan bengis. Pria itu benar-benar tidak punya belas kasih, tidak perduli meski Kanisa berkali-kali terluka Tendero tetap memperlakukannya dengan buruk.Setidaknya kini Kanisa menyadari di mana tempat seharusnya dia berada. Hidupnya kini benar-benar persis seperti pelayan namun pelayan yang sangat hina.Tiap kali mengingat perlakuan Tendero kepadanya Kanisa selalu meneteskan air mata. Di tambah lagi dengan rasa bersalahnya kepada orang-orang termasuk nyonya Elsa yang sudah menanggung hukuman atas kesalahannya.Atas kesalaha
“Nona Kanisa.”“Nona ayo bangun,” ucap Netra berusaha membangunkan Kanisa yang masih saja tertidur, wanita itu bahkan belum sempat makan sejak dari tadi pagi hingga kini jam sudah menunjukan pukul delapan malam.Netra tentu saja sangat mencemaskan Kanisa, bagaimana pun Kanisa masih proritasnya.“Nona ayo bangun,” ucap Netra lagi, tidak lama kemudian Kanisa pun akhirnya membuka matanya. Dia menatap Netra dengan sayu lalu secara perlahan Kanisa bangkit terduduk.“Netra, ada apa?” tanya Kanisa menatap Netra dengan bingung.Netra memberikan nampan berisikan sepiring makanan dan segelas air putih kepada Kanisa.“Nona sejak dari pagi hingga sekarang belum memakan apa pun, sekarang ayo nona makam malam dulu,” kata Netra menatap Kanisa dengan tatapan khawatirnya yang tidak sedikit pun hilang dari kedua matanya.Kanisa menerima nampan itu kemudian menatap Netra. Kanisa
Kedatangan Luvita Valeryna budak sex baru Tendero dalam hidupnya sekaligus menjadi nyonya besar dikediaman Lecanpon membangkitkan api cemburu dalam hati Kanisa yang diam-diam mulai menyukai Tendero.Bukan hanya selalu dibuat cemburu dengan kedekataan dan kemesraan keduannya, kehadiran Luvita dalam hidup Kanisa seolah menjadi neraka kedua baginya.Seolah tidak cukup dengan siksaan yang diberikan Tendero setiap hari padanya, Luvita— Wanita asing yang sok berkuasa di mansion Tendero itu ikut menyiksa Kanisa tanpa sepengetahuan Tendero.DugKanisa meringis saat keningnya bertabrakan dengan ujung meja begitu Luvita mendorongnya dengan sengaja.Wanita itu terlihat berdiri angkuh dihadapan Kanisa sambil bersidekap. Memandang Kanisa rendahan.Kanisa mengepalkan tangannya. Dia pun menyentuh keningnya yang berdarah, rasa pening pun menghantam kepalanya membuat Kan
Kanisa menjerit histeris saat tangan kekar itu melilit tubuhnya lalu perlahan tubuh Kanisa di seret ke dalam kamar Tendero.“Lepas!” berontak Kanisa. Tubuhnya mengiggil ketakutan namun Tendero tampaknya tidak memperdulikannya sama sekali.Dengan paksa pria itu berusaha mencium Kanisa namun karena Kanisa terus memberontak dan tidak diam membuat Tendero kesulitan untuk melancarkan aksinya.Kanisa meringis saat Tendero menjambak rambutnya dengan kasar.“Sekali lagi kau membantah perkataanku, aku tidak akan segan-segan menghukummu lebih berat dari ini Kanisa,” ucap Tendero menatap Kanisa dengan tajam. Tidak perduli meski sejak dari tadi Kanisa terus menangis dan memohon untuk dilepaskan.“Aku minta maaf,” lirih Kanisa.Tendero mendengus, dia pun
Tendero melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam club yang sudah sering dia datangi. Bisa dikatakan Tendero merupakan salah satu pelanggan tetap yang ada di club itu.Seperti biasa dentuman musik, bau alkohol, asap rokok, bau parfum wanita dan pria bercampur menjadi satu di dalam ruangan yang sesak dan penuh gairah itu. Pemandangan vulgar di sudut-sudut club itu juga sudah menjadi pemandangan yang biasa Tendero tonton.Tendero menghela nafas panjang. Kakinya pun semakin masuk ke dalam hingga pria itu berhenti melangkah begitu dia berada tepat dihadapan bartender.Tendero memutuskan duduk disalah satu kursi yang ada di sana lantas memesan minuman khusus yang diracik oleh sang bartender. Begitu minuman berwarna hijau itu tersedia dihadapannya Tendero pun langsung meminumnya dalam sekali tegukan.Rasa dingin, panas dan aroma mint bercampur anggur itu pun langsung memenuhi tenggorokan Tendero.